"Sory ya gue - - " belum menyelesaikan perkataannya aku sudah berlalu masuk ke rumah.
Brak
Aku membuka pintu dengan segala emosi yang bergejolak.
"Asstaghfirullah, Ugi" tegur bang Nano kepadaku
Aku tidak peduli, mau bang Nano marah denganku atau tidak yang jelas aku sedang emosi.
Brak
Aku menutup pintu kamar dengan lebih sadis masuk kedalamnya dan merebahkan tubuh lelahku.
Bukannya tidak ikhlas, tapi sungguh ini membuatku marah. Seharian penuh di klinik menunggui orang yang bukan keluargaku sama sekali, meninggalkan pekerjaan rumah, persiapan sekolah dan yang lainnya. Belum lagi lapar, tak bawa uang sama sekali. Seharian aku tidak makan untuk menunggu.
Aku melepas jilbab dan melemparnya sembarang, melonggarkan baju dan langsung tidur tanpa membersihkan diri apapun, berharap besok bangun keadaan sudah membaik.
...
Kak Eksan POV
Aku melenggang masuk halaman rumah Ugi setelah di tinggal pergi olehnya. Raut wajah yang penuh emosi itu membuatku merasa bersalah karena telah membuatnya badmood begitu.
"Assalamu'alaikum bang Nano"
"Wa'alaikumussalam, apa mbak Reni baik-baik saja" terlihat bang Nano yang sudah berada di teras baru saja.
"Alhamdulilah bang, sudah mulai pulih tadi"
"Alhamdulilah"
"Bang, Ugi marah ke gue bang, boleh gue temuin dulu untuk minta maaf? "pintaku kepada bang Nano
"Tidak usah, paling dia kesal karena dibuat menunggu sedangkan keadaannya sedang tidak baik, pasti dia lapar seharian tidak makan dan tak ada uang saku, ditambah sudah jatuh tempo besok dia kedatangan tamu" jelas bang Nano membuatku semakin merasa bersalah.
"Itu gara-gara gue bang, soalnya tadi suami mbak Reni belum nyampe dari tempat kerjanya di luar kota, makanya gue yang mengurus segala administrasi, kemudian mengadzani keponakan baru, sampai lupa bahwa gue ngebawa Ugi bang" jelasku kepada bang Nano
Bang Nano bisa mengerti keadaanku, setidaknya aku sudah tenang. Bang Nano memang baik, tidak langsung menghakimiku atas kelalaianku kepada adiknya, Ugi.
"Mari masuk dulu san" bahkan bang Nano masih menawariku untuk mampir.
"Ah enggak bang makasih, gue mau ke klinik lagi, gue titip salam buat Ugi aja ya bang maaf yang banyak" pesanku kepada bang Nano
Bang Nanopun mengangguk mengiyakan dan setelahnya aku pamit pulang menuju klinik kembali.
Kak Eksan POV End
...
Hari belum pagi, tapi aku sudah terbangun karena rasa sakit di perut dan di pinggang yang begitu menyiksa.
Aku bangun dan berjalan gontai menuju kamar mandi.
"Lu datang bulan? " tanya bang Nano yang menyaksikanku
"Kayanya iya bang"
"Yaudah sana mandi dulu, gue bikinin jamu dah"
Aku menuruti perintah bang Nano dan bergegas mandi. Tak berapa lama setelah selesai bang Nano sudah menyiapkan jamu kunyit di atas meja.
"Sini dulu nih, minum jamunya" teriak bang Nano ke arahku.
Aku mendekat, menyeret tempat duduk dan meneguk satu gelas jamu kunyit bikinan bang Nano. Bang Nano memang pengingat yang baik, meski jarang di rumah dia selalu ingat masa-masa menyakitkanku itu.
"Pantes aja lu marah-marah tadi pas pulang" sambil menyendokkan sepiring nasi goreng dari wajan di dapur.
Nampaknya bang Nano baru memasak nasi goreng, benar saja si, keadaan rumah yang masih sepi dan aku yang lagi kesel bertubi-tubi tidak menyiapkan makanan untungnya. Sebuah keberuntungan memang menjadi adik bang Nano.
"Gue kesel aja bang" jawabku sambil menerima uluran piring berisi nasi goreng itu.
"Iyaaa kalo abang kan udah ngerti setiap lu dateng tamu mesti gitu, tapi kan Eksan gatau gi, dia jadi ngerasa bersalah begitu lo" memberi pembelaan terhadapku.
"Iya bang iya, tapikan pasti abang udah jelasin kan? "
"Ya sudah si, tapi entah pasti dia masih kepikiran saja"
Klinting klinting klinting
Bang Nano menyeduh secangkir kopi hitam dengan gula yang sedikit dan menyeruputnya dengan begitu nikmatnya.
"Eksan sudah bilang" tanya bang Nano di sela-sela makanku
"Bilang apa bang? " tanyaku balik
"Kemarin di camp"
"Nggak ada bang"
"Oh lalu mengapa semalaman kamu kaya mayat hidup setelah berdua dengannya " bang Nano kembali memojokkanku.
"Abang tau?semalam itu..." aku menceritakan kejadian malam itu dengan detail serta rinci.
Satu detik
Dua detik
Ha ha ha
Sudah ku duga, pasti bang Nano akan mentertawaiku seperti itu. Aku kembali melanjutkan makan kemalamanku tanpa mempedulikan ocehan bang Nano mengomentari kejadian malam itu.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Tenda
Teen FictionTenda? Dia rumit tapi bisa melindungi. Sama sepertimu yang tak pernah bisa ku mengerti. Happy reading! 💖