Chapter 19

24 3 1
                                    

Rena menuruni tangga penginapan, setelah kemarin menenangkan Cila serta merefreshkan kepalanya yang sakit, akhirnya Rena pun memutuskan kembali ke penginapan bersama Cila yang tertidur di dalam perjalanan.

Saat berada di depan meja resepsionis, Rena melihat Ray yang sedang bersiap-siap entah kemana.

"Kau mau kemana Ray? " Rena berjalan dan berdiri di depan meja kerjanya.

"Owh aku mau ambil meja dan beberapa peralatan hotel yang baru di gudang perabotan," Ray melihat ke belakang tepat dimana Rena menatapnya bingung.

Rena menganggukan kepalanya mengerti dan berlalu dari meja Ray menuju keluar. Namun, dirinya berhenti tepat di depan pintu hotel.

"Ah Ray,  Cila masih tertidur. Mungkin aku akan meninggalkannya disini. Aku pergi sebentar. Jangan khawatir aku sudah memberitahu dirinya dan menyiapkan sarapan untuknya. Dan dia aman." Ucap Rena tanpa melihat kearah Ray yang terkejut.

"Kenapa kau tidak membawanya? Dia akan berbahaya bila ditinggalkan sendirian." Ucap Ray tidak setuju dengan ucapan Rena. Sedangkan Rena, hanya memutar bola matanya dan berbalik melihat kearah Ray.

"Dia akan baik-baik saja. Percaya saja padaku. Dia akan aman," Rena melanjutkan perjalanannya yang tertunda menuju ke mobil. Sedangkan Ray menatap punggung Rena yang perlahan menjauh dengan tidak percaya. Namun, akhirnya dirinya pun terpaksa mempercayai ucapan Rena.

Rena berjalan menuju mobilnya. Dia ingin ke suatu tempat dimana dia bisa menelfon kakaknya. Aneh memang karena di kamar hotelnya juga terdapat telefon tapi ya dia hanya tidak suka jika ada yang mendengar pembicaraannya dengan sang kakak.

Rena berhenti tepat di tempat telefon. Setelah menempuh perjalanan yang lumayan jauh, akhirnya dirinya dapat sampai ditempat ini. Rena turun dan mengambil uang koin yang berada di sakunya dan memasukannya ke dalam tempat koin di telefon tersebut.

Teet... Teet....

Telefon berdering namun tidak ada tanda-tanda telefon akan di jawab. Rena kembali menunggu telefon tersebut namun tetap tidak ada jawaban. Rena berdecak kesal. Disaat seperti ini, Reihan malah menghilang. Namun, disaat Reihan tidak dibutuhkan malah muncul. Ingatkan Rena untuk memukul kepalanya saat pulang nanti agar dapat berjalan normal lagi.

"Ck! Kemana dia sih?! Lagi dibutuhkan malah menghilang! Kakak macam apa ini?! " gerutu Rena saat melihat panggilan telefonnya yang kedua kalinya tetap tidak diangkat.

Rena mencoba menelfon Siska namun jawaban tetap sama, sama-sama tidak dijawab. Rena membanting telefon tersebut dan berjalan dengan wajah suram ke mobil. Sebelum dirinya melihat sesuatu diseberang sana. Rena membelalakan matanya melihat Delard sedang berbicara dengan seseorang dan seperti melihat kearahnya.

'Gawat! Jangan sampai dia tau dimana aku tinggal selama disini! Oh tidak! Cila!!! ' batin Rena menjerit ketika mengingat tentang Cila.

Rena berlari menuju mobilnya dan segera melajukan mobilnya kembali ke hotel dengan kecepatan diatas rata-rata. Bahkan dia tidak peduli lagi dengan kekesalannya karena kedua sejoli itu tidak mengangkat telefonnya. Ya, Rena sudah tau kalau Siska dan Reihan saling menyukai. Namun, dirinya hanya diam saja untuk mengetahui reaksi keduanya nanti.

Dilain tempat, Delard melihat kearah seorang perempuan yang sedang kesal sambil menatap telefonnya. Dirinya sudah berada ditempat itu dari 30 menit yang lalu, namun sayangnya, sang perempuan yang menjadi incarannya tidak mengetahui keberadaannya.

Hingga saat kontak mata mereka bertemu, disitulah dirinya menyeringai melihat  gadisnya terkejut, bahkan sampai membawa mobilnya melaju dengan sangat kencang seperti orang yang dikejar oleh hantu. Owh ini bahkan lebih dari hantu!

"Ikuti mobil itu, berikan informasi dimana dia tinggal padaku sore ini! "

"Baik bos! "

Anak buahnya menunduk hormat dan berlalu dari hadapannya untuk mengikuti mobil tersebut.

"Hah, kita bertemu lagi. Apa yang akan kau lakukan kali ini? Aku pastikan kau akan kalah dan menjadi milikku! Hah melihat ekspresi terkejutnya saja sudah membuatku senang, bagaimana ya saat dirinya tau aku mengetahui dimana dia tinggal. " Delard tersenyum miring saat memikirkan raut wajah perempuannya saat terkejut.

"Tunggu nanti malam Rena... Aku akan mendatangi tempat mu nantinya. Tunggu saja kedatanganku untuk menghancurkan kalian! Keluarga Andian! Hahahha."

Rena mengebut dengan super cepat sampai dirinya hampir saja kehilangan stangnya. Dia tidak tau ini akan menjadi hari sialnya. Dan lebih sialnya lagi, dia mengetahui keberadaannya tadi.

'Ahh! Sial! Pasti sekarang dia akan menyuruh anak buahnya dengan seenak jidat untuk mengejarku! " batin Rena kesal.

Sesampainya di hotel,  Rena langsung masuk tanpa menyadari bahwa ada seseorang yang mengamatinya dari jauh. Seseorang yang berbeda dengan yang tadi...

"Kami menemukannya bos."

"Bagus. Pantau dia dari jauh! Jangan sampai kalian kehilangan jejaknya!"

"Baik bos."

------------------$$$$$$----------------

"Bos. Ini laporan tentang perusahaan mrs Rena dan perusahaan bos. " seorang laki-laki memberikan hormat kepada seseorang yang sedang duduk di meja kerjanya sambil menghadap kearah laptopnya.

"Terima kasih, taruh saja di meja situ." laki-laki ini pun melihat sekilas sang anak buahnya dan menunjukan meja mana yang harus ditaruh laporan tersebut.

Kemudian, laki-laki tersebut menyuruh sang anak buahnya untuk keluar yang dipatuhi olehnya. Tinggalah dirinya sendiri di ruangan kantornya dengan dokumen yang menumpuk diatas mejanya.

"Aish aku bisa gila kalau begini terus! Rena kapan pulang sih! " Reihan menggerutu kesal sambil menatap jengah dokumen kerjanya.

Dia memikirkan sang adik yang super menyebalkan yang tidak kunjung selesai tugasnya. Lihat saja saat dirinya pulang! Reihan pastikan dia akan berkutat dengan dokumen perusahaannya, tidak peduli kalau dia lelah!

Die Gefährliche Mafia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang