Ke 32 Bang Nano Talk

4 0 0
                                    

Terlihat beberapa matras yang tergelar di atas lantai loby. Bukan tanpa penghuni, melainkan Bang Nano, kak Eksan, kak Alvin, kak Tasya dan Romi berada di atasnya.

"Abang Nano! " seruku kepadanya.

"Ya Allah dek, abang lupa kamu tertinggal di sana" terkekeh dan memicu tawa di dalam forum kecil itu.

Aku duduk di sebelah abang Nano, abangku satu satunya itu memedangku dan menceritakan sedikit banyak tentang pengajarannya kepadaku.

"Wah, bang Nano itu berarti sukses ya menebak masa depan haha" seru kak Alvin kepada bang Nano

"Menebak masa depan? " bang Nano mempertegas

"Iya bang, dulukan bang Nano sempat bilang ke gue kalo the next pradana dan krani itu kalo nggak Eksan ya Alvin, dan sekarang terbukti bang omongan abang" jelas Kak Alvin

Bang Nano hanya terkekeh mendapatinya. Ku longok jam tanganku setelah ku rasa mataku sungguh tak berdaya menahan kantukku.

"Emm nampaknya ada yang udah kecapean nih" senggolan lengan bang Nano membuatku mengiyakan perkataannya.

Kamipun mengakhiri obrolan santai malam ini, berhubung aku dan kak Tasya sudah merengek meminta pulang.

"Yaudah bang, gue sama Tasya pamit dulu" berjabat tangan dengan bang Nano

"Gue juga ya pamit gi, bang Nano, kak Eksan" melakukan hal yang sama pula.

"Ati-ati kak, ati-ati rom salam buat om tante" teriakku kepada mereka yang sudah siap melaju di atas sepeda motornya.

"Loh san, lu ngga pulang? " tanya bang Nano memastikan, setelah melihat kak Eksan tidak beranjak kemana-mana.

"Emm anu bang itu, emm anu" seperti ingin menjelaskan sesuatu tapi entah dia ingin menyembunyikannya dariku.

"Yaudah, lu ikut gue aja ke rumah, bisa lu nginep nemenin gue dulu, itu sih kalo elu mau" sahut bang Nano mendapati kak Eksan yang kebingungan disana.

Apa dia nginep di rumah

Alah yaudah

Intinya gue udah ngantuk

Ayolah cepat pulang

"Udah kak Eksan jom lah ke rumah, gue udah ngantuk parah" tambahku dengan terpaksa.

"Iya bang nan, iya Ugi, gue ikut kalian"

Kami bertigapun on the way ke rumah. Beberapa puluh menit kami tempuh menerobos angin malam dengan segala kesunyiannya.

...

Greeeek

Suara roda gerbang berkarat terdengar setelah aku dorong pintu gerbang depan rumahku. Bang Nano dan kak Eksan lalu memasukkan motornya ke dalam halaman rumah yang tidak begitu luas.

Akupun segera menuju ke teras dan mencuci tangan serta kaki di kran air depan rumah.

"Assalamu'alaikum mama, bapak bang Nano sama Ugi pulang"

Ceklek

Membuka pintu ruang tamu yang ternyata tidak di kunci.

"Wa'alaikumusalam, masuk nak, mama sedang masakin untuk kalian ini" teriak mama yang ternyata sedang bergulat dengan bahan masakan di dapur.

Aku masuk menyelusuri ruang tamu, ruang tengah, kamar mama, kamar mas Nano dan sampailah di dapur sekaligus ruang makan.

"Mah salim dulu" menjulurkan tangan ke arah mama di sampingku.

"Aduh, tangan mama kotor gi, kamu beres-beres dulu saja" jawab mama terhadap anak bungsunya yang sudah 3 hari 2 malam tidak di rumah ini.

Tanpa perdebatan, aku langsung menuju ruang cuci yang berada di belakang dapur, bersekat satu tembok. Aku bongkar ranselku mengeluarkan segala isinya dan merendam apa yang perlu aku rendam.

Setelah aku melakukannya lalu aku melesat masuk ke kamar mandi yang tak jauh dari ruang cuci.

Byuuuuur

Rasanya dingin, namun cukup segar. Setidaknya kulit kepala yang sudah hampir 3 malam tak bertemu shampo itu sudah come back dan berpadu padan kembali.

Tak butuh waktu lama, prosesi mandiku sudah selesai. Aku mengambil handuk kimono yang selalu tersedia di kamar mandi. Tak lupa aku menutupi rambutku dengan selembar handuk senada dengan handuk kimonoku.

"Maaa, bang Nano sama tamunya di mana? " harus ku pastikan dulu aku aman dari sorotan mereka berdua.

"Ini sudah di ruang makan nak, sama bapak juga" sahut ibu

"Boleh minta tolong gak, bang Nano suruh kesini sebentar maaa"

Terdengar mama sedikit bernegosiasi dengan bang Nano. Tak lama kemudian bang Nano mengetuk pintu kamar mandi.

"Hehe maap bang ganggu, tapi boleh minta tolong? " hanya terlihat kepalaku yang melongok di antara pintu yang sedikit terbuka

"Apaan, lu gak pake baju" menatapku tajam

"Enak aja bang, gue udah pake kimono, tapi tolong ajakin kak Eksan keluar dulu ya bang, gue mau lewat ke kamar gue"

Nggak usah banyaj menjelaskan kepada bang Nano, diapun udah ngerti dan paham betul maksudku.

"Ugii.. Bang Nano udah di luar tuh" pemberitahuan dari mama itu membuatku cepat-cepat lewat.

Berlari kecil dan menyelinap masuk ke dalam kamar tanpa terlihat. Misi berhasil, akupun langsung mengganti pakaianku dan memenuhi panggilan mama untuk makan malam.

Bersambung

TendaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang