Empat Puluh Delapan

2.2K 227 27
                                    

Aku membenci diriku sendiri yang tidak bisa memperjuangkan cintaku lagi.
-Dion.

-----------

Hari semakin larut, Dion mengajak Dian pulang. Takutnya nanti ia akan dimarahi orang rumah.

"Cium tangan dulu dong," kata Dion sembari mendekatkan tangannya di depan wajah Dian.

"Ih Dion, kita kan belum nikah," kata Dian.

"Gapapa, latihan aja dulu," balas Dion tersenyum.

"Dasar," kekeh Dian yang kemudian mencium punggung tangan Dion.

"Hati-hati pulangnya, makasih untuk hari ini Sayang," lanjut Dian sebelum akhirnya keluar dari mobil.

"Sama-sama Sayang," balas Dion pelan.

"HUAAAAAAA!!!" Dion berteriak dalam mobilnya. Ia begitu bahagia malam ini, meskipun entah sampai kapan kebahagiaan ini.

###

Senyum sedari tadi tercetak jelas di wajah Dion. Sampai akhirnya ia masuk ke dalam rumah, kebahagiaan itu langsung lenyap.

"Arsya? Lo ngapain disini?" Tanya Dion begitu melihat sosok Arsya di rumahnya.

"Kamu dari mana aja Dion? Jam segini baru pulang, Arsya disini dari tadi nungguin kamu. Di telfon nggak diangkat," kata Santana.

"Dari rumah Ravli," balas Dion santai.

"Kamu nggak bohong kan? Kamu nggak ketemu sama Dian kan?" Tanya Arsya.

"Ya kalau gue ketemu dia kenapa?" Balas Dion balik bertanya.

"Dion, aku ini kan pacar kamu," kata Arsya.

"Lah dia masa depan aku," balas Dion.

"DION! Jaga ucapan kamu!" Bentak Santana.

"Kan emang bener Pa, sejak awal Dion emang nggak setuju sama perjodohan ini. Arsya aja yang maksa," kata Dion.

"Ya tapi kan ini semua udah kesepakatan antara keluarga kita Dion," kata Arsya.

"Umm sorry? Itu kesepakatan keluarga kita, bukan kesepakatan gue juga," balas Dion yang akhirnya memilih pergi.

"Dion, kamu dengerin Papa. Setelah ujian selesai, kalian akan tunangan, dan kamu, jauhin Dian. Papa nggak suka kamu deket-deket dia. Kamu lupa sama apa yang pernah Papa bilang ke kamu tentang hubungan kamu dan Dian?" Langkah Dion terhenti, apa tadi kata Santana? Tunangan?

Lelaki itu sudah gila.

Dion menoleh, menatap nyalang Santana dan Arsya secara bergantian. "Papa emang bukan Papa yang Dion kenal," katanya.

"Dan lo Arsya, jangan pernah lo mimpi buat tunangan apalagi sampai nikah sama gue," sinis Dion.

"Kamu udah berani Dion? Kamu lupa? Papa aku bisa aja nyelakain Dian, dia itu penghalang buat hubungan kita!" Kata Arsya dengan emosi yang mulai naik.

"Berani lo sentuh Dian, gue nggak akan segan-segan buat lenyapin lo dari muka bumi ini," kata Dion.

"Terserah, asal Dian juga musnah dari muka bumi ini. Kalau aku nggak bisa milikin kamu, berarti Dian juga nggak!" Kata Arsya.

Rahang Dion mengeras, bahkan kuku-kuku jarinya sudah memutih menahan amarah yang siap meledak kapan saja.

Ia berjalan mendekat ke arah Arsya, bersiap melayangkan tamparan padanya. Namun, dengan sigap Santana menahan tangan Dion.

Crazy Boyfriend [Completed✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang