Chapter 7

59 14 5
                                    

Pesawat telah mendarat sempurna di bandara milik keluarga Andian. Rena dan Bima berjalan keluar mencari mobilnya yang dia titipkan disini.

Setelah ketemu, Rena dan Bima langsung memasuki mobil dan mengendarainya keluar bandara. Rena melirik Bima yang merasa bersemangat. Mungkin karena pertama kali keluar negeri.

"Kau senang Bima? "

"Senang kak!" Bima menatap Rena dengan senang, bahkan senyum manis telah muncul di wajahnya.

"Bentar lagi kau akan bertemu dengan kakakku, kak Reihan."

Bima menatap Rena dengan semangat 45 sambil mengangguk senang. Setelah itu, Bima kembali melihat keluar jendela mobil.

Rena melirik kearah Bima yang bersemangat. Senyum Rena muncul hanya karena tingkah Bima tersebut.

Rena memberhentikan mobilnya disebuah minimarket untuk membeli sesuatu. Dia melihat ke arah Bima yang sedang menatapnya bingung.

"Ada apa kak? " Bima bertanya kepada Rena yang hanya dibalas dengan senyuman.

"Ada yang harus kakak beli, kamu ada yang ingin dibeli? Seperti jajanan gitu?" tanya Rena yang diangguki oleh Bima.

Akhirnya, Bima dan Rena keluar dari mobil dan masuk ke dalam supermarket untuk belanja, dan mengambil beberapa snack.

Setelah selesai, Rena dan Bima kembali masuk ke dalam mobil dan melajukan mobil ke rumah sang kakak.

Brumm

Suara mobil terdengar di sebuah garasi rumah. Reihan yang sedang menonton dan mendengar suara mobil, langsung pergi keluar rumahnya untuk menemui sang adik.

Dan benar saja, Rena keluar dari dalam mobil dengan angkuh. Diluar dugaan, Reihan terkejut melihat anak kecil berukuran seperti anak tk, dengan matanya yang bulat lucu, pipinya yang gembul, serta senyumnya yang menampilkan gigi kelincinya yang imut.

Reihan menatap Rena dengan tatapan intens, meminta penjelasan dari sang adik. Ini tidak sesuai dengan ekspetasinya. Dia tidak mengira bahwa adiknya menculik anak orang.

"Nanti saja jelasinnya di dalam, kami cape, apakah kakak tidak mengerti? " Rena menatap Reihan datar yang dibalas delikan mata dari Reihan.

Reihan membawa Rena serta anak kecil yang tidak tahu siapa masuk ke dalam rumah.

"Oke, bisa jelasin dia siapa? Bukan anak orang yang kamu culik kan? " tanya Reihan dengan menatap Rena curiga. Rena yang mendengar tuduhan sang kakak hanya mendelikan matanya. Hingga mengalir lah cerita saat Rena disana.

Reihan yang mendengar semuanya merasa terkejut dan mengangguk.

"Jadi bocah ini adek angkat kau? " dengan santainya Reihan menunjuk Bima yang sedang memakan cemilannya.

Plak

Rena memukul kepala Reihan saking kesalnya. Reihan meringis dan mengelus kepala bagian belakang yang telah menjadi korban kekerasan sang adik yang menurutnya tidak berperikeadikan.

"Jangan sembarangan ngomong! Dia juga adik angkat kakak," Rena mendelik kesal ke arah sang kakak yang menunduk, menghindari tatapan tajam dari Rena.

"Iya, iya. Aku kalah," Reihan mencibir ke arah Rena yang tersenyum kemenangan. Reihan melirik kearah Bima yang sedang asik menonton kartun doraemon sambil memakan cemilan yang di belinya di supermarket.

"Hei, namamu Bima? " Reihan bertanya kepada Bima yang dibalas anggukan serta senyuman lucu olehnya.

Reihan mengangguk mengerti. Kemudian melirik ke arah Rena yang bermain handphone. Sepertinya dia ada ide untuk menjahili Rena. Dan sepertinya, dia mempunyai patnernya. Reihan tersenyum licik sambil melihat ke arah Rena dan Bima secara bergantian.

Rena yang merasa aneh dengan tingkah kakaknya pun, menjauh secara perlahan-lahan. Reihan yang melihat sang adik mengetahui niatnya, langsung merebut handphone yang dipegangnya dan berlari ke dalam kamarnya.

"REIHAN!!!! " Rena berlari mengejar sang kakak yang membawa handphonenya.

Bima yang melihat kedua kakaknya main kejar-kejaran,menghentikan makan dan nonton filmnya.

"Kakak main lari-larian ya? Bima juga mau main!!! "

Dan alhasil, Bima berlari mengikuti Rena dan Reihan berlari menuju kamar.

      ---------$$$$$-------

Saat ini, Reihan sedang berada di kantornya. Setelah wajahnya babak belur oleh pukulan Rena, dirinya langsung mengobatinya dan langsung berangkat ke kantornya setelah mendapat panggilan sekretarisnya kalau ada masalah di perusahaan.

"Pastikan kalian terus mengintai orang ini! Jangan sampai lengah, mengerti! " ucap Reihan tegas kepada anak buahnya.

"Baik bos! "

Reihan menyuruh mereka semua keluar dari ruang kerjanya dan melanjutkan memeriksa tumpukan berkas-berkas di mejanya.

Huff

Reihan menghela nafas kasar sambil mengusap wajahnya. Dia merasa lelah, namun karena dokumen sialan yang sayangnya penting, dia harus lela meninggalkan kasur kesayangannya.

Dan lagi, belum selesai dokumen ini, ada lagi tikus kecil yang berani mengganggu markas dan perusahaannya. Berani sekali dia.

Reihan pastikan, orang tersebut tidak akan bisa hidup dengan tenang selama dia menganggu dirinya. Karena seorang Reihan tidak akan melepaskan musuh-musuhnya dengan mudah.

Mereka harus merasakan penderitaan terlebih dahulu.

Drttt drtt

Deringan handphonenya menyadarkan Reihan dari lamunannya. Dilihatnya siapa yang menelponnya, dan ternyata ayah dan ibunya. Reihan berdiri dan berjalan ke arah jendela kaca yang tembus pandang keluar sambil mengangkat panggilan tersebut.

"Halo pa, ma, " Reihan tersenyum saat menyapa kedua orangtua. Dirinya sama dengan Rena, sangat merindukan mereka.

"Halo Rei sayang, apa kabar nak? " itu suara sang ibu, Reihan sangat rindu untuk mendengar suara tersebut.

"Baik ma, Reihan dan Rena juga baik. Bahkan Bima. " ucap Reihan senang.

Di seberang sana, sang ibu dan ayahnya berkerut mendengar nama yang asing bagi mereka.

"Siapa Bima sayang? " kali ini suara sang ayahlah yang menyambut pendengarannya.

Reihan terkejut, dia lupa bahwa ayah dan ibunya tidak tahu keberadaan Bima, dan sekarang dia keceplosan. Kalau mau di sembunyikan tentu tidak mungkin, karena dia dan Rena tidak dapat berbohong kepada mereka berdua.

Akhirnya mengalirlah cerita Reihan tentang misi Rena dan awal pertemuan dengan Bima. Orang tuanya hanya menganggukan kepalanya yang tidak dilihat olehnya.

Reihan terus berbicara kepada mereka berdua sampai dia lupa bahwa dia harus pulang.

"Ma, pa, nanti lagi Reihan telefon ya, saat Rei sudah sampai di rumah. Sayang Rena dan Bima yang sudah menunggu. "

"Iya sayang, yaudah kalian bertiga baik-baik disana ya. Jaga diri sendiri, jangan lupa makan biar tidak sakit. Nanti mama dan papa akan pulang. "

"Siap ma, nanti Rei akan kirim foto kami bertiga," ucap Reihan yang mengakhiri panggilan tersebut. Saat akan pulang, dirinya mengirimkan foto mereka bertiga yang sempat terfoto tadi saat dikamarnya ke orang tuanya.

Reihan berjalan pulang dengan perasaan yang senang dan senyum di wajahnya.

Inilah awal dari segalanya....

Die Gefährliche Mafia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang