Sekitar jam setengah dua belas siang, aku kembali dari misi bang Nano yang sukses ngebuat aku gosong.
Menunggu hampir tiga jam di parkiran capil tadi membuatku kekurangan cairan dan hampir terbakar sinar matahari. Seperti berlebihan memang tapi itu fakta :)
"Bang Nano, Ugi capek" keluhku sembari masuk menghampiri bang Nano yang ada di ruang tengah
Burk
"Pokonya Ugi mau tidur" menjatuhkan diri ke kasur lantai depan televisi.
Tidak ada respond dari bang Nano, ia malah keluar menghampiri kak Eksan di teras.
Aku segera bangkit menguntitnya.Mengendap-endap ala detektif yang sedang beraksi mengintai dua orang itu.
"Alhamdulillah bang, cara lu ampuh" perkataan kak Eksan yang terdengar dari dalam ruang tamu.
"Alhamdulillah, apa Ugi bekerja dengan baik san? " tanya bang Nano sambil menepuk pundak kak Eksan
Tadi menjadi misioner sekarang menjadi penguntit, sungguh menjadi serumit tenda hidupku ini secara mendadak.
"Tadi Ugi beda banget bang, dia bisa betul-betul bikin mama terkesan dan menyukai pembicaraan dengannya, aku jadi leluasa mencari dokumen itu di kamar mama" ujarnya terdengar sedikit samar-samar dari ruang tamu.
Mengambil dokumen di kamar tante Mina
Jadi gue disuruh buat bantuin kak Eksan nyuri
Ah masa sih
Tak mungkin
Bang Nano
"Kami sudah selesai mengobrol Ugi, tak perlu menjadi penguntit lagi "
Aku mendongkak kepala seketika
"Hehe bang Nano, kak Eksan" sapaku lirih setelah kepergok menguntit.
Aaaaaaaaa
Kutu kupreeeeet
Sialaaan sialan
"Sudah, ayo makan bakso tusuk yang kamu minta di tenda halaman belakang" ajak bang Nano sambil berjalan menuju halaman belakang yang diikuti kak Eksan di belakangnya.
Dengan terpaksa aku menahan malu, lalu menyusul mereka berdua. Basko tusuk itu tidak bisa ku lewatkan kelezatannya di bandingkan dengan rasa malu.
Ancang-ancang kepedasan atau kepanasan, aku membawa air dingin satu botol besar yang baru ku keluarkan dari kulkas.
"Ugi, garpu dek bawa sini" teriak bang Nani dari halaman belakang.
Akupun langsung mengambil 3 buah garpu dan membawa wadah semacam baskom untuk menaruh bakso tusuk tercinta itu.
"Taro sini bang, biar makannya barengan aja" sambil meletakkan wadan di tengah-tengah formasi kami bertiga
Kak Eksanpun menuangkan bakso tusuk seharga beberapa puluh ribu itu, dilihat dari porsinya yang banyak.
"Suka pedes kan bang? " tanyanya sebelum menuangkan bumbu-bumbu ke dalam bakso tusuk super itu
"Suka sukaa bang Nano suka pedes kok taro aja semua" ujarku menjadi juru bicara bang Nano.
Bang Nano hanya menggeleng, tersenyum melihat adiknya ini yang sudah begitu tidak sabar dengan santapan siang itu.
Bakso tusuk itu begitu menggoda dengan segenap bumbu pedas yang bikin selera makanku bangkit.
"Et " cegah bang Nano yang mendapatiku yang hampir menyerbu bakso itu tanpa ampun
"Yah bang, apa lagi sih gue udah laper" kataku dengan sedikit cemberut
KAMU SEDANG MEMBACA
Tenda
Teen FictionTenda? Dia rumit tapi bisa melindungi. Sama sepertimu yang tak pernah bisa ku mengerti. Happy reading! 💖