Ke 20 Avi Modus

4 0 0
                                    

"Lu bener-bener ga peka masalah ini gi! " dengan masih sedikit terkekeh menanggapi ekspresi plonga-plongoku itu.

"Peka? Maksudnya? " sedikit menganga menanggapi Kak Alvin yang menurutku lebih menuai teka-teki sekarang.

Peka

Maksudnya

Kak Azril suka sama guekan

Terus kurang peka dimananya..?

Hampir menjadi cenat-cenut karena pernyataan Kak Alvin. Ku pandangi sesekali wajah Kak Alvin yang masih merah karena kekehannya dan wajah Romi yang datar kaya aspal jalanan.

Plis

Apa yang terjadi

Hah! Bingung sekali. Yang jelas jawabannya adalah Kak Azril menyukaiku.Enggak peka yang dimaksud Kak Alvin mungkin hanya itu.

"Sudah jam sebelas lebih, mari kak percepat langkahnya, sudah mau dzuhur"

Cowok yang sudah menjadi partnerku itu melajukan langkah setelah mengatakannya.

"Lah dia kenapa? " langkahku terhenti di samping Kak Alvin.

"Dia juga suka sama elu kali gi" Kak Alvin meninggalkan aku dan menyusul langkah Romi.

Dia juga suka sama elu kali gi

Dia

Romi

Suka sama gue

Romi

Suka

Sama

Gue

Ya Allah mengapa ini begitu rumit! Ku susul langkah mereka karena sekarang aku berjalan seorang diri.Sedikit berlari kecil dan sesekali memanggil nama mereka.

"Kak Alvin! Romi! Tunggu" huhu terengah-engah mengejarnya.

...

Rasanya segar sekali sudah melakukan sholat dzuhur di siang yang terik ini. Selepas menunaikannya hati memang lebih menjadi tenang.

Alhamdulillah

"Gi duluannya" aku mendongkak dari pandangan tunduk mengamati tanganku membenahi tali sepatu.

"Iya hati-hati" jawabku terhadap beberapa teman yang sudah berlalu dahulu.

Tak sengaja aku menoleh ke samping kiriku dan MasyaAllah.

Lu setingkat lebih ganteng kalo habis sholat

Emm tapi

Masih gantengan

Kutu kupret gue

Rambut cepak ala TNI yang terbasahi oleh air wudhu itu membuat kaum adam terlihat satu tingkat lebih tampan bagiku (bagimu juga nggak nih? Hehe). Romi berada di ujung pandanganku dan, sungguh menyegarkan mata ini.

Tak mau lama-lama memandangi Romi aku berjalan sendiri sambil berbenah ransel yang ada di pundakku. Ku lihat jam tangan maskulinku dan ternyata sudah pukul  satu lewat dua belas menit.

Aku sedikit berlari kecil, keluar dari halaman masjid dan menyusuri tepi jalan raya yang agak lengang.

Tin tiiiin

"Asstaghfirullah " langkah kakiku yabg sudah menginjak aspal, kembali ku tarik mundur.

"Lain kali hati-hati dek!" bentak om-om yang hampir menyerempetku tadi.

"Iya om maaf maafkan saya" akupun menundukkan setengah badan kepada lelaki paruh baya itu.

Hem. Aku harus meningkatkan kewaspadaan lebih, sepertinya aku sedang lapar sehingga kurang fokus.

Aku menyebrang jalan untuk yang kedua kalinya, ku pastikan semuanya aman terlebih dahulu baru aku menyebrang. Aku tak mau hal semacam tadi membuatku celaka.

"Lu baek aja kan gi? " Tanya Riki yang melihat kejadian hampir di serempetnya aku tadi.

"Everything will be okey ki alhamdulillah "

"Sok Inggris gitu lu tiba-tiba" ketus Riki kesal mendapatiku berbahasa Inggris

"Hehe maap" aku menggaruk pelan kepalaku yang berlapis hijab coklat itu.

Aku ketakkan ranselku tak jauh dari sebuah ransel di bawah pohon. Sepertinya aku tak asing dengan ransel ini tapi ini punya siapa, intinya aku lupa.

Tak berapa lama ada pengumuman dari Kak Toro
"Yang belum sholat ditunggu sampai jam satu lebih dua puluh menit, dan agenda selanjutnya adalah get lunch, ada yang mau membantu mencari daun pisang untuk alas makan silahkan melapor. "

10 detik

20 detik

1 menit

Tak ada yang kunjung bangkit atas instruksi Kak Toro. Yah sayang sekali, padahal aku begitu lelah rasanya.Aku tak mau bangkit.

"Jom" bersama dengan sebuah ulurab tangan.

Avi , yah Avi mengulurkan tangan mengajakku mencari daun pisang.

"Ayo lah semangat bu prad! " menarikku paksa dengan segala kemalasan.

Aviiiiiiiii

Teriakkanku di dalam hati ini sungguh tak dapat dia dengar sama sekali. Ini sungguh ke tumbenan, dia menyeretku mendekati Kak Toro untuk melapor.

Pandanganku sudah begitu lunglai dan hooaaammmmm. Aku mengantuk.

"Kak Saya... "

Perkataan Avi di barengi suara cowok yang tak asing bagiku.

"Oh Romi, Galih, Abdul! Kalian juga mau nyari daun" teriak Avi terdengar girang.

Mereka bertiga mengangguk dan melapor kepada Kak Toro. Setelah mendapatkan izin mereka berlalu kecuali Romi.

"Avi kamu kembali beristirahat saja, biar yang putra saja yang mencari"

Avi mengangguk pelan dan lunglai. Lain denganku, aku sangat senang. Kali ini Romi mengerti keadaanku dan Love you mi hewhew.

"Uwuuu Romi tau banget apa yang gue mau"

"Ah elu mah gak bisa di ajak modus" jawabnya sedikit keceplosan dan segera ia menutup mulutnya.

"Eh! "

Aku menatapnya lekat-lekat. Jadi dia suka sama Romi.

"Jadi lu mau modus sana Romi? " menepungkan alis dan menatap tajam gadis berkacamata itu.

"Ew, sembarangan, gak lah bukan Romi tapi.. "

"Abdul!" serobotku memboycot ucapan Avi.

"Iyaa dia ganteng banget tauuuuu" sambil mengumpulkan telapak tangannya berpose macam cherybelle

"Ew lu sama Kak Azril aja, kan lu tau Abdul punyanya Kak Seli" tegasku berniat membuatnya sumbang.

"Hemmm iyaa Kak Seli jelas dia pilih lah gue burik kaya gini mana bisa dapet tempat di hati Abdul" seketika ekspresinya berubah menjadi melankolis.

"Ah udahlah, jangan mikir gituan dulu, ntar kalo udah saatnya pasti dateng kok siapapun itu" tegasku merangkul pundak si Jones Avi ini.

Hehe
Jones?
Ya begitu, dia selalu mengeluh akan ke jombloannya, makanya di kasih predikat -nes di belakangnya.

Sebenarnya aku juga sama-sama jomblo tapi tanpa imbuhan -nes lah yaa. Haha.

Bersambung

*Dia juga suka sama elu kali gi emmm kira-kiraa pernyataan Kak Alvin itu bener nggak yaaaaa.
Wkwkwk

*-nes imbuhan belakang jones diartika. Ngenes sehingga jones itu Jomblo Ngenes

Tunggu kejelasannya di part-part selanjutnyaaa.

TendaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang