"Oke baiklah, kita sudah berada di penghujung acara... "
Haaaaaa
Suara Nana menguap begitu keras.Bahkan dia sama sekali tidak merasa bersalah atas kegaduhan yang dia ciptakan.Sama seperti Nana, mataku sudah begitu berat dan sesekali terlelap dan membuat kepala ini menyeruduk Indah yang ada di depanku.
"Paansi lu gi" menoleh kearahku dan mengerucutkan bibirnya.
"Sory ndah, gue cape banget, ngantuk behehe" garuk kepala yang sedikit gatal.
Mungkin saha jika aku buka jilbabnya nanti seluruh kutu dan keluaganya sudah menempel pada jilbabku itu. Yaa, cuaca sedaritadi sangat panas, dan aku belum sempat melepas hijabku secara utuh. Hanya melepas penitinya untuk mengeluarkan telinga saat berwudhu.
Huuuh
Rasanya aku kebelet pipis, sungguh ini sudah di ujung. Ingin izin tapi sudah terdengar salam penutup diikuti beberapa teman yang mulai membubarkan diri kembali ke tenda.
Boom!
Antrian di kamar mandi mengular panjang melebihi prediksiku.Ini sudah cukup membuatku seperti di penggal seketika.
Celin
Entah, disaat kebelet pipisku yang belum bisa terlonggarkan, kakiku menjajaki jalan setapak buper menuju ke ruang kesehatan. Aku masuk dan menanyakan keadaan Celin kepada Kak Novi yang menjaganya.
Setelah tak lama berbincang dengan Kak Novi, kebeletku kembali hadir meracuni setiap hembusan nafas ini.
"Aduuh, mana kamar mandi antri lagi"
"Mau apa? Di pojok ruangan itu kamar mandi, buka saja, tak ada orang di dalamnya" ucap lembut Kak Novi yang mendengar gerutuku.
LEGA. Rasanya seperti baru saja keluar dari penjara setelah di tahan beberapa abad. Hem padahal akupun tak tau dan belum mengalaminya. Oh baiklah.
Aku kembali ke sisi Celin, memandanginya lekat-lekat dan mengusap rambutnya pelan.
"Cepat sembuh Celin, aku tinggal dulu ya, tidur yang nyenyak" bisikku pelan sambil tersenyum.
"Kak Novi jaga teman-temanku semua yang sakit ya, Kak Novi jangan lupa istirahat juga, selamat malam"
Senyum manis kak Novi yang berhasil mengangkat tahi lalat yang letaknya di dagunya. Sangat cantik. Aku bergegas ke tenda berharap aku bisa melepas sementara hijabku yang sudah sangat lusuh.
...
Kak Eksan POV
"Dia memang aneh" gerutuku sambil menayangkan senyum atas kelucuannya ini.
"Woy san ngapa lu senyum-senyum sendiri?" tanya Alvin dengan menepuk punggungku.
"Lagi geli kali inget yang tadi-tadi haha" ledek Tasya mendahului.
"Ah apaan sih kalian, pacaran aja sana gausah ngeledek gue gitu" sambil cemberut menyeruput secangkir hot chocolate yang ada di tanganku.
"Eh gak lah kasian sobat gue ini, ntar kesurupan lagi ditinggal sendiri" jawab Alvin dengan terkekeh ringan.
Kampret lu
Kami berjalan menuju sekitar sisa api unggun si tengah lapangan.Entah mengapa hatiku begitu riang dari sebelum-sebelumnya.
"Bro lu kenapa gak sesegera mungkin nembak dia aja sih? " tanya Alvin kepo amat
"Hemmmm" aku tak memilih menjawab, aku tak tau siapa yang dia maksud yang jelas jangan tanya lagi, cewek yang deketin aku itu auto banyak dan gak akan kehabisan stok.
"Masih betah jomblo atau banyak pilihan haha, masa sih elu udah setua itu belum bisa jatuh cinta sama seorang cewek" Tasya tertawa terbahak-bahak dengan Alvin
"Euuuh gak lucu tau! Gue udah jatuh cinta, kalian saja yang belum tau gue jatuh cinta dengan siapa haha" menyedakepkan kedua tanganku di depan dada.
"Sumpah lu, tak kira lu gak normal"
Keduanya terus menggoda dan menertawakanku tak bosan-bosan.Ya sebagai obat nyamuk sahabat saat mereka berdua memeng hal yang sangat dihindari para jomblo di dunia sekarang ini.
Apalagi bagiku, pasti akan menjadi ledekan habis-habisan mereka.
"Brisik lu pada, gue lempar arang panas baru tau rasa lu! "
Kak Eksan POV End
...
Buset
Melihat suasana tenda yang amat sampang serampang kaya pas Jepang di bom sama Amerika.
"Terus gue tidur di mana aih" gerutuku sambil menggaruk-garuk kepala.
Ya cukup semrawut suawana tenda, belum lagi teman-teman satu sanggaku yang tidur celalangan mengambil alih semua tempat hingga tak tersisa untukku.
Terus gue tidur dimana?
Aku mencari tempat nyaman di sekitar tenda dan ah rejeki anak solehah.
Matras Celin masih di luar tenda tanpa ada yang memasukkan. Tak pikir panjang, aku mengambil matras itu dan menggelarnya di tenda dapur yang terbuka satu sisinya.
Ya, mau gimana lagi.
Sebekumnya ku taburi garam meja di sekeliling tempat tidurku, agar terhindar dari binatang melata seperti Ular dan teman-temannya.
Hanya beralaskan matras berukuran minim cukup untuk orang dewasa. Bahkan hanya menyisakan sedikit sisa setelah aku terlentang diatasnya.
Hmmm tak apa. Tak menunggu lama dunia mimpi langsung menghampiriku menawarkan paket trip traveling yang tak bisa aku tolak.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Tenda
Teen FictionTenda? Dia rumit tapi bisa melindungi. Sama sepertimu yang tak pernah bisa ku mengerti. Happy reading! 💖