"Wait! " suara itu berhasil menghentikan langkahku
"Ayo" tak berapa lama ia mengimbangi langkahku di samping kiri
"Pepet terus san haha" suara kak Alvin jelas meneriaki kami.
Seketika itu seluruh ruangan hampir menatapi kami dengan tatapan sejuta pertanyaan.
Mereka pacaran?
Ugi sama Kak Eksan?
Ngapain sih?
Nyenyenye
Pokoknya begitu haha. Maklum saja aku sudah populer diantara mereke. Hiks malah jadi sombong begindang...
(Maap ya hehe)"Ini ver, makanan lu, ntar minumnya ibunya yang antar" ku letakkan sepiring nasi yang masih mengebul itu di hadapan Vera.
Vera sedikit cuek dengan keberadaanku, jelaslah, Vera sedang berada dekat dengan pujaan hatinya emm ya betul Kak Azril.
"Makasi gi" sahut kak Azril kepadaku
"Vera aja ngga makasih kak haha" aku berlalu ke meja sebelah yang masih kosong.
Tuk
Aku meletakkan makan dan menyeret kursi agar muat menanpung pantat lebarku.
Satu suap
Dua suap
Tuk
"Ini mba minumannya" belum aku menyahutinya ibu itu sudah berlalu ya sudahlah.
Klinting klinting klinting
Suara es batu dalam helas yang aku aduk itu, sedikit membuatku tidak merasa kesepian.
Greeet buk
"Lu kaya terkucil banget sih makan sendirian" setelah ia mendudukan pantatnya
"Ngapain ke sini? " tanyaku ketus pada Kak Eksan yang tepat telah duduk di sebelahku.
"Gaboleh oyaudah" dia cuek menyendokkan makanan lalu disuapkan ke mulutnya.
Aku menatapinya lekat-lekat, dia sepetri sangat lelah. Tapi pandanganku terarah di luka yang masih merah di belakang telinganya.
"Lu kenapa itu? " tanyaku sambil menunjuk ke bagian yang aku maksud
" Oh ini" memegang luka yang aku maksud "Ke gesek pangkal tiang besi waktu gue nurunin tadi" dengan santainya menjawab.
"Oh" aku lanjutkan saja makananku yang sudah terlanjur beberapa saat ku cueki, rasanya sayang menduakan makanan ini untuk mengobrol dengan manusia anti peka di sebelahku itu.
"Oh doang? " sambil membalikkan sendok dan garpu diatas pring yang sudah kosong itu.
Aku hanya mengangguk sambil meneruskan makanku sampai habis.
"Alhamdulilah" ucapku setelah makanan dipiring ludes ku telan beralih tempat ke lambungku.
Sruuuuput
Terdengar desisan suara minuman yang tersruput sempurna membasahi tenggorokanku."Nih tisu, " menyodorkan selembar tisu dengan tangan kananya.
Pas sekali aku butuh benda itu, ku ambil saja tanpa basa-basi lalu ku gosokkan di area mulutku yabg terasa blepotan minyak makanan tadi.
"Nggak makasih? " tanyanya kepo kepadaku.
"Ngarep? " balasku
"Ya engga sih, tapi apa itu sopan? " menaikkan sebelah alisnya
"Enggak, tapi apa sopan juga ya menatapi orang yang sedang makan sampe makananya habis? " tanyaku sedikit menyindir Kak Eksan itu.
Dia sedikit meringis akan penyataanku barusan. Hemm baguslah kalau dia sadar haha.
Terdengar adzan dari masjid seberang rumah makan, akupun bangkit dan mengajak Kak Eksan menuju masjid, tak lama-lama dia menyetujui ajakanku.
Kami mengobrol santai mengimbangi langkah yang tak terasa ternyata memelan.
"Gi, kalo suatu saat gue ngelamar lu apa lu terima? "
Ngelamar gue?
Gak salah
"Yakan itu masih misal gi, lu gausah ngefly dulu" dengan santainya membelokkan langkahnya menuju tempat wudhu pria.
Aku tertegun di tempatku berada, di persimpangan langkahnya tadi.
Dasar kutu kupret
Mbaperin orang aja kerjaannya
"Ekhem" senggol Avi yang
"Apaansi lu" sewot menghadapinya
"Uluh-uluh yang habis ngobrol sama pangeran kutu kupretnya" perkataan Avi ini membuatku cukup pening kepala.
Aku meninggalkannya begitu saja, sebab suara ikomah sudah terdengar.
"Bu prad eh " aku masa bodoh dengan panggilan itu
"Tungguin gueeee! " berlari kearahku yang sudah terlampau lumayan jauh darinya.
"Gausah sensian napa becanda doang gue" sambil mengimbangi langkahku menuju tempat wudhu wanita.
...
Matahari yang tadinya terik berubah, tertutup awan dan emm turun rintikan hujan.
"Ini udah semua belum?" tanya pak sopir dan asistennya.
"Tunggu sebentar Pak teman saya belum naik sahut Kak Azril yang kini mengambil alih tempat duduku.
"Eh sory gi, lu sama Eksan ya, gue sama Vera" ucap Kak Azril memberitahuku setelah semua kursi terpenuhi.
Aku memang sedikit tertinggal, ya gak papalah, biar aku duduk di kursi ujung depan dekat dengan pintu.
Aku duduk memilih di sebelah jendela, selain lebih nyaman, dekat jendela adalah posisi favoritku di semua kendaraan berkaca.
"Sory guys telat, udah naik semua pak, yok jalan" sambil duduk di sampingku.
Entah dia tersadar atau tidak jikalau akulah yabg duduk di sampingnya.Tapi kelihatannya sih dia nggak ngeh kalo itu aku.
"Eh zril lu tau-hah Ugi! " hampir ia berteriak kencang ketika menengok ke arahku, untung saja dia tidak kaget-kaget amat.
Hadeh
Orang gue dari tadi disini juga
Dasar lola
"Lu ngapain disini? "
Ih gak mutu blas pertanyaanlu
Pokoknya aku hanya diam, diam dan menoleh ke arah luar bus, menikmati suasana hujan yang membasahi bumi dan berharap perjalanan ini cepat berakhir.
Hening. Betul sekali itulah deskripsi suasana di dalam bus ini. Semua sudah terlelap tidur, kecuali mereka yang duduk dengan emm do'inya, macam Vera dan Kak Azril dan lainnya, kalo aku pengecualian besar.
Meski aku duduk dengan do'i yang ku puja-puja, tetap saja, sikapnya itu tak bisa di tebak, kadang macam cenayang, kadang macam jelangkung, kadang sepanas api, kadang sehangat mentari, pokoknya dia super unik.
Eh kok
Pundaku kerasa berat ya
Aku tengok pundak kananku yang seperti di timpa beban mendadak.
Owalah pantas saja
Cenayang ini tidur di pundakku
Hampir saja aku jlungubkan kepalanya agar tak membebaniku lagi. Tapi setelah ku perhatikan lekat-lekat, terdapat lingkaran hitam di bawah matanya.
Lu capek banget ya pastinya kak
Istirahat dah
Emmm, kali ini aku mencoba membalas kebaikannya saja, toh dia juga tidak sejahat itu setiap saat.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Tenda
Teen FictionTenda? Dia rumit tapi bisa melindungi. Sama sepertimu yang tak pernah bisa ku mengerti. Happy reading! 💖