Chapter 35

43 4 5
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak ya...
.
Vote and comment
.
.
.
Thank you...
.
.
.
Happy Reading...

-----------$$$$$$$-----------

5 tahun kemudian...

Ceklek

Seorang perempuan membuka pintu ruangan kerja sang laki-laki yang sedang berkutat dengan laptopnya.

Dirinya berjalan dengan angkuh dan menunduk hormat pada sang ketua. Sambil membawa beberapa dokumen di tangannya.

"Selamat pagi pak, ini dokumen klient yang bapak minta bawakan. " ucap perempuan tersebut sambil memberikan dokumen tersebut.

Pria tersebut mengambilnya dan membuka serta membaca isi dari dalan dokumen tersebut. Dan kemudian menandatanganinya.

"Bagus, kamu boleh pergi sekarang. " Ucapnya sambil memberikan kembali dokumen tersebut.

Sang  Sekretaris hanya menunduk hormat sebelum pergi berlalu dari ruangan kerja sang bos.

Pria tersebut menghela nafasnya kasar melihat tumpukan dokumen yang masih banyak diatas mejanya.

'Hah, ini tidak akan pernah berakhir...' batinnya miris saat melihat mejanya penuh dengan dokumen.

Pria tersebut berjalan melihat kearah jendela dan menghela nafasnya sekali lagi. Hingga dirinya melihat jam tangannya yang telah menunjukan pukul 10.00 am yang berarti sudah waktunya makan siang.

Pria tersebut berjalan menuju meja dan membuka bekal yang dibawanya dari rumah.

Wait, bekal? Bukankah itu terdengar seperti anak kecil? Ya memang, namun dia masih seperti anak kecil bila bersangkutan dengan keluarga.

Bekal ini diambilnya diam-diam dari dapur sang kakak yang bahkan tidak mengetahuinya, jikalau dia mengetahui tindakannya, maka sudah dipastikan kakaknya akan merepet sepanjang waktu sambil menjewer kupingnya. Menyedihkan.

Baru saja akan memakan makanannya, seorang laki-laki lain masuk ke dalam ruangannya dengan santai tanpa mengetuk pintunya. Bahkan dirinya dengan santai duduk di sofa sebelahnya tanpa menyapa sang pemiliknya.

"Ck, tak bisakah kau masuk dengan mengetuk pintu? Asal main masuk saja dan menyelonong ke sofa tanpa menyapa sang pemiliknya," pria tersebut menatap sinis sang sahabat yang sayangnya tidak waras itu.

"Santailah bro, kitakan temenan,  jadi tidak masalah dong..." ucap sang sahabat dengan santai tanpa melihat wajah pria itu yang sudah memerah.

Pria itu membuang nafasnya dengan kesal, berusaha untuk bersabar dengan tingkah sang sahabat yang benar-benar memancing emosinya.

"Sudah jangan marah-marah, nanti cepat tua. Bukankah kau bilang gak mau tua dulu? Lagipula kau harus cari pasangan biar tidak menjomblo terus-terusan. "

"Bisakah kau diam?! Aku cape mendengar omelan mu itu setiap hari!" dan akhirnya kesabaran sang pria sudah habis. Dan sang sahabat hanya bisa mengangkat bahunya.

Setelah itu, tidak ada lagi percakapan diantara keduanya. Pria itu memakan makan siangnya, sedangkan sang sahabat memainkan handphonenya.

------------$$$$----------

"Kak!! Bima pulang!! "

Suara seseorang bergema di dalam rumah yang terlihat kosong. Seorang pria masuk ke dalam dengan dahi berkerut.

'Ada apa ini? Kenapa sepi sekali?' batinnya bingung.

"Kak... Bima pulang.... "

Pria yang bernama Bima itu pun berkeliling rumah mencari penghuni rumah. Mengapa rumah ini kosong sekali seperti tidak ada yang huni.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 03, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Die Gefährliche Mafia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang