Chapter 16

30 7 1
                                    

WARNING! Blood and fighting Area! ⚠⚠
.
.
.
.
Happy Reading...

               ----------$$$$------------

"Adelard Pratama, seseorang yang menjadi pengikut sang ayah, anak dari keluarga Pratama. Nah kau sudah ketahuan, mengapa kau tidak menyerah saja. Aku baik loh," Rena berbicara sambil memasukan dokumen di atas meja termasuk biodata yang dipegangnya.

Rena memeriksa seluruh tubuh Delard dan menemukan sebuah pistol. Dibukanya pistol itu di tempat peluru dan membuang semua pelurunya dengan pistolnya yang masih berada di belakang kepalanya.

"Hah, ternyata kau Renata Christabel Jocelyn, masih hidup ternyata. Apa kau tidak mengenalku?" Delard melirik kearah Rena yang mematung. Nama itu, tidaklah asing di telinganya.

"Apa maksudmu? Nama panjangku Bukan Christabel Jocelyn tapi Andian! Dan aku tidak mengenalmu. " ucap Rena dingin sambil menekan pistolnya di kepala Delard.

Delard terkekeh, dia sudah menyangka Rena akan kembali namun tidak dapat mengingat masa lalunya.

"Apa kau tidak bisa mengingat masa lalumu nyonya Jocelyn?" ucapan Delard membuat Rena terkekeh. Delard sangat pandai membuat lelucon garing ternyata.

"Apa yang lucu dari perkataanku?"

"Sudahlah, kau tidak perlu membuat lelucon garing kepadaku. Menyerah saja, itu akan membuat bebanmu hilang."

Ucapan Rena ternyata membuat Delard menanggapinya dingin.

"Aku serius. " Rena menghentikan tawanya ketika melihat raut Delard yang serius. Pistol yang berada di kepalanya mulai melemah. Delard yang melihat hal itu, berbalik dan melihat kearah Rena yang mematung.

"Aku tebak kau tidak dapat mengingat masa lalumu bukan? Termasuk siapa aku? " Delard menyeringai melihat Rena yang terdiam.

Rena menunduk dan kembali mengangkat kepalanya serta menaruh pistolnya di kepala sang lawan.

"Katakan siapa kau? Mengapa kau mengetahui namaku?" tanya Rena dengan nada dingin. Delard justru tersenyum miring dan maju dengan perlahan.

"Jangan bergerak jika kau tidak ingin aku melepaskan peluru ini! "

Delard tidak mendengarkan perkataan Rena, dirinya terus maju dengan perlahan hingga sampai disebelah telinga Rena.

"Kau akan tahu suatu saat nanti, sayang. Tunggu saja tanggal mainnya. " Tepat saat Delard membisikan kalimat tersebut, Rena melepaskan pelatuk pistolnya.

Dor..

Delard terhenti setelah mendengar bunyi pelatuk tepat disamping telinganya. Delard menatap dingin Rena yang juga dibalas dengan wajah datar olehnya. Tanpa aba-aba, Delard maju dan membuang pistol Rena ke sembarang arah. Dan perkelahian pun tak dapat dihindarkan.

"Ah, ternyata kau ingin bermain kasar ya?"

Rena terus berjalan mundur sembari melindungi dirinya sendiri dari pukulan yang dilayangkan Delard kepadanya secara terus menerus.  Hingga akhirnya Rena kehilangan keseimbangan dan terjatuh tepat disamping sebuah kursi.

Rena melihat Delard yang semakin dekat dengannya dan melirik kearah samping. Disana tepat disebelahnya, pistolnya berada. Rena melirik Delard yang semakin dekat dengannya dan langsung mengambil pistolnya dengan gerakan cepat.

Rena mengarahkan pistol tersebut tepat kearah wajah Delard. Saat Delard tepat berada satu meter darinya, Rena melepaskan pelatuk pistolnya.

Dor...

Delard terdiam saat merasakan sebuah cairan merah mengalir di pipinya. Delard menghapus darah tersebut menggunakan tangannya dan melihat kearah Rena yang tetap menodongkan pistol kearahnya.

Dengan cepat, Delard menendang tangan Rena yang memegang pistop, menyebabkan pistolnya kembali terbuang jauh darinya.

Delard mengeluarkan sebuah pisau kecil dan berjalan mendekat ke arahnya. Tepat saat Delard ingin menusuk pipinya, Rena mengambil kursi yang berada disampingnya dengan cepat.

Sret..

Pisau tersebut melesat dan hanya menggoreskan pipi Rena. Rena menendang kaki Delard dan bangun. Namun itu tidak berlangsung lama, Delard langsung bangkit dan melayangkan pukulannya yang menyebabkan Rena sedikit oleng.

Hingga saat Rena mulai kelelahan, Delard menendang kakinya yang membuat dirinya terjatuh dengan sangat kuat.

Delard mendekat kearahnya dan mengangkat tubuhnya sebelum membuangnya ke salah satu ruangan di kamar tersebut. Rena terbatuk, darah merembes dari pipi, tangannya, serta mulutnya.

Delard mengambil pistolnya dan mulai menodongkan kearah Rena. Dan Delard pun melepaskan pelatuknya.

Dor

Dor

Dor

Asap memenuhi ruangan tersebut. Namun, saat asap tersebut hilang, Rena sudah tidak ada disana. Delard melihat kearah meja serta pintu keluar yang sudah tidak ada tas serta berkas-berkasnya dan pintu yang sudah terbuka.

Delard berjalan kearah jendela dan melihat mobil Rena menjauh dari apartemennya.

---------------$$$$$$---------------

Rena melihat kearah depan dengan tatapan kosong. Dia tidak peduli Cila yang terburu-buru membawakan obat untuk mengobati lukanya.

Rena merasa aneh dengan semua ini. Bagaimana dia bisa tau namanya, dan nama panjang itu. Bagaimana masa lalunya? Apakah ada kaitannya dengan laki-laki itu?

'Siapa dia? Mengapa dia mengetahui namaku? Apa dia juga mengetahui masa laluku yang ada kaitannya dengan dirinya?' batin Rena.

Rena menggelengkan kepalanya. Di kepalanya terdapat banyak sekali pertanyaan yang tidak ada jawaban pastinya. Bagaimanapun, dirinya harus mengetahui jawaban dari semua pertanyaan yang ada di kepalanya.

"Kak, ini minum dulu ini dan obati luka kakak. "

Suara Cila membuyarkan dirinya. Rena melirik Cila yang menatapnya khawatir dengan membawa obat di tangannya.

Rena menghela nafasnya dan kembali melihat ke depan dengan tatapan kosong. Cila yang melihat Rena seperti banyak masalah pun, menaruh obatnya di meja dan mengambil makanan untuk mereka berdua.

"Kak, ayo makan dulu. Kakak belum makan dari tadi pagi pada saat kakak pergi. Nanti kakak sakit. "

Cila memegang tangan Rena dan menariknya pelan. Rena melihat kearah Cila yang menatapnya sendu.

"Hah.." Rena menghela nafasnya. Dengan lemas dirinya mengambil makanan yang di pegang oleh Cila. Cila tersenyum melihat Rena yang mendengar perkataannya walaupun hanya makanan.

Dia berharap, Rena akan sembuh supaya dapat segera mencari kakaknya....

----------$$$$---------

Up lagi!!!  Cila kan masih kecil jadi gk tau apa itu cape ya kan. Jadi maklum yak 😅😅

Bye...... Sampai jumpa lagi sama Rena.

Salam: KakaKDinaYunita 😗

Die Gefährliche Mafia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang