Chapter 6

58 13 2
                                    

"Bima, sudah siap packingnya? " Rena berteriak dari arah bawah.

"Sudah kak, " Bima menjawab pertanyaan Rena dengan semangat, tidak sabar bertemu dengan Reihan, setelah Rena menceritakan tentang Reihan kepadanya.

Saat ini Rena sedang berada di dapur untuk memasak, sedangkan Bima, karena belum membereskan baju-bajunya ke dalam koper karena langsung tertidur, Bima harus segera memasukan bajunya ke dalam kopernya agar tidak ketinggalan nantinya.

Bima berlari turun menuju dapur, tempat Rena yang sedang memasak. Setelah dilihat, ternyata Rena terlalu sibuk dengan masakannya sehingga tidak menyadari keberadaannya di dapur. Tiba-tiba sebuah ide jahil terlintas di kepalanya.

Bima berjalan mendekati Rena dengan perlahan-lahan. Hingga Bima berada dibelakang Rena yang sampai saat ini tidak menyadari keberadaannya.

"Dor!"

"Ehh, astaga!" Rena mengusap dadanya untuk mengusir kekagetan oleh ulah anak kecil yang tertawa di sampingnya.

Bima menaiki kursi kecil untuk melihat masakan yang dimasak oleh Rena.

"Kamu suka banget ya, bikin kakak kaget_-" Rena mendelik ke arah Bima yang terkikik geli.

"Hehe, habisnya kakak sibuk masak, tidak sadar aku disini," Bima menatap Rena yang sedang kesal itu dengan cengiran di wajahnya. Rena hanya menggelengkan kepalanya dan melanjutkan masakannya yang sebentar lagi selesai.

"Kakak masak apa? Kok wangi banget, " Bima menghirup aroma wangi masakan Rena yang terlihat lezat.

"Ini masakan kesukaan kakak dan abangmu, Reihan. Mungkin kamu Juga suka. Rasa saja dulu," ucap Rena sambil melirik Bima yang terlihat bersemangat untuk mencicipi masakan tersebut.

"Sudah tunggu di meja makan, ntar kakak nyusul, " Rena melirik Bima yang mengangguk antusias dan berlari ke meja makan. Rena terkekeh melihat tingkah Bima.

Setelah beberapa menit, akhirnya Rena membawa makanannya ke meja makan dimana Bima udh menunggunya dengan tidak sabaran.

Rena mengambil nasi untuk dirinya dan juga Bima.

"Enak banget kak!!! Lain kali masak yang banyak ya, " Bima makan dengan lahap. Bahkan Rena yang melihatnya tidak percaya bahwa Bima makan selahap itu.

Rena menggelengkan kepalanya dan melanjutkan memakan makanannya.

Drrtt drrtt

Deringan handphonenya membuat Rena harus menghentikan memakan makanannya. Ternyata sang kakaklah yang meneleponnya.

"Halo kak, kenapa? "

"kamu dimana? Udh di bandara belum sih?!" Wah sinyal berbahaya berbunyi di kepala Rena. Reihan ternyata menunggunya di bandara untuk segera berangkat, GAWAT!.

"Hmm, ini Rena sama Bima lagi sarapan dulu kak, nanti habis makan baru pergi ke bandara," ucap Rena sambil menutup mata dan menahan ringisannya.

"Apa?!!! Bentar siapa Bima?!"

Ups sepertinya Rena telah membuat kesalahan. Rena meringis kecil dan menjawab sang kakak dengan gugup.

"I... Itu.. Hmm nanti saja aku ceritanya ya, panjang soalnya. Ok bye bye kakak, aku makan dulu nanti aku ke bandara setelah makan. Bye, Love you, " Rena langsung mematikan panggilan tersebut dan menghela nafas lega. Rena kembali berjalan menuju meja makan dan memakan sarapannya.

Dilain tempat dan negara, Reihan sedang menatap layar ponselnya dengan tidak percaya. Banyak pertanyaan di kepalanya, tapi dia belum mendapatkan jawabannya.

"Siapa Bima?, apa yang dia lakukan disana? Kenapa tinggal berdua? Belum menjawab sudah menutup panggilanku! Dasar kebiasaan! " Reihan menggerutu kesal karena tingkah laku sang adik yang sangat menjengkelkan.

'Awas saja dia, jika kembali, akan aku minta jawaban atas pertanyaanku, hahah.' batin Reihan tertawa licik.

Reihan tersenyum miring, dan kembali berjalan dengan angkuh ke ruang kerjanya. Hah tugasnya belum selesai.

               ----------$$$$$----------

Saat ini Rena dan Bima sedang berada di dalam pesawat, setelah memakan sarapannya, Rena dan Bima langsung pergi ke bandara dan menaiki pesawat pribadinya setelah mengkabari kakaknya lewat pesan.

Saat ini Bima sedang memakan cemilannya di depan tv kamarnya, sedangkan Rena sedang berada di sofa santainya dengan menutup matanya.

Rena memijit kepalanya, pusing mendera dirinya. Matanya kembali membuka, sinar matahari menerpa wajahnya dari balik jendela ruang kerja pesawatnya.

Rena merasa bingung saat ini. Bagaimana caranya dia bisa membuat kakak dan orang tuanya percaya padanya. Bagimana tidak? Tadi saat sedang menyemil makanan, kakaknya mengabarkan bahwa minggu depan orang tuanya bakal pulang ke rumahnya, yang sudah di pastikan bahwa akan ada acara meriah untuk kepulangan mereka.

Rena benci dengan banyak orang, dirinya lebih menyukai sendirian dan tempat yang sunyi untuk menenangkan pikirannya. Apalagi kerjaan kantornya sudah menumpuk.

Rena menarik rambutnya, merasa frustrasi dengan ini semua. Jika dirinya tidak mengikuti acara tersebut, dirinya akan dicap sebagai anak durhaka jika tidak ikut dalam acara penyambutan orang tuanya yang super duper ngeselin baginya. Terutama mommy nya.

"Hah," Rena menghela nafasnya dengan kasar dan berjalan ke meja untuk menenangkan pikirannya sambil memakan beberapa kue dan minuman kaleng.

"Bagaimana ini? Nyebelin banget dua orang itu. Pulang pakai perayaan aja," Gerutu Rena sambil memijat kepalanya pusing. Wah sangat durhaka sekali.

Rena menguap mengusir kantuk yang menerpanya. Mencoba untuk tidak tidur namun nyatanya, hawa kantuknya lebih menang daripada egonya. Rena berjalan menuju kasur yang ada di ruang kerjanya sambil menggerutu kesal ralat sangat kesal.
Dirinya akan sangat menyesal selanjutnya karena berbaur pada pesta itu.

'Pasti sangat membosankan, hah'batin Rena kesal.

Ingin rasanya dia menyalurkan rasa kesal ini ke Reihan. Namun nyata nya dia hanya bisa mengeluarkan amarahnya yang dibendungnya.

"Aaaarghhh."

Dilain tempat, Bima yang sedang menonton film, terlonjak kaget mendengar teriakan Rena yang kencang. Bima melihat ke arah belakang namun nyatanya, suara tersebut telah menghilang. Bima mengangkat kedua bahunya acuh.

"Mungkin aku salah dengar, " ucap Bima acuh sambil kembali menonton filmnya.

Well, suaranya menghilang dikarenakan Rena yang sudah menghempaskan dirinya ke tempat tidur.

'Semoga tidak ada  mimpi buruk lagi, ketika aku terbangun,' batin Rena

Semoga saja...

Die Gefährliche Mafia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang