Chapter 28

18 4 2
                                    

Anak buah Delard termasuk Delard terus menatap sekeliling dengan hati-hati. Melihat dan memprediksi dimana Rena berada. Sedangkan salah satu anak buahnya melihat sekeliling hingga dia melihat bayangan Rena.

Tanpa menunggu lebih lama lagi, dirinya langsung melepaskan pelatuk tembakan kearah Rena.

Dor
Dor
Dor

Setelah menunggu beberapa saat setelah tembakan, dia melihat Rena tidak ada di tempat itu. Anak buah Delard tersebut mundur ketakutan, bahkan pegangan pada tembakannya mulai melemah. Hingga dirinya melihat ke samping, disanalah Rena berada sambil mengarahkan pistolnya pada dirinya.

Dor

Anak buah Delard terjatuh ke lantai tidak bergerak lagi. Rena berjalan menuju ke dalam kabut. Delard yang mendengar suara tembakan dan bayangan pun langsung mengarahkan pistolnya sambil berjalan maju.

Dor
Dor
Dor

Delard terus menembakan pelurunya hingga dirinya tiba dimana dia melihat bayangan Rena. Namun, sesampainya dirinya di situ, bukan  Rena yang dilihatnya. Melainkan  anak buahnya yang sudah terkapar tidak bergerak di lantai.

Delard berbalik dan melihat sekitarnya. Sedangkan Rena di tengah-tengah kabut terus mengarahkan pistolnya ke anak buah Delard hingga satu persatu mereka tumbang.

Dor
Dor

Rena menembakan pistolnya kearah anak buah Delard yang berada di dekat kayu dan pilar bangunan. Rena mendekatinya dan berjongkok untuk mengambil peluru dari pistol anak buahnya dan kembali menghilang di tengah-tengah kabut.

Setelah Rena menghilang, Delard muncul di tempat yang sama dan melihat anak buahnya mati bersandar dengan pistol yang tidak ada pelurunya berada di tangannya dan diarahkan ke tubuhnya sendiri. Delard mengerutkan keningnya bingung. Apa anak buahnya bunuh diri gara-gara takut di tembak Rena di tengah kabut ini? Entahlah hanya dia yang tahu.

Lain hal nya anak buah Delard yang di perintahkan untuk menjaga anak kecil laki-laki tersebut. Dirinya sudah bunuh diri lebih dahulu saking takutnya di tembak dalam keadaan berkabut yang dia sendiri tidak bisa melihat apapun. Hah, miris sekali.

Dari di depan anak laki-laki tersebut, Rena muncul dan berdiri di depannya dengan tatapan dingin. Anak laki-laki tersebut menunduk untuk menghindari tatapan dingin serta tajam milik Rena.

Namun, tidak di sangka-sangka, Rena mengarahkan pistolnya kearah dirinya, dan-

Dor

Anak laki-laki tersebut menutup matanya ketika suara tembakan tersebut berbunyi. Namun, ternyata tembakan Rena mengarah pada borgol yang berada di tangan anak laki-laki tersebut. Dan terbuka... 

Kleck

Anak laki-laki itu melihat pada tangannya yang sudah terbuka lalu melihat ke depan. Rena menunduk dan menatapnya sendu.

"Pergilah... Pergi dari hadapanku.. Jangan kembali lagi... Jangan menampakan dirimu kepadaku..." Rena menatap sedih anak laki-laki tersebut, bahkan setetes air matanya telah turun membasahi pipinya.

Rena bangun dan pergi dari hadapan anak laki-laki itu yang hanya bisa menatap punggung Rena yang semakin menjauh. Bahkan dirinya belum mengucapkan terimakasih kepadanya.

Anak buah Delard yang berjaga di tempat Cila dan Bima gemetar hebat karena merasa takut. Hingga dirinya melihat kearah dua anak kecil yang satunya sedang menunduk dan yang lainnya pingsan.

Dia mengarahkan pistolnya kearah mereka berdua sebelum sebuah peluru menembus dadanya dari belakang.

Dor

Rena muncul dari dalam kabut dan berjalan cepat kearah Cila dan Bima. Saat tiba di depan mereka, Rena melepaskan ikatan tali di tangan Bima serta Cila dan menatap Cila sendu.

"Lupakan apa yang aku katakan tadi... Itu semua bohong! Itu tidak benar. " Rena menatap sedih Cila yang menunduk, seakan kepercayaannya tidak akan mudah untuk kembali di dapatkan.

"Kau tidak percaya padaku? Lupakan itu dulu. Pergilah, pergi ke pintu keluar. Kakakmu sudah menunggu. " Rena tersenyum lembut pada Cila yang mulai menatapnya.

"Kakak?... "

"Ya, kakakmu- "

Ucapan Rena terputus akibat suara teriakan dari dalam sana. Suara anak kecil laki-laki tersebut yang memanggil Cila.

"Cila!! Kamu dimana?! "

Kalimat itu terus berulang diteriakan olehnya. Rena mengusap wajahnya kasar.

"Aish sudah dibilang suruh keluar malah teriak dan berada disini. "

Rena menatap Cila yang juga menatapnya. Rena mengusap Rambut Cila lembut.

"Kamu tunggu disini dan jaga dia. Aku akan segera kembali dan membawa kalian serta kakakmu kembali keluar dari sini bersama-sama. Okay, jangan kemana-mana," ucap Rena sambil menunjuk ke arah Bima yang masih pingsan sebelum masuk ke dalam kabut mencari kakaknya yang terus berteriak.

Rena melihat sekeliling dengan nafas jengah. Seharusnya laki-laki tersebut sudah keluar dari sini. Jadi dia bisa membawa Cila dan Bima keluar tapi... Hah anak laki-laki itu keras kepala juga.

"Dimana dia?! " Rena terus mencari sambil merasa greget dengan kakaknya Cila.

Sedangkan ditempat Cila, dirinya tidak mendengarkan perkataan Rena. Dirinya juga ikut masuk ke dalam kabut untuk mencari kakaknya.

"Kakak!! Kakak dimana?! Aku disini kak!"

Rena yang mendengar suara teriakan Cila pun kembali menghela nafasnya jengkel. Kakak adik itu sama-sama keras kepala. Well, dia juga begitu dengan Reihan.

Rena terus mencari dan akhirnya menemukan kakaknya Cila yang sedang berdiri dekat dengan dinding. Rena menghampirinya dengan langkah cepat.

Namun, apakah kalian melupakan seseorang yang juga masih berada di dalam ruangan itu? Di dalam kabut tersebut dengan wajahnya yang angkuh serta jasnya yang rapi dan membawa pistol di tangannya? Apakah kalian lupa dengannya?
Ya dirinya masih berada di dalam ruangan tersebut. Selama dirinya berada di dalam sana, posisi Bima, Cila, anak laki-laki itu, atau bahkan Rena sendiri masih rawan.

Die Gefährliche Mafia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang