Mataku bergerak kiri kanan melihat dan mecari objek yang ku cari. Siapa lagi kalau bukan Kak Seli. Aku harus memperbarui izin dulu agar tak kena semprot nanti.Jaga-jaga aja kalu nanti telat.
Kak Seli masih ada di posisinya tapi berbeda sedikit suasanya. Dia sedang berbicara serius dengan seseorang yang tak asing bagiku.
"Pak Wage? " sapaku setelah mengenalinya dengan jelas.
"Ah nak Ugi, " jawab pak Ugi tanpa sungkan.
"Mau jemput Celin pak? "
"Iya nak, "
Oy tadi aku kesini mau
Oh iya
"Kak Seli izin mengantar Cellin... " Kak Seli menegadahkan satu tangannya dab tersenyum.
Entah mengapa kakak cantik yang satu itu sedikit sekali berbicara. Tapi ya sudahlah sekarang tidak menjadi masalah untukku karena izin sudah aku kantongi.
"Pak Wage tunggu di mobil saja biar Celin saya yang mengantar nanti"
"Oh begitu ya nak, baiklah" pak Wagepun berlalu dan menuju mobil keluarga Celin tak jauh dari pendopo.
...
"Ayo cel, pak Wage sudah nunggu" kataku kepada Celin yang terlihat barusan minum obat.
"Mari saya antar juga dek" penawaran Kak Bagus yang siaga disana. Sudah menjadi kewajiban kakak Laksana mengayomi kami.
Aku membawa ransel Celin dan menuntun Celin sebelah kanan sedangkan Kak Bagus di sebelah kiri.
Kami mengimbangi langkah Celin yang masih gontai dengan seksama.Kak Bagus bahkan menunduk agak dangkal menyesuaikan tinggi badan Celin yang mungil. Akupun tak jauh beda begitu.
"Mari non" membuka pintu mobil dan mempersilahkan Celin masuk.
Celin masuk dengab pelan dan duduk di jok tengah mobil serta bersandar.
"Makasih kak Bagus" senyum Celin terpancar kepadanya
Aku meletakkan ransel Celin yang lumayan memakan tempat di bagasi mobil.
Brug
Ku tutup bagasi mobil dan kembali ke pintu belakang sopir yang sudah dibuka.
"Makasi gi, gue selalu ngerepotin elu" rintikan air matanyapun jatuh tak terbendung.
Pak Wage menutup otomati kaca mobil dari tombol yang ada di daerah kemudinya.
"Duluan nak"
Aku hanya mengangguk dan melambaikan tangan ke arah mobil silver yang semakin lama semakin menghilang.
...
Cepet gi kita sudah lapar!
Ya mungkin itu kesimpulan dari gerutu-gerutu manja seluruh calon anak buahku.Haha anak buah? Hem tidak lebih tepatnya partner-partnert teruwuku.
Aku berlari kecil dengan senyum kuda dan garuk kepala ringan. Segera aku posisikan diriku di tempat yang masih kosong.
Ini strategi siapa? Entah, yang pasti sukses membuatku duduk di depan Romi yang hanya bersekat selebar daun pisang yang berisikan makanan hangat diatasnya.
"Duduk siap grak" Romi mengaba-aba seluruhnya untuk duduk bersila dan badan di tegapkan
"Berdo'a mulai " setelahnya terdengar diikuti kepala tunduk
"Berdo'a selesai" mendongkakan kepala ke posisi awal
"Selamat makan" sorak-sorak begitulah sembari mengangkat kedua tangan keatas dan menggerakkannya seperti tari kecak. Entah apa maksunya ya tapi sudah mendarah daging di ambalan kami. Hehe.
Ngapain sih Romi liatin gue mulu
Aku menyuapkan suapan dengan benar-benar risih. Aku tak pernah makan sambil di pandangi begini. Apalagi cara makanku yang sama sekali tak ada ciwi-ciwinya.
Semoga saja Romi ilfeell.
"Nih, makan lagi" sambil menyodorkan tempe goreng satu potong kepadaku
Hemm
Aku lahap saja atau...
Ah lahap sajaAku tersenyum sinis mendapatinya.
Jangan-jangan lu suka sama gue lagi
Menatapi Romi yang menundukkan pandangannya ke makanan yang sedang dia makan.
Tak usah lama menunggu kalau urusan makanan dan makannya bareng-bareng seperti ini. Aku pasti lahap.
Hampir semua peserta sudah membersihkan halaman daun dari makanan dihadapannya, tinggal beberapa saja cewek-cewek (mon maap) menye yang sering mengeluh dan manjaaah.
Bruk bruk bruk
Daun-daun pisang bekas itu di tumpuk-tumpuk untuk di buang agar tak mengotori lapangan.Aku membantu Romi dan yang lainnya untuk bersih-bersih.
...
"Travelling yeay.. " teriak Nana saat memasuki tenda.
Aku mengosongkan ransel dan mulai membereskan apa-apanyang akan ku bawa untuk travelling.
"Kurang apa lagia ya? " gumamku
"Senter mungkin? " sahut Avi
"Oh iya mana ya senterku, ada yang tau? "
Semuanya diam dan "entah"
Ah sudahlah tak perlu bawa senter
Toh juga hanya sampai pukul 3 sore
Mengakhiri gaduh perpackingan dan berhambur keluar tenda menuju lapangan giat.
"Traveling kali ini tidak jauh dan hanya akan kita lalui bersama tanpa teka-teki jadi gak usah khawatir ya" jelas Kak Toro di depan sana menggunakan mikrofon.
Emm
Enak dong
Gak usah mubeng puyeng lagi
Seketika senyum lebar terukir di wajahku.
"Tapi jangan lupa bawa air yang banyak, sebab longmarch ini lumayan jauh sekali" lanjutnya membuat beberapa cewek-cewek menye bergidik dan hampir histeris.
Aku sih oh aja
Entah si apa motifnya sampe bisa mereka ikut serta yang jelas, aku hanya bisa berharap kalian akan berubah suatu saat nanti.To cewek-cewek menye yang berhasil lolos ke pelantikan.
Bug
Lemparan slayer hitam sukses membuatku tersadar dari negosiasi haluku dengan cewek menye.
Hah
Ternyata akuBersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Tenda
Ficção AdolescenteTenda? Dia rumit tapi bisa melindungi. Sama sepertimu yang tak pernah bisa ku mengerti. Happy reading! 💖