Chapter 9

42 7 0
                                    

Hari demi hari berlalu semenjak kematin kedua orangtuanya. Semuanya berubah menjadi suram, tidak ada lagi aura kesenangan di dalam rumah itu. Semuanya sibuk dengan urusan masing-masing. Mencoba untuk melupakan mimpi buruk itu.

Seperti hari ini, Rena sedang sibuk mengurusi perusahaannya yang terdapat pengkhianat.

Rena memijat kepalanya merasa pusing dengan semua ini. Rasanya kedua orangtua baru saja pergi jauh, dan sekarang masalah datang kepadanya. Berkas-berkas yang bertumpuk diatas mejanya membuatnya pusing, belum lagi masalah pengkhianat di dalam perusahaannya yang telah membocorkan dokumen penting.

Belum lagi Bima yang meminta bermain ke taman sendirian. Padahal sudah dilarang namun, anak itu tetap saja keras kepala. Terpaksa Rena menyewa bodyguard untuk menjaga Bima di taman, setelah sepakat dengan Reihan.

Berbicara mengenai Reihan, dirinya juga sedang dalam masalah. Perusahaannya sedang memulihkan diri dari pengkhianat yang ada di dalamnya. Namun, entah mengapa, Rena merasa bahwa masalah mereka ini sama-sama berada di perusahaan, meskipun masalahnya duluan perusahaan Reihan, namun masalah di kedua perusahaan ini dengan tema yang sama, yaitu pengkhianatan dalam dokumen penting.

Rena sangat yakin ini tidaklah disengaja. Dirinya yakin ini merupakan perbuatan orang yang sama yang sudah merencanakan hal ini dari awal dengan matang, ralat sangat matang.

Rena mengambil handphone pribadinya dan menelepon siska, sekretaris pribadinya sekaligus sahabatnya agar datang ke ruangannya.

Drrt drrrt

"Halo mrs?"

"Halo Siska, bisakah kamu datang ke ruangan saya? Ada yang ingin saya bicarakan denganmu."

"Owh baik mrs, saya akan segera kesana. "

Panggilan terputus begitu saja. Rena menggerutu kesal di dalam hati karena Siska dengan seenak hati mematikan panggilannya. Hei dia bosnya namun, disini Siskalah yang bosnya.

Tok tok tok

"Masuk! "

Siska masuk sambil membawa beberapa file dokumen yang mungkin harus ditanda tangani oleh Rena.

"Ada apa mrs memanggil saya?" Siska menundukan badannya sebagai tanda hormat kepada Rena.

"Jangan panggil aku mrs. Disini hanya ada kita berdua! Panggil saja Rena!" Rena menatap Siska yang menggaruk kepala belakangnya yang tidak gatal dengan kesal.

"Yasudah maaf, ada apa kamu memanggilku? "

"Aku punya tugas untukmu, kemarilah."

Siska mendekat ke arah Rena. Dan Rena membisikan tugas Siska yang mengharuskan untuk mencari tahu riwayat hidup sang pengkhianat di dua perusahaannya. Yap di Andian's Corp dan ReRe's Corp.

Siska mengangguk mengerti. Dan akan segera menjalankan misi ini.

"Tapi, bagaimana dengan pekerjaanku? "

"Berikan saja kepada manajer perusahaan. Dia yang akan menghandle pekerjaanmu. Kamu hanya harus fokus ke misi ini. "

Siska mengangguk mengerti dan pamit kepada Rena sebelum berlalu keluar ruangan. Rena menghela nafas dan menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi. Dia merasa lelah,namun ini adalah tugasnya. Mau bagaimana lagi? Kakaknya sudah memegang satu perusahaan dan dia juga memegang perusahaan yang lainnya.

Dia harap dia bakal istirahat setelah ini. Harus! Tubuhnya seakan mati rasa. Sangat lelah dan sangat tidak mudah menjalani hidup yang kejam ini. Apalagi semenjak kedua orang tuanya meninggal, dia dan Reihan harus bekerja keras untuk tetap berjuang dan pantang menyerah untuk mereka semua termasuk Bima yang masih tidak tahu apa pun tentang hal ini.

Saat dewasa nanti, dia akan menjalani dunia ini dengan caranya. Bagaimana dia akan melewati kejamnya dunia dan gelapnya takdir yang harus dilalui. Dia akan mengetahui semuanya saat dewasa nanti.

Saat Rena sedang menutup matanya, tiba-tiba saja, ada deringan handphone dari atas mejanya. Rena membuka sebelah matanya dan melirik malas handphone tersebut. Rena mengabaikan panggilan tersebut, hingga nomor tersebut memanggilnya berkali-kali membuatnya kesal. Dengan terpaksa Rena mengambil handphonenya dan melihat nomor yang tidak dikenalnya menelponnya berkali-kali.

'Siapa ini? Darimana dia mendapat nomor pribadiku yang hanya diketahui oleh kakak dan Siska?' batin Rena merasa curiga.

Dengan ragu, Rena menelfon nomor tersebut dan sebuah suara yang tidak di kenalnya menyambutnya.

"Halo sayangku... "

"Siapa ini? Dapat nomor saya darimana? " Rena berbicara dengan dingin sambil berdiri.

"Shhh, ternyata kau cerewet dan dingin juga sayang."

Suara itu sangatlah menyebalkan baginya. Sungguh, dia lebih baik menuruti permintaan aneh sang kakak daripada mendengar suara ini.

"Jangan memanggilku sayang, aku tidak mengenalmu," Rena menajamkan matanya dan menjawab panggilannya dengan dingin.

"Ahh kau dingin sekali. Yasudahlah karena kau tidak sabaran, aku hanya ingin bilang bahwa Bima bersamaku. Bodyguard mu lemah sekali. Mereka bahkan tidak dapat mengalahkan bodyguard ku."

Rena mengepalkan tangannya. Bagaimana bisa ini terjadi! Dia sudah menyewa bodyguard yang benar-benar kuat. Namun, bagaimana bisa Bima terlepas dan berada di genggaman orang asing ini. Rena harus menceritakan hal ini kepada Reihan. Mulai sekarang dia dan Reihan serta Siska harus berhati-hati dengan musuhnya yang jauh lebih licik dan kuat dari dugaannya.

"Kembalikan Bima! "

"Eits tidak semudah itu, sayang. Jika kamu mau anak ini kembali, maka harus kamu sendiri yang menyelamatkannya," sungguh suara ini sangat menyebalkan.

"Apa yang kau inginkan?!" Rena mulai tidak sabaran. Dia ingin segera menceritakan hal ini dengan Reihan dan menyelamatkan Bima.

"Yang ku inginkan adalah keluargamu hancur, hanya itu."

"Tidak mungkin!! Itu tidak akan pernah terjadi!! " Rena menggebrak mejanya dengan kuat. Kepalan di tangannya semakin kuat. Giginya menggerutuk menahan amarah yang ingin meledak.

"Well, hanya itu yang ku mau. Sudah ya, Bima nya sudah bangun. Aku akan bermain dulu dengannya, hehe. "

"Jangan pernah menyakitinya! Jangan menyentuhnya! "

Tutt---

Sambungan terputus secara sepihak. Rena membereskan berkas-berkas dimejanya, mengambil jaket serta peralatan kantornya dan pulang dengan melajukan mobilnya diatas rata-rata.

Die Gefährliche Mafia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang