Universitas Negeri Yogyakarta.
Tujuan terakhir dari kunjungan kampus kali ini. Setelah dari sini, barulah mereka akan memanjakan otak dengan berlibur ke beberapa destinasi wisata yang ada di Jogja.
Dion tak sabar ingin membawa ban bebeknya itu berenang di pantai.
Sebelum berangkat ke universitas, memang ada kendala sedikit. Dimana Dion yang bersikeras ingin satu bus dengan Dian, hingga menimbulkan kericuhan antara siswa dan pendamping.
Katanya, kalau tidak diperbolehkan pindah. Dion ingin menggembeskan roda bus milik Dian agar Dian dipindahkan ke bus nya.
Akhirnya, pendamping mengalah juga, Dion dipindahkan di bus dimana Dian berada. Tidak hanya Dion saja, namun dengan dua pengikut setianya juga.
"Dian, sini gandengan ih. Nanti hilang loh," kata Dion yang sedari rempong masalah gandengan tangan, lepas sebentar pasti disatukan lagi. Katanya takut kalau Dian digandeng Zidan.
"Gue nggak akan hilang Dion, yang ada gue malah nggak nyaman kalau lo gandeng gini, malu tahu dilihatin banyak orang," kata Dian.
"Kenapa harus malu sih Dian? Kan dia pake baju sama celana," balas Dion.
"Bukan malu kaya gitu maksud gue," kata Dian.
"Terus? Malu yang kaya gimana dong? Oh, atau jangan-jangan. Dian malu ya, jalan sama Dion? Karena Dion nggak ganteng gitu? Nggak seganteng Zidan gitu? Jadi, Dian malu jalan sama Dion?" Tanya Dion terlalu hiperbola itu.
"Ish, enggak gitu Dion. Lihat, nggak ada yang gandengan tangan, cuma kita doang, nggak enak diliatin yang lain," balas Dian berusaha untuk sabar.
Bayinya ini memang sedang rewel karena termakan cemburu.
"Iya deh iya, nggak gandengan nih," kata Dion melepaskan gandengannya.
"Tapi habis ini nyari permen karet ya?" Lanjutnya.
"Disini mana ada yang jualan permen karet, kamu yang bener aja ah," kata Dian.
"Dian kalau manggil Dion konsisten pakai aku-kamu gitu, bikin Dion seneng tahu," kata Dion.
"Apaan sih, nggak sengaja tadi tuh," elak Dian.
"Makanya, dibiasain pakai aku-kamu. Masa udah pacaran tapi panggilan masih lo-gue aja," kata Dion sembari mengerucutkan bibirnya.
"Nggak usah sok imut gitu!" Ketus Dian.
Dion terkadang suka bingung dengan sikap Dian, kadang begitu baik, perhatian, lembut. Namun, kadang juga bisa jadi galak, judes, bodoamatan.
###
Puas melakukan kunjungan, siswa-siswa diperbolehkan untuk melakukan swafoto seperti sebelumnya. Asal tidak jauh-jauh, takut kalau kesasar. Bisa repot nanti urusannya.
"Yuk Dian!" Ajak Dion kembali menggandeng tangan Dian.
"Kemana?" Tanya Dian.
"Cari permen karet," balas Dion.
"Nggak nanti aja? Gue capek," kata Dian.
"Dion gendong mau?" Tawar Dion.
"Eh, nggak usah. Gue berat tahu," balas Dian.
"Lebih berat mana sama gajah?" Tanya Dion.
"Ya nggak gajah juga, lo mah ah," kesal Dian.
"Nah makanya, kalau Dian capek, Dion gendong aja. Asal, Dian mau nemenin Dion beli permen karet," kata Dion.
"Yaudah, gue temenin," kata Dian.
"Tapi nggak usah digendong, gue bisa jalan sendiri," lanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Boyfriend [Completed✔]
Ficção AdolescenteNamanya Dion. Lelaki tampan dari kelas 11 IPA 2, namanya mulai menjadi perbincangan begitu aksi gilanya tersebar. Menembak gadis kelas sebelah melalui toa masjid sekolah. "DIAN!! INI DION GANTENG, MAU NGAJAKIN DIAN PACARAN. MAU ENGGAK!?" Dian, si...