Disaat semua semakin sulit, kamu akan tau betapa berharganya waktu yang sudah berlalu dulu.
Lugi
Aku pulang sore ini sekitar setengah enam sore. Tak terlihat sepeda motor bang Nano di tempatnya. Mungkin saja bang Nano sedang pergi ke tempat abang-abang kemarin.
"Assalamu'alaikum maa, paa" salam sapaku kepada penghuni rumah.
"Wa'alaikumusalam nak baru pulang" aku mencium tangan mama, bapakku
"Iya ma, bang Nano mana? "
"Abangmu tadi dapat telepon dari teman kuliahnya, jadi bang Nano langsung balik ke Jogja nak" sahut bapak kepadaku.
"Yah, bang Nano mah begitu, tak pernah pamit denganku" keluhku kepada mama dan bapak
Mama dan bapak hanya terkekeh melihatku, kini niatku untuk meminta bantuan bang Nano dalam memimpin harus terkubur dalam-dalam setelah ia ternyata kabur duluan.
Hampir adzan maghrib terdengar, aku sudah selesai mandi. Berhubung aku sedang halangan jadi akupun tidak ikut serta sholat berjamaah.
Aku melenggang masuk kamar dan berleha-leha di sana. Meski nyeri yang ku rasakan belum jua hilang.
Panggilan Masuk
VeraBaru saja hendak ku buka lock screennya, ternyata Vera menelpon.
Tuk
"Hallo Ver"
"Hallo gi, gue musti cerita sekarang nib hehe, tadikan gue gak jadi cerita"
"Hmmm iya maap ver, gue jadi ga sering ngobrol ama lu"
Obrolanpun berlanjut hingga kumandang adzan isyapun terdengar.Aku dan Vera sama sama sedang halangan makannya aku bisa mendengarkan curhatannya tentang kak Azril barusan.
Setelah mengobrol dengan Vera, aku teringat beberapa tugas sekolah yang ku dapat hari ini. Beginilah menjadi aktivis organisasi saat SMA, banyak sekali kewajiban yang harus diimbangi.
Beberapa soal matematika yang membuatku pening kepala mau tak mau harus aku selesaikan. Entah benar atau salah kaprah, intinya aku sudah mencoba mengerjakannya sampai habis.
"Emmm apa jadwal besok pagi" gumamku sembari menunjuk kertas jadwal yang ku tempel tepat di meja belajar.
Setelah merapikan semua buku pelajaran untuk besok, aku memutuskan untuk membuka buku agenda ambalan. Satu persatu draf kegiatan yang di buatkan oleh pak sam di tambah dengan beberapa permasalahan internal serta permintaan purna membuatku semakin pening untuk memikirkanya.
"Ah sebaiknya gue telpon Romi aja ya"
Ide yang bagus, Romi adalah partner kerjaku yang musti tau apa-apa yang aku kerjakan dan tidak, yaa begitu, semenjak perkemahan pelantikan memang aku sering berkoordinasi dengannya baik langsung atau melalui telpon.
"Oke rom, besok kita bicarakan lebih lanjut, ini sudah malam, makasi ya maaf mengganggu assalamu'alaikum"
Ku putuskan untuk mengakhiri obrolan dengan Romi, waktu sudah menunjukkan pukul 21.43 saatnya aku tidur dan mengumpulkan tenaga untuk menghadapi tanggung jawab yang begitu berat ini.
Bruk
Aku menarik slimut merungkupi seluruh bagian tubuhku.
Huh
Beberapa saat kemudian membukanya, merungkupi lagi, membuka lagi begitu sampai beberapa kali.
"Eh ku telpon bang Nano ah"
Segera ku ambil handphone dan menghubungi bang Nano berharap sekali ini saja dia mengasihaniku untuk mendengarkan curhatanku.
"Hallo Assalamu'alaikum bang"
"Wa'alaikumsalam gi, bang Nano banyak garapan, intinya kamu harus tetap semangat dan mandiri, semua masalah pasti ada jalan keluarnya, jangan lupa terus koordinasi sama Romi ya, gue tutup dulu assalamu'alaikum "
Tut
Ya begitulah. Lagi-lagi begitu dan mungkin seterusnya juga akan begitu. Bang Nano pasti tau kondisiku, sebelum aku membicarakannya lebih.
Pesannya juga hampir sama di setiap telpon kalau ia sedang di Jogja, rasanya ingin sekali cepat-cepat membuat bang Nano wisuda, supaya aku bisa leluasa cerita apapun kepadanya.
...
Sudah dua minggu semenjak perkemahan Pelantikan itu, rutinitasku menjadi semakin bertambah. Hingga akhirnya tak sempat punya waktu memikirkan kak Eksan apalagi dia, memikirkan bang Nano saja jarang sekali.
Kini kelas XII sudah hampir melaksanakan try out dan sudah mlipir ke Ujian Sekolah yang jelas acara sertijab sudah kami siapkan sebelum semuanya terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tenda
Novela JuvenilTenda? Dia rumit tapi bisa melindungi. Sama sepertimu yang tak pernah bisa ku mengerti. Happy reading! 💖