Angin cukup cepat menerpaku yang berada di jok belakang motor kak Eksan, dia sungguh menyetir bagai pembalap kelas dunia di jalanan yang begitu ramai.
Kepalaku hampir terasa terbang dengan helmnya sekaligus. Aku yang berpegangan di bagian belakang motor, beberapa kali hampir kehilangan keseimbangan.
"Lu tunggu sini ya" dia meninggalkanku di parkiran kantor Catatan Sipil.
Huh
Panas-panas begini, tanpa di kasih es atau jajanan pinggir jalan, aku di suruh duduk menunggunya yang tak tau sampai kapan.
Untung saja bang Nano menelpon, abangku yang satu-satunya itu mungkin ikatan batinnya terasa ya kalu adiknya ini sedang di ambang kesusahan.
"Hallo bang, sebenarnya misi apa si kok Ugi di bawa ke kantor Capil padahal ini hari jum'at dan udah siang lagi"
"Assalamu'alaikum " jawaban bang Nano ini cukup menohok, pasalnya aku memang lupa mengucapkan salam kepadanya karena kekesalanku
"Assalamu'alaikum bang hehe maapin Ugi, abisnya Ugi kesel banget" ngeles bagai bajaj tak berpengemudi
"Wa'alaikumussalam, berarti paket campnya udah berhasil di tangan kamu gi" sahut bang Nano di seberang telepon sana
"Hah berati misinya Ugi udah selesai bang? " tanyaku mengulangi
"Sudah Ugi sayang"
Setelah mendengar jawaban bang Nano, seluruh ketakutan, kecemasan dan kekhawatiran hilang seketika.
"Alhamdilah, tapi Ugi minta bonus ya bang, beliin Ugi lima puluh ribu baso tusuk depan SMA Ugi" pintaku menawar kepada bang Nano
Bang Nano terkekeh geli mendengar permintaanku itu, tak lama kemudian telponnya pun ia tutup dan membiarkanku menunggu sendirian tanpa teman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tenda
Teen FictionTenda? Dia rumit tapi bisa melindungi. Sama sepertimu yang tak pernah bisa ku mengerti. Happy reading! 💖