Ke 33 Bang Nano, Curhat dong! Iya dong!

5 0 0
                                    

"Emm Ugi, tidur dulu ya udah capek banget hehe" aku bangkit menuju kamarku.

Peduli apa ada kak Eksan atau tidak, toh juga itu tamunya bang Nano. Dia menatapku begitu aku mengangkat kaki dari ruang makan.

Ceklek ceklek

Tak lupa aku mengunci pintu, biasanya sih tidak begitu. Tapi inikan adaa kak Eksan.

Bruk

Aku jatuhkan di kasur sejuta kerinduanku yang sudah ku tinggal 2 malam lamanya.

Semenitpun belum genap, mataku sudah terpejam diantara taburan bintang mimpi-mimpi.

...

Kak Eksan POV

"Bang sory ya gue jadi ngerepotin" ujarku meminta maaf kepada bang Nano yang duduk dengan secangkir kopi di teras.

"Santai aja, Ugi mungkin capek makannya dia langsung tidur" sahut bang Nano sambil beberapa kali meniup-niup kopinya.

Aku mulai mengalihkan pandangan ke luasnya langit malam yang kini begitu cerah bergelimang bintang. Hanya ada sebagian sih, tidak begitu banyak tapi sudahlah cukup untuk menghiasi malam ini.

"Lu ada problem sama keluarga? "

Pertanyaan bang Nano memang benar, dia memang mampu mengetahuinya dari gerak-gerikku saja.Aku terdiam sesaat menghirup nafas panjang dan mengeluarkannya perlahan, emm cukup membuatku sedikit tenang, hanya sedikit.

"Begitulah bang, punya dua bapak yang masing-masing punya keinginan besar untukku memang begitu membuat pening kepala" memegangi pangkal hidung yang terasa sedikit berdenyut.

"Bapak tiri lu sama bapak kandung berantem? " tanya bang Nano mulai serius

"Enggak berantem sih bang, tapi bapak sering melarang gue untuk nemuin bapak kandung dan dia juga udah punya unek-unek nguliahin gue di luar kota" jelasku sedikit beremosi kepada bang Nano.

Tidak ada respond yang cepat, hanya terdengar deheman bang Nano pelan diikutu dengan suara sruputan kopi dari cangkirnya.

"Anak bujang memang kudu bangkot san" ujarnya santai sambil meletakkan satu set cangkir dan tatakannya.

Tek

Bang Nano mulai beranjak dari kursi teras, mengambil penguras lantai dan mengeringakan lantai teras yang semulanya basah karena hujan.

Sruuuk sruk

"Lu tau san? Apa yang bisa bikin gue jadi mahasiswa teknik di UGM" ucapnya santai sambil terus menyingkirkan air di lantai.

"Ya karna abang punya keinginan yang kuat terhadapnya bukan? " tanyaku melanjutkan obrolan santai malam ini

"Nah itu elu tau, gue sebenernya udah nggak ada peluang buat kuliah di sana, bahkan kuliah biasa saja mama bapak gue udah angkat tangan, tapi karena gue punya keinginan kuat dan berusaha merubah takdir, Allah bakalan bantuin kita" penjelasan singkat bang Nano itu sedikit membuatku berpikir lebih luas.

"Kita punya Allah punya Tuhan yang sudah mengatur hidup kita, jangan hanya karena omongan orang lain terus kita berburuk sangka sama pencipta seluruhnya" lanjut bang Nano menuntaskan penjelasannya.

Bang Nano memang benar, ucapannya selalu sesuai dengan pemikiranku, yaa meski masih ada keraguan yang terbesit sedikit, tapi bang Nano cukup menggantikan posisi ayah kandungku dalam menasehati.

"Lu positif lanjut kedinasan kan? " tanya bang Nano memecah lamunanku.

"Gue gak tau bang, semenjak perceraian emak bapak gue, akta kelahiran gue belum di proses sampai sekarang" ujarku mengungkap sebuah fakta yang selama ini tidak ada yang tau.

"Kan lu masih bisa bikin sekarang, pake surat cerai mamak atau bapak begitu"

Perkataan bang Nano memang merupakan solusi, tapi ada permasalahan lagi dalam menjalankannya. Sudah beberapa kali ku coba tapi hasilnya nihil.

"Iya bang gue paham, tapi setiap gue nanya surat cerai ke mama gue bang, mama pasti gak ngeladenin bang, dan setiap gue mau otw ke rumah bapak kandung, gue selalu di cegah bang" jelasku menambahi permasalahan yang terjadi.

Bang Nano masih terdiam santai, menyeruput kembali secangkir kopi. Ya, baginya memang kopi adalah inspirasi besar.

"Sudah dengan cara sebaik mungkin? " tanya bang Nano melanjutkan

Aku hanya mengangguk lemas di sebelahnya, buntu, otakku sudah buntu memikirkannya.

"Tapi gue yakin lu nggak menjelaskan kepentingannya kan? "

"Enggak bang "

Jawabanku itu membuat bang Nano mengendus nafas kesal.

"Hemm, besok lu ajak Ugi ke rumah lu, terus lu bilang sama emak lu, lu butuh surat itu buat daftar sekolah lagi" pernyataan bang Nano ini sedikit membuatku bingung.

Aku terdiam sejenak memproses perkataan bang Nano yang masih belum terolah cepat di otakku.

Kenapa harus ngajak Ugi?

Apa hubungannya?

"Biar emak lu gak marah-marah dan ngasih suratnya ke elu Eksan" aku menoleh ke arah bang Nano

Wajah santainya masih tidak terlihat syock terhadap keadaan apapun.

"Begitu ya bang? " tanyaku kepada bang Nano memastikan

"Coba saja besok"

Bang Nano kembali menyeruput kopi di cangkirnya dengan tenang. Memandanginya begitu membuatku terinspirasi, bang Nano memang terbaik.

Kak Eksan POV End

Bersambung

TendaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang