Ke 38 Introgasi Bang Nano

5 0 0
                                    

Setelah banyak bujuk rayu Bang Nano terhadap bapak dan ibu. Izin legalitas camping malam besok resmi terbit.

Aku yang amat bergembira itu, hingga lupa jika, diri ini masih belum mengqodo tidurnya.

Untung saja abang tercinta sangat tanggap dan gesit, segala peralatan yang musti ku bawa untuk camp, sudah 100% disiapkan olehnya.

"Ugi" panggil bang Nano yang sudah membereskan ransel 40 liter dengan segala isinya

"Dalem bang" menyahutinya dan mendekat ke arahnya yang ada di ujung ranjang.

"Eksan orang yang baik dan bertanggungjawab" hm aku hanya bisa diam mendengarnya, belum bisa mendeteksi ke arah mana pembicaraan bang Nano itu. Tapi aku sudah sedikit menduga.

"Sejak kapan adik gue satu-satunya mengagumi Eksan? " tanya abangku terang-terangan.

Seperti apa yang sudah ada dalam dugaanku. Bang Nano sudah mengetahuinya tanpa aku harus bercerita panjang lebar.

Kini tinggal klarifikasiku yang bang Nano tunggu.

"Sejak pertama ngeliat dia pas PPTA bang, awalnya sih cuma biasa aja, tapi yaa begitu deh" ucapku dengan intonasi yang tak begitu tinggi.

"Lalu?" tanya bang Nano lebih lanjut

"Ugi sempat patah hati waktu itu bang, pas tau kalau kak Eksan itu ternyata mantannya kak Prinka"

Melihatku yang sedikit tertunduk lesu bang Nano memberikan usapan lembut di punggunggku.

"Ugi, asal kamu tau"

Aku mendongkakakn kepala menghadap bang Nano yang mulai menyeriuskan pembicaraan.

"Eksan tak pernah berpacaran dengan Prinka" lanjutnya melerai rasa kekecewaanku.

Hah tak pernah berpacaran

Lalu mengapa kak Prinka begitu kejam dengan orang yang mendekati kak Eksan

"Tapi semua orang bilang begitu bang" bantahku pelan kepada bang Nano

Bang Nano sedikit menghela nafas. Aku akui sih, bang Nano lebih kenal kak Eksan dulu di bandingkan aku. Tapi ya emm bang Nanokan sudah 3 tahun tak dekat denganku ataupun sekolah.

"Kamu tau Ugi? " tanya bang Nano menatapku

Aku hanya bergeleng menatapi bang Nano yang sepertinya akan menjelaskan panjang lebar tentang cenayang itu.

"Kamu kira bang Nano tak pernah mendapat pesan dari Eksan akhir-akhir ini? " menanyakan balik kepadaku.

"Mungkin dapat, tapi apa bang Nano membalasnya, lihatlah pesan gue yang jika di bukukan sudah menjadi novel, sama sekali tak pernah abang baca bukan" celetukku sedikit mengungkit-ungkit.

Mm mungkin memang bang Nano sibuk, selain kuliahnya di fakultas teknin, dia bekerja paruh waktu di sebuah restoran dan jika libur bang Nano menjelma jadi ojol. Yaa begitu sampai dia tak bisa balas pesan adiknya sama sekali.

Bang Nano hanya terkekeh kecil

"Bukannya abang tak mau membuka" ujarnya sedikit menjelaskan.

"Lalu? " tanyaku sembari mengerucutkan bibir kesal kepadanya

"Haha gue cuma nggak mau lu kangen sama abang terus-terusan" lanjut bang Nano yang sama sekali tak masuk di akalku.

Sekarang terserah dia sajalah, toh juga otakku belum mampu menganalisa apa maksud dan tujuannya.

"Abang tau kamu tak terlalu butuh nasehat abang, jadi tak gue biarkan lu ngeluh terus, kalo iya gue bales pesan lu pasti endingnya lu curhat, nangis dan begitu deh haha"

"Iya sih bang, tapi tetap aja abang jahat ke gue" cetusku yang masih belum bisa menerimanya.

Aku lalu berpindah ke meja belajar, duduk menghadap bang Nano yang penuh dengan makna tersirat di dalamnya. Cukup membuatku pening dengan segala teka-teki tak berujung bang Nano.

"Kalau seandainya dia suka sama elu gimana? " pertanyaan bang Nano ini ada-ada saja. Intinya aku sama sekali tidak bisa menebak apakah ini realita atau hanya dagelan konyol milik abangku itu.

"Dia siapa bang? " jawabku pura-pura bodoh, padahal sih sudah tau yang abang Nano maksud dia itu adalah Kak Eksan.

Seperti itulah bang Nano, kepura-puraan bisa dia deteksi dengan mudah, dia memilih untuk tidak menjawab jika pertanyaan macam yang aku tanyakan tadi. Abangku itu memang super misteri.

"Hem bang Nano, bang Nano, gimana Ugi mau cepat punya kakak Ipar kalo ke cenayangan bang Nano terus di pelihara!"

Melihat bang Nano yang hanya terkekeh aku bangkit dari kursi belajar dan menjatuhkan diri di kasur. Melapisi badan dengan selimut.

"Udah ah bang, gue belum qodo tidur gara-gara misi misi tadi " cetusku dengan nada jengkel.

"Lu gak tau berapa banyak wanita yang mengejar bang Nano, Ugi" setelah mendengarnya, aku memilih bangkit dari tidurku lalu memastikan bahwa ini bukan mimpi.

Plak plak

"Lu kenapa si? " tanya bang Nano sewot melihatku menggeplak pipi kanan dan kiri

"Itu barusan asli berati bang, gue gak mimpi, emm tapi abang gak pernah kenalin ke Ugi salah satu ceweknya? "

Hahaha

"Ih lu mah ketawa mulu bang! " ku rasa aku sudah benar-benar di ujung kesabaran

"Lu aja di tanya malah sok bego tadi" timpal bang Nano dengan santai.

"Apa sih bang, iya deh iya, kalo semisal kak Eksan suka sama aku, ya mau gimana lagi memangnya bang! Kecuali kalo dia dateng ngelamar aku besok, lusa, atau ntar malem dah, ya gue terima orang jelas-jelas gue suka sama dia bang! " meledak-ledak memberikan penjelasan dengan bang Nano.

Hahaha

"Tuhkan di jawab gak di jawab podo ae" sahutku sewot mendapati bang Nano yang hanya tertawa.

"Tunggu abang wisuda ya, baru nanti gue ajak lu ketemu calon kakak ipar, sekarang sudah malam, tidur gih" sambung bang Nano mengakhiri emosi berlebihku.

"Janji ya bang" ya sedikit penegasan dengan janji jari kelingking.

Bang Nano hanya mengangguk dan mengkaitkan jari kelingkingnya ke jari kelingkingku. Semua udah tau lah ya, model jari kelingking begini haha.

Setelahnya aku memang lebih merasa terjamin bang Nano merealisasikan janjinya, ah, sebenarnya karena aku juga sudah malas berdebat dan sangat ngantuk mata ini.

Perjanjian jari kelingking itu mengakhiri introgasi dan perdebatan kecil malam ini, kini aku harus tidur untuk mendapatkan hadiah misi ke dua besok.

"Oke, Selamat malam bang Nano"

"Selamat malam Lugisya bidadari"

Bersambung

*Dalem bukan artinya dalam ya, itu bahasa jawa yang biasa di gunakan oleh orang jawa menjawab panggilan. Dalem ini bahasa halus ya guys bila dibandingkan dengan apa. Orang jawa pasti paham dengan "dalem" itu.

TendaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang