Dua

9.1K 834 73
                                    

Dunia Dian sudah ambyar, kini justru malah semakin ambyar semenjak hadirnya Dion secara tiba-tiba.

"Gue nggak suka permen," balas Dian ketus.

"Kenapa gitu? Permen kan manis," kata Dion.

"Gue nggak suka yang manis-manis Dion!" kesal Dian.

"Yaudah, lihat senyumnya Dion aja," kata Dion.

"Nggak!"

"Kenapa? Pasti karena senyum Dion manis juga ya? Makanya Dian nggak mau liatin senyumnya Dion," balas Dion.

"Nggak, bahkan biji mahoni aja kalah pahit sama muka lo!" Jawab Dian sinis.

"Dian kenapa sih? Sinis banget, PMS ya?" Tanya Dion.

"Nggak."

"Pasti habis putus dari plintengan burung nih," kata Dion.

Yang dimaksud itu Zidan. Dion memanggilnya plintengan burung, dikarena Zidan yang sering kali mencari sasaran untuk ia tembak.

Layaknya plintengan bukan? Atau yang lebih sering dikenal dengan sebutan ketapel. Sering kali dijadikan alat untuk menembak suatu benda.

"Diem berarti iya," kata Dion.

"Udah dibilangin, Zidan itu playboy," lanjutnya.

"Sama kaya lo!" Sinis Dian.

"Dih, enggak. Orang Dion cuma becandaan doang," kata Dion mengelak.

"Kemaren si Okta, sampai nangis-nangis di kelas lo suruh tanggungjawab itu ngapain? Terus kemarennya lagi ada dua. Mila sama Siska, dua-duanya minta tanggungjawab. Kemarennya lagi, Mia sama Laras, sampai ngejar-ngejar lo minta tanggungjawab itu maksudnya gimana? Itu yang lo kata becandaan?" Balas Dian panjang lebar.

"Minta tanggungjawab apa? Kan Dion nggak ngehamilin mereka semua," kata Dion dengan wajah tanpa dosa.

Dian mengusap wajahnya frustasi.

"Lo bisa waras sedikit enggak sih Yon?" Tanya Dian.

"Enggak, emang setelan otaknya udah begini," balas Dion polos.

"Setelannya nggak bisa dirubah gitu?"

"Emang, cara ngerubah setelah otak gimana?" Tanya Dion.

"Lo bawa aja sana ke konter," balas Dian mulai frustasi.

"Emang, ada ya, konter yang bisa benerin setelan otak?" Tanya Dion lagi.

Dian memukul kepalanya pelan.

"Dian, jangan dipukul-pukul kepalanya, nanti sakit," kata Dion.

"Iya, gue sakit. Sakit jiwa karena terus ngeladenin lo!" Ketus Dian yang akhirnya beranjak pergi.

"Eh Dian!!" panggil Dion begitu Dian sudah hampir hilang dari pandangan.

"Apa?"

"Nanti, jadi anterin Dion pulang kan?"

Dian tak menjawab, melainkan kembali melanjutkan langkahnya.

"Setelan otak udah bagus gini, masih suruh benerin," gumam Dion pelan sebelum akhirnya ikut pergi.

###

Bel istirahat sudah berbunyi lima menit yang lalu. Seluruh siswa juga sudah mulai meninggalkan sekolah, tak terkecuali Dian. Yang saat ini tengah menunggu Dion di parkiran motor.

"Tu anak kemana sih? Katanya mau nebeng, malah nggak nongol-nongol," kesal Dian.

Nampak dari kejauhan, Dion tengah berlari ke arah Dian.

Crazy Boyfriend [Completed✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang