"Lu suka sama Ugi kan kak? "
Belum ada jawaban darinya, suara celetik api saja yang terdengar membakar ranting-ranting.
"Memangnya perilaku gue ke Ugi memperlihatkan kalo gue suka sama dia? " sejenak menghela nafas
"Dia menganggap gue kutu kupret lah, cenayang lah, jelangkung lah dan dia pikir gue begitu jahat" jelasnya penuh emosi.
"Tapi lu suka sama dia kan kak? "
"Lu juga suka sama diakan? "
Pertanyaan Kak Eksan itu tak bisa membuatku membuka mulut. Ingin sekali aku jawab iya tapi mulutku alot untuk mengatakannya.
Kami berdua sama-sama hening beberapa menit.Hingga akhirnya aku memilih untuk meninggalkannya dan berlalu menuju tenda.
"Gue tidur dulu kak"
Romi POV End
...
Wiuwiuwiuwiu
Aku yang tidak nyenyak tidur segera membangunkan teman-teman satu sanggaku.
Aku berhambur keluar, berlari tergupuh-gupuh. Bersamaan dengan semua teman-teman yang bahkan nyawanya saja belum terkumpul.
"Ayo cepat sebelum sirine berhenti berbunyi" seru Kak Zidan amat garang terdengar.
Belum saja aku sampai di barisan, sekitar 2 meteran dari sana sirine berhenti berbunyi.
"Berhenti! Diam ditempat " bentaknya sukses membuat kami tersadar sepenuhnya.
"Yang belum di barisan silahkan jongkok! "
Ya hampir sebagian dari kami belum berada di barisan. Sebenarnya sih mau memberontak, pasalnya bunyi sirine itu sangat singkat bahkan aku yang belum tertidur saja belum sampai di barisan sana.
Kami tepaksa duduk jongkok di sana, sudah berisiap-siap untuk emmm jalan jongkok sampai di barisan.
"Jalan jongkok ke barisan sekarang" lanjut Kak Zidan semakin menggarang.
Benar dugaanku bukan
Hmm
Kami berjalan jongkok dan menyempurkan barisan. Tak lama kemudian kami di arahkan untuk mengambil Tanda Kecakapan Umum yang terselip di manapun, intinya tidak akan mudah.
"Kalian harus menemukannya sesuai dengan nomor yang kalian miliki... "
Lah nomor
Guekan belum dapet sendiri
Terus gimana dong
Sebenarnya aku sangat ingin mempertanyakannya, namun apa hendak di kata. Tidak ada sesi tanya jawab dulu. Kami hanya melakukan apa yang diinstruksikan.
"Sekarang pukul tiga lebih sepuluh, maka pukul tiga lebih tiga puluh kalian harus kembali dalam posisi ini kalian paham?! "
"Siap paham! "
Kak gile aja lu
20 menit
Nyari TKU
"Bubar sekarang juga" kamipun langsung porak poranda mengambil nomor TKU yang masih tersimpan.
"Vi gue.."
"Bentar lah gi curhatnya gue mau cati TKU dulu" belum aku selesai bertanya di sudah kalang kabut pergi meninggalkanku di sana.
"Terus gue ngapain?!" gerutuku sendiri yang masih terpaku di tempat.
"Lu pulang dah sana"
Aku langsung membuka wajahku yang kututupi dengan kedua telapak tanganku itu.
"Kak Eksan " kataku sedikit teriak
"Lu duduk deh, TKUnya udah di elu cuma elu belum nyadar"
Aku langsung menyisir tubuhku.Kantong PDL, tidak ada, di sepatu tidak ada, di jilbab apalagi.
"Gak ada kak! "
"Lu jangan terlalu bego lah gi"
Diapun mendekat kepadaku kemudian mengarahkan tangannya ke arah saku jaketnya.
"Mana sini tangan lu" sambil menarik tangan kananku
"Lu raba sendiri aja, kalo gue yang ngerabain dikira gue ngelecehin elu lagi"
Buk
Menempatkan tanganku di saku jaket miliknya. Dan ternyata saku itu berisi sebuah TKU bernomorkan XVI.
"Nomornya? " tanyaku memastikan
"Di saku sebelahnya lagi" dia menjawab sambil menatapku lekat-lekat.
"Hehe kok ada disini gak bilang-bilang"
"Hehe kok ada disini gak bilang-bilang" sahutnya dengan nada nyenyenyenye.
Aku mengerucutkan bibir kesal dan menatapnya judes. Diapun terkekeh geli melihatku.
"Nih bonusnya" dia mengoleskan serbuk arang ke pipiku.
"Hih Kak Eksaaaannnnn" aku lantas mengambil arang dan mengoleskannya ke wajah kutu kupret itu.
Hahaha
Aku terhipnotis seketika melihat dia bisa tertawa karena ulahku.
"Ngapain ngliatin saya kayak gitu"
Saya
Kok nggak gue
"Maaf kak, saya hanya mengikuti kakak saja, maafkan saya apabila saya salah"
Hahaha
Bukan sebuah jawaban yang aku dapat melainkan emm penertawaan.
"Santai saja nona Ugi" dia berlalu meninggalkanku
Huh
Kenapa dia baik sekali
Ah sudahlah
Mending aku bantu cariin yang lain
Sepertinya pengambilannya tidak terlalu sulit. Hal ini bisa dilihat dari mereka yang hanya tinggal beberapa orang saja yang masih mengulik, menyusuri rumput-rumput, pepohonan dan daun.
Kemudian kami saling membantu agar cepat di temukan dan cepat semuanya mendapatkannya.
Waktu masih tersisa 5 menit lagi. Sedangkan formasi awal sudah terbentuk. Rasa hati ini sungguh bahagia.
"Apa sudah dapat semua? " tanya Kak Zidan memastikan
"Siap sudah! "
"Yakin? "
"Siap yakin! "
Seketika menghening, dilanjutkan Kak Alvin yang mengambil alih pimpinan dan mengisntruksikan kami untuk duduk bersila tetap dalam barisan.
"Saya ucapkan selamat kepada kalian, yang tinggal beberapa jam lagi resmi menggantikan kami mengemban tugas" suara Kak Alvin seperti berat dan hampir menjatuhkan air mata.
"Kami sangat berharap kalian bisa diandalkan dan amanah, kami sudah memilih, kalian sudah memilih, diantara kalian untuk jadi pemimpin, maka, tolong, biarkan kami melewati Ujian Nasional dengan tenang, tanpa harus ada permasalahan tentang ambalan kami tercinta"
Semuanya menghening, semuanya tertunduk dan mulai meresapi kata-kata terakhir Kak Alvin sebagai pradana.
Disana juga masing-masing kakak Laksana mengutarakan pesan-pesan sebelum mereka melepaskan jabatan mereka dan kegiatan pagi ini di tutup dengan do'a bersama.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Tenda
Teen FictionTenda? Dia rumit tapi bisa melindungi. Sama sepertimu yang tak pernah bisa ku mengerti. Happy reading! 💖