Ke 31 Nostalgia Kak Zidan

4 0 0
                                    

Aku yang masih di dalam ruang nostalgiaku, bagaikan di tarik keluar dengan pertanyaan itu.

"Eh anu kak eng-nggak" jawabku gagap

"Lu inget yang setaun lalu ya? " tanyanya menatapku serius

"Enggak kak memangnya ada apa setahun yang lalu di sini? " tanyaku mengalihkan pembicaraan dengan kak Zidan.

Plis seseorang tolongin gue

Gue gak mau mati kutu bahas masa lalu

"Lu gabisah berdalih gi, gue tau lu jadi inget masalah dulu kan, hehe santai aja gi, rasa itu memang masih ada tapi gue ngerti kok, perasaan lu dari dulu buat siapa"

Aku terdiam, tapi perkataannya barusan lebih membuatku senam jantung malam-malam.

"Gue gak nyangka sih gi, cewek sedatar lu, segalak lu itu bisa di sukai banyak cowok, gue heran juga kenapa gue suka sama elu, yang jelas lu punya daya tarik tersendiri sih haha"

Di sukai banyak cowok?

Punya daya tarik tersendiri?

Sebenernya dia ngomong apa sih

Begitulah, aku sungguh tidak mengerti apa maksud dari kata-katanya yang nyantol di kepalaku, yang jelas yang aku tau Kak Azril dan dia Kak Zidan  yang bisa di bilang suka denganku.

Tapikan definisi banyak menurutku itu minimal ada empat, lima, enam, hingga tak terhingga bukan. Jika hanya dua itu belum banyak. Ah aku tidak tau apa maksudnya. Aku hanya bergumam kecil sambil menatapinya yang beranjak mendekati Kak Alvin, kak Eksan dan Kak Tasya di ujung loby.

Oh iya

Nelpon bang Nano

Bergegas mengambil ponsel dan ku telpon bang Nano.

"Hallo bang"

"Gue udah di parkiran tamu sekolah mau jalan ke loby tapi ujan, lu ada payung bawa sini cepetan"

Tuut

Bang Nano mematikan telponnya sebelum aku mengiyakan. Pandanganku langsung tertuju ke tempat payung yang ada di loby sekolah. Masih ada payung di sana.

"Eh kak! " spontan aku meneriaki Kak Eksan yang mengambil payung yang tinggal satu itu.

"Kenapa? " Jawabnya dingin kaya beruang kutub

"Eh anu kak, gue mau pinjem payungya buat jemput kakak gue di parkiran tamu"

Dia menatapku tajam, tak memberikan satu katapun setelah beberapa detik.

"Gue juga mau kesana" berbalik badan membuka payung tersebut.

Hah

Gue kesana sama elu sepayung gitu?

"Heh, ayo! " kali ini dia mengajakku untuk yang keberapa kalinya, pasalnya tadi aku tidak mendengarnya dengan segala ke lolaan otakku ini.

Selangkah mendekat

Selangkah lagi

Dan

"Lambat! " dia meninggalkanku dan enyah membawa payung itu.

Tuhkan

Sifat tak terpujinya kambuh lagi

Segala pikiran baik terhadapnya adalah sebuah kesalahan. Akhirnya aku yang kena php makhluk itupun, kemudian mengambil jaketnya. Emm iya kami masih bertukar jaket hingga sekarang.

Aku bentangkan jaketku di atas kepala dengan kedua tangan, berlari kecil meneribos hujan menuju ke parkiran tamu sekolah.

"Bang Nano tau ngga, semenjak bang Nano lulus itu gue jadi pengin ngikut bang Nano" samar-samar terdengar setelah beberapa langkah lebih dekat dengan parkirab tamu.

"Ah bisa aja lu, eh gimana perkembangan pramuka disini san? "

Brek brek

Suara kibasan jaket itu memberhentikan pembicaraan mereka berdua.

"Ugi" panggil bang Nano

"Bang Nanoooooo" aku berlari ke arahnya lalu memeluknya erat-erat.

"Bang Nano kenapa baru balik sih, padahal sering-sering balik juga bisa, Ugi kangen tau" sambil di elus-elus kepalku olehnya.

"Halah kalo di rumah juga berantem doang" sahut bang Nano dan akupun melepaskan pelukan.

"O iya san, kenalin nih ade gue, Lugiyansah Firmanto"

Eh tunggu tunggu

Jadi abang gue sama Kak Eksan saling kenal?

"Hah apa bang, jadi si Ugi ini adek lu bang? " tanyanya begitu terkejut.

"Loh kalian sudah saling kenal" tanya bang Nano kepada kami berdua.

Kak Eksan menatapku lalu bergantian menatap bang Nano.

"Owalah pantes, pas pertama Ugi masuk ambalan, gue kaya ngeliat diri elu bang di dalam dirinya, eh tenyata ade lu bang" lanjutnya menepuk lengan abang Nano.

"Yaudah bang ngobrol di loby aja ya, mari bang" lalu membentangkan payung

"Oh mari-mari"

Bang Nano!

Terus gue ujan-ujanan lagi ah elah.

Tanpa mempedulikan aku yang jelas-jelas adeknya, bang Nano meninggalkanku dan berjalan dengan Kak Eksan ke loby.

"Adek tiri kali gue" ngedumel sendiri.

Ya sudah mau bagaimana lagi, aku kembali membentangkan jaket dan menerobos hujan kembali untuk sampai ke loby sekolah.

Bersambung

TendaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang