Ke 7 Chef Rimba Hutan

5 0 0
                                    

"Lu kemana aja sih gi" sambut Nana dengan nada kesal.

"Sory gue barusan sholat, gimana udah masak belom?"

Semua anggota sanggaku hanya menggeleng-geleng kepala.

Sialan

"Ya.. Yang.. Yang bisa masak nasi secara bener cuma lu doang kan" ngeles Lili anggota sanggaku yang bar-bar.

What? Jadi kalian berenam gaada yang bisa masak?

Parah

Mereka berenam nyengir kuda dan hanya bisa garuk-garuk kepala.

Aku langsung bergegas membagi tugas.

"Avi lu tolong cuci beras, na lu cuci sayur, li lu ambil air bersih ya, Mia sama Hani tolong ambil kayu bakar ya dan lu ndah siapin wadah aja, ayo gerak cepat keburu isya ntar"

"Okee gii.. " semuanya berlalu dan berpencar menjalankan tugas maising-masing.

7 menit kemudian semua Avi datang membawa beras yang sudah di cuci. Tungku dan kayu sudah siap bahkan api yang sudah menyala.

Aku langsung bergegas menanak beras agar menjadi nasi, di dampingi Indah yang sedari tadi membantu motong-motong dan barangkali aku butuh apaoun dia yang mengambilkan.

Udah kaya chef aja yak wkwk. 25 menit kemudian hidangan semuanya sudah siap. Kami bertujuhpun bersiap santap malam sebelum adzan isya bergema.

"Boleh cicipin masakannya gak nih" kami bertujuh sontak menoleh sumber suara itu.

"Boleh kak boleh" jawab Nana dengan seenak jidatnya

Woy gue yang masak woy

Kak Alvin, Kak Eksan dan Kak Tasya kemudian masuk ke kapling dan join di makan malam kita.

Kita makan bersama beralas daun pisang yang langsung tembus ke tanah. Haha ya begitulah tapi sungguh nikmat.

Tak menunggu lama, makanan yang sudah di hidangkan ludes dan telah berpindah ke dalam perut 10 orang ini.

"Alhamdulilah" aku bersyukur atas kekenyangan malam ini.

"Btw siapa ini yang masak? " tanya Kak Tasya kepada semuanya

"Ugi kak" mereka berenam menjawab serentak

"Masa sih Ugi semua yang masak" tanya Kak Tasya kembali meyakinkan.

"Iya kak dia udah kaya chef rimba hutan saja, jago banget masak pake tungku" jelas Avi dengan logat polos-polos menghanyutkan itu.

Wait

Chef Rimba Hutan?

Hahaha
Mereka tertawa mendengar penjelasan Avi.

"Gak salah pilih dong ya Kak Eksan" sahut Kak Alvin di tengah tawa kami.

Gak salah pilih? Pilih apa ini maksudnya

"Ih apa apaan Kak Alvin ini, oiya kami kemari juga mau mengabarkan untuk Avi dan Indah kalian langsung ke lapangan giat ya, siap-siap jadi perugas upacara api dharma" Suaranya lembut, lain jika berbicara kepadaku.

Dasar biadab, kalo sama gue aja bentak-bentak.

Segera Avi dan Indah menuju lapangan giat diikuti Kak Tasya dan Kak Alvin. Nana, Lili, Hani dan Mia kemudian bangkit membersihkan bekas makanan dan pamit untuk berganti baju.

"Gue duluan yan gi, mau ganti"

Lah lah gue napa jadi di tinggalin sama Kak Eksan

Hmmmm

Aku cuma diam dan mengangguk mengiyakan mereka semua sambil menikmati coklat hangat di mug stainles steel ala para pendaki dan pecinta outdor.

"Plasterlu sini" memegang janggutku dan mendongkakakan wajahku ke hadapannya.

"Hah" aku hanya plonga-plongo saja menuruti apa katanya.

Dia mencabut plester yang menempel di keningku dari tadi.

"Aww" sambil ku gosok-gosok ringan di sekitarnya

Kasar bangeeet manusia ini

"Lebay lu! "

Aku lantas diam mencemberutkan diri. Diapun memasang dengan pelan plester yang baru di keningku.

Mataku tak bisa kontrol, refleks dan alot untuk di kendalikan. Tetap saja melihat wajahnya yang sedang fokus membenahi plaster di keningku, padahal aku sudah bersikeras mengendalikannya.

Manis

Eh bentar

Dia jahat inget dia jahat

"Nah udah" sambil membereskan sisa sisa bungkus plaster yang berserakan.

"Lain kali otaklu kontrol ya, jangan telat cepet siap-siap"

Heh Kak Eksan, lu tau apa soal otak gue

Hmmm

Tapi kok dia tau

Gue tadi mikir

Ah udahlah

Dia emang rese

Ku pukul-pukul kepalaku setelah dia beranjak keluar dari kapling tendaku.

"Gue emang tadi mikirin elu heh kak, eh tapi gue gak bakal suka sama elu, lu jahanam banget, gak mau gue sama elu, emang udah waktunya gue mundur! " sambil melempar ranting ke arah pintu masuk kapling.

"Awww" terdengar seperti kesakitan.

"Kak Azril! " aku langsung bangkit dan menengok keadaan kakak yang kesakitab itu.

"Kakak gapapa? Maap ya tadi aku refleks maap banget kak" sambil mengigit ujung-ujung kuku.

Kak Azril menggeleng, menandakan ia baik-baik sajaa.

Huuuuh
Alhamdulillah kalau begitu, tadinya aku sudah khawatir kalau-kalau aku melukainya seperti dia melukaiku siang tadi.

Yaa maklum aku khawatir, Kak Azril memang sedikit lebih lemah dari Kakak Laksana yang lain, dia juga bisa di bilang paling emmmm cupu (maaf ya kak Azril) begitulah pokoknya.

Kak Azril kemudian menengok ke bagian keningku yang dia lukai tadi siang.

"emmmm" sambil menunjuk kening yang terplester aku itu.

"Tadinya gue cuma mau ngasih plester baru..."

Bersambung

TendaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang