Chapter 3

71 17 9
                                    

Pagi datang menjelang, menggantikan malam yang begitu kelam seperti hidup ini.
Sinar matahari masuk ke dalam celah-celah jendela kamarnya. Namun, itu bukan berarti tidak bisa membangunkan seorang gadis yang sedang bersiap-siap untuk pergi.

"Okay, done! " ucap nya sambil membereskan barang-barangnya.

Dia mengambil koper yang ada di dekat tempat tidurnya dan berjalan keluar kamar dengan anggun. Dengan memakai topi, baju casual hitam yang polos, serta celana yang tidak terlalu ketat serta sepatu nike nya yang membuat penampilannya semakin memukau.

"Halo, kak sudah siap pesawatmu? " Rena menghubungi sang kakak dengan masih membawa kopernya dan membiarkannya dibawa masuk ke bagasi mobil dengan sang supir.

"Sudah, kau sudah siap bukan? "

"Selalu siap, ok aku dalam perjalanan menuju bandara sekarang. " ucap Rena sambil memandang langit yang sedikit mendung.

'Sepertinya sebentar lagi akan turun hujan' batin Rena.

"Bagus, pergi ke bandara sekarang."

"Iya ini juga mau pergi, ok bye kak," ucap Rena sambil mematikan panggilan tersebut.

Rena memasuki mobil setelah mengunci rumahnya dan supir pun melajukan mobilnya menuju bandara. Sesampainya di bandara, Rena langsung disambut di pesawat tersebut dan segera naik supaya pesawat dapat terbang lebih awal.

Dan benar saja, setelah dirinya masuk, pesawat langsung lepas landas. Di dalam pesawat, Rena menyusun strategi untuk menyerang Vivian, Bos yang menantang kakaknya. Setelah di rasa sempurna, Rena memutuskan untuk beristirahat sampai pesawat mendarat.
 
                   ------------$$$$---------------

Setelah mendarat, Rena membeli sebuah apartemen yang benar-benar jauh dari tempat Vivian, agar tidak banyak yang curiga. Rena memutuskan untuk tinggal disebuah apartemen yang terletak dipinggir desa agar lebih mudah.

"Well, ternyata dia orang yang pengecut, hanya bisa bermain dengan wanita. Ini akan menyenangkan. " ucap Rena sambil tersenyum miring.

Setelah selesai bikin rencana, Rena ingin memulai Rencananya pada malam hari. Jadi, masih ada waktu untuk nya beristirahat sebelum bersenang-senang.
Rena pergi ke supermarket yang kebetulan dekat dengan apartemen tempatnya menghabiskan waktu disini, untuk sementara.

Tepat saat akan membayar, tiba-tiba Rena menabrak bahu seseorang yang membuat makanannya tumpah di lantai.

"Hey, jalan lihat-lihat! Tumpah kan! " ucap Rena kesal.

"Maa.. Maaf tante, aku ti.. Tidak melihat tante."

Tunggu, itu suara anak kecil. Dirinya menabrak anak kecil? Woah suatu rekor baginya.

"Ck, lain kali hati-hati kalau jalan! "

"i.. Iya maafkan aku tante," ucap anak kecil tersebut sambil menunduk takut.

"Siapa namamu? " ucap Rena sambil memunguti barang-barangnya.

"Bima te, "

"Jangan panggil aku tante, panggil saja kakak," ucap Rena yang merasa terganggu dengan panggilan 'Tante'itu.

"Baik kak, nama kakak siapa? " ucap Bima sambil mengekor Rena yang ingin pergi ke kasir.

"Jangan ikuti aku! " Rena melirik ke belakang dengan kesal karena Bima selalu mengikutinya.

"Kakak belum jawab pertanyaanku! " ucap Bima tidak mau kalah.

"Rena.. " ucap Rena

"Udah bukan? Aku mau pulang nih!" ucap Rena setelah membayar makanannya.

"Aku boleh ikut kakak gk? " ucap Bima sambil melihat Rena dengan mata bulatnya yang berbinar lucu. Namun, Rena tetap Rena yang sadis.

"Tidak! "

"Boleh ya, orang tuaku membuangku, dan aku selalu sendirian," Bima menatap sedih Rena yang membuat nya jengkel karena merasa ikut sedih.

'Kenapa aku jadi lemah gini?  Aku gk lemah ' batin Rena berusaha untuk terlihat kuat.

"Yasudahlah, ayo ikut aku, " ucap Rena sambil menatap Bima dengan tersenyum.

"Yeayy makasih kakak," Bima melompat kegirangan setelah diperbolehkan ikut. Hanya dengan kata  'boleh'dia sudah bahagia.

Setelah membayar belanjaannya dengan sedikit jajanan untuk Bima, Rena dan Bima yang sudah dia anggap adiknya memasuki mobil dan berjalan menuju apartemennya.

Setelah sampai dikamar apartemennya, Rena mengeluarkan barang belanjaannya dan mengaturnya di dapur sembari membuat makan siang untuk dirinya dan Bima. Sedangkan Bima, asik tiduran di sofa sambil menonton film di tv dengan cemilan snack yang dibelikan oleh Rena.

Saat sedang memasak, Rena terpikir untuk mengasah kemampuannya di gudang bawah tanah apartemennya.

'Ah, nanti sajalah' batin Rena acuh.

"Sedang apa anak itu? " Gumam Rena sambil terus mengiris bawang untuk membuat nasi goreng.

Hingga akhirnya masakan Rena pun sudah siap. Rena melepas sarbet yang ada di tubuh nya sembari membersihkan dan merapikan meja makan. Hingga Rena membawa makanannya ke meja makan, disitulah dia dikejutkan oleh Bima yang berada di depannya.

"Wah wangi, sudah boleh makankan kak? "
Ucap Bima sambil melihat ke arah meja makan tanpa melihat Rena yang sudah seperti ingin memangsanya.

Rena menarik nafas dan membuangnya, mencoba mengatur rasa kesalnya agar tidak dilampiaskan ke anak ini. Atau nanti akan bermasalah.

"Iya sudah bisa, ayo duduk. Kita makan siang dulu," Ucap Rena sambil menarik salah satu kursi untuk dia duduki. Diikuti olwh Bima yang duduk disebelahnya.

Rena mengambil nasi goreng untuk dirinya dan juga untuk Bima. Serta lauk pauk dan hidangan lainnya termasuk minuman untuk mereka berdua.

Selama makan, tidak ada kata sunyi. Bima terus saja melemparkan candaan yang kadang membuat dirinya tertawa kecil, tersenyum geli atau bahkan membuatnya merasa kesal.

Bagi Rena bertemu dengan Bima bagaikan hadiah yang indah untuknya. Dia berjanji akan melindungi Bima bagaikan nyawa meski harus dengan pengorbanan dirinya agar Bima tetap ceria dan tidak bersedih hati.

Die Gefährliche Mafia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang