Chapter 2

96 20 8
                                    

Malam hari pun tiba. Rena yang sedang bersiap-siap untuk pergi ke arena balapan, harus mengalihkan perhatiannya menuju tas yang akan dibawanya.

"Hmm, bawa tas tidak ya?"

Rena mengangkat bahunya dan memutuskan untuk tidak membawanya. Setelah dirasa tidak ada yang ketinggalan, Rena turun menuju meja makan dimana makanannya sudah disiapkan. Well, hanya sepotong roti dan selai coklat kesukaannya.

Setelah selesai makan, Rena mengeluarkan sepeda motor kesayangannya dan berlalu pergi setelah mengunci rumah.Sesampainya di arena balapan, Amel menghampirinya dengan senang dan terlihat tergesa-gesa.

"Rere! Kamu udh datang ternyata."

"Mana orangnya?" Tanya Rere yang merupakan nama samaran Rena.

"Itu! Dia nantangin kamu terus daritadi."

Amel menunjuk ke salah satu pria yang berada diatas sepeda motor sambil tertawa bersama temannya. Rena menyeringai melihatnya yang tampak santai, seolah tidak takut kalah dengannya.

'Menarik.' Batin Rena menyeringai.

"Kamu sudah siap untuk balapan Re?" Tanya Amel ketika melihat Rere terus memperhatikan lawannya.

"Siap. Bisa dimulai sekarang juga?" Tanya Rere sambil tersenyum ke arah Amel yang dibalas anggukan olehnya.

"Perhatian semuanya! Karena Queen of the racing kita telah tiba, maka kita akan memulai balapan malam ini. Untuk para peserta, silahkan menuju garis start di arena," ucap Amel mengumumkan perlombaan yang akan dimulai disambut dengan tepuk tangan dan suara penggemar dari Rena.

Rena dan motor kesayangannya, telah berada di garis start dan tepat di sebelah lawannya. Sang lawan, Aldi yang melihat lawannya seorang cewe tersenyum angkuh seolah dia yang bakal memenangkan balapan kali ini.

"Gadis manis ini mau balapan melawanku, eh? Daripada malu karena kalah dariku, mending kamu menyerah dan pulang saja  Karena aku yang bakal memenangkan balapan ini." Aldi tersenyum remeh ke arah Rena dengan angkuh.

"Kita lihat saja nanti," ucap Rena sambil menyeringai yang dilihat oleh Aldi. Dan itu sukses membuatnya geram karena merasa tertantang oleh seorang gadis.

"Baik. Jangan menangis kalau kalah gadis manis," ucap Aldi sambil menatap sombong ke arah Rena.

Rena hanya menyeringai dan bersiap untuk melajukan motornya. Tepat saat bendera di naikkan, kedua motor itu melaju dengan sangat cepat. Entah siapa yang memenangkan balapan malam ini.
 
                         -----------$$$$------------

"Sudah saya bilang bukan? Kita lihat siapa yang menang sekarang!" ucap Rere angkuh kepada Aldi yang menatapnya sinis.

"Jangan sombong dulu! Jika kau tidak mengetahui seberapa mampu lawanmu untuk mengalahkanmu," bisik Rere tepat di telinga Aldi dan berbalik meninggalkan Aldi yang menahan amarah karena merasa harga dirinya hancur dikalahkan oleh seorang wanita.

Tepat saat Rena ingin menaiki motornya, suara dering ponsel membuatnya harus mengangkat panggilan tersebut.

"Halo? Ada apa?"  Ucap Rena sambil memperhatikan sekelilingnya.

"Halo bos. Kami hanya ingin bilang, bos disuruh kemari oleh ketua Reihan."

"Saya akan segera kesana," ucap Rena sambil mematikan panggilan tersebut dan melaju meninggalkan arena balapan.

Sesampainya di markas Reihan sekaligus markasnya, Rena langsung mendobrak pintu ruangan yang tidak mengetahui apa yang akan terjadi.

Brukk

Byurr

Tau suara apa itu? Itu adalah suara muncratan Reihan yang sedang minum jus. Namun karena kaget pintu didobrak oleh Rena, dia malah menyemburkan jusnya.

"Rena!!!! Bisa tidak ketuk pintu dulu? Jangan asal dobrak aja! " Nahkan mood Reihan jadi turun hanya karena dobrakan pintu.

"Ya maaf deh. Jadi, kenapa kakak panggil aku kemari? " Ucap Rena dengan santainya berjalan dan duduk di sofa.

Tanpa menyadari perubahan Reihan yang wajahnya mulai memerah, matanya melotot ke arah Rena, nafasnya yang naik turun, Rena malah dengan santainya meminum jusnya.

Huff

Reihan membuang nafasnya dengan kasar, mencoba menenangkan amarah karena kesal akan tingkah laku sang adik yang sayangnya adik kesayangan.

"Aku punya misi untukmu."

Rena menatap Reihan dengan mengangkat satu alisnya keatas, meminta kelanjutan dari kalimat yang keluar dari mulut sang kakak.

"Aku ingin kamu pergi ke negara Italia untuk memberantas seorang bos perusahaan yang seenaknya. Dia menantangku, sedangkan aku punya tugas lain disini," ucap Reihan menatap Rena yang sedang berpikir.

"Kecil itu mah, tikus kecil yang salah lawannya. Heh siap, kapan aku bisa pergi?" tanya Rena sambil menyeringai. Reihan tertular seringai Rena langsung membisikan rencananya.

"Oke. Siapkan saja pesawat pribadimu," ucap Rena setelah Reihan mengatur rencananya.

"Kau tenang saja, untuk masalah itu sudah aman. Kau tinggal jalankan misi ini. Perusahaan akan aku handle untuk sementara waktu sampai kau kembali ke sini."

"Baik, aku siap bermain. Lagi pula, sudah lama aku tidak bermain dengan kekasihku, " ucap Rena sambil tersenyum miring. Reihan hanya tertawa melihat tingkah sang adik yang sepertinya tidak sabaran.

Setelah itu, Rena dan Reihan hanya berbicara santai selayaknya sedang brosis time.  Mereka menghabiskan waktu berdua tanpa melihat sekitar. Hmm, faktor rindu ini mah.

Setelah itu, Rena dan Reihan pergi pulang ke rumah masing-masing karena malam sudah sangat larut. Sebenarnya, Rena ingin keluarganya berkumpul bareng lagi seperti dulu.

Namun, itu hanya terjadi jarang sekali. Karena mereka semua punya kesibukan masing-masing yang tidak bisa di tunda. Apalagi urusan pekerjaan yang sangat penting yang mengharuskannya untuk bekerja sangat ekstra, begitu pula sang kakak yang jabatannya sama dengan dirinya. Dia berharap suatu saat mereka bersama lagi.

Die Gefährliche Mafia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang