Dua Puluh Sembilan

2.8K 324 29
                                    

Aku ini seperti hujan, jika kamu takut sakit. Kamu boleh mencari tempat untuk meneduh.

----------

Hujan yang diharapkan reda, justru malah semakin deras. Hari juga semakin larut, Dion takut jika Dian akan dimarahi orangtuanya.

"Hujannya makin deres nih, gimana dong?" Tanya Dian mulai panik.

"Duh, Dion juga bingung. Atau gimana kalau Dian tunggu disini dulu, Dion pulang ambil mobil terus nganter Dian pulang ke rumah," balas Dion.

"Nggak Dion, ini tu deres banget. Kalau nekat nerjang, yang ada kamu malah sakit," kata Dian yang tanpa sadar mencemaskan keadaan Dion. Ditambah dengan panggilan aku-kamu nya itu.

"Gapapa, Dion udah biasa main sama hujan," balas Dion.

"Dian disini dulu, jangan kemana-mana," pesan Dion sebelum pergi.

"Hati-hati," kata Dian.

"Kamu yang hati-hati," balas Dion.

"Yaudah, Dion pulang dulu bentar," lanjutnya sembari mengacak rambut Dian sebelum pergi menerjang derasnya hujan.

Dalam hati, Dian mencemaskan keadaan Dion besok. Air hujan kan bisa bikin sakit.

Dion berlari menerabas derasnya hujan yang mengguyur bumi. Pandangannya memang sedikit berkurang karena terus bertabrakan dengan hujan.

Cukup lama Dion berlari, akhirnya ia tiba di rumah dengan keadaan basah kuyup.

"Bang? Kok lo basah kuyup gini? Kak Dian kemana? Lo nerabas ujan ya, Bang?" Tanya Mili bertubi-tubi begitu melihat Dion memasuki rumah dengan basah kuyup.

"Duh, nanyanya nanti aja ya Dek, Abang mau ganti baju dulu habis itu jemput Dian," balas Dion yang langsung berlari menuju kamarnya.

"Geblek, lo ninggalin Kak Dian gitu?" Tanya Mili setengah teriak.

"Suruh nunggu bentar!" Balas Dion setengah teriak juga.

Dion langsung bergegas mencari pakaian ala kadarnya. Yang penting ganti baju, ia tidak ingin membuat Dian menunggu terlalu lama. Apalagi ini sudah malam, ditambah hujan. Dan Dian menunggu sendirian, ia takut Dian kenapa-kenapa. Ia tidak ingin miliknya sampai terluka.

Setelah lima menit berganti pakaian, Dion langsung bergegas menuruni anak tangga.

"Pelan-pelan aja Bang bawa mobilnya, hujan. Jalanan licin," kata Mili berpesan.

"Oke siap," balas Dion.

"Abang pergi bentar," katanya.

Mili yang tengah memakan kacang goreng itu mengangguk mengiyakan.

"Dion lama banget sih," ucap Dian yang kini tengah ling-lung menoleh ke kanan-kiri.

Tubuhnya semakin kedinginan, dan Dion belum juga datang. Dalam pikirannya, apakah Dion tega meninggalkannya sendirian?

"Nggak, nggak mungkin Dion tega sama gue," ucap Dian menepis pikiran negatif tentang Dion.

Crazy Boyfriend [Completed✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang