Chapter 4

69 15 8
                                    

Warning! Blood Area! 🚫

                      📛  "Aku sadis? Kejam? Ya aku tau itu. Maka dari itu jangan mencari masalah denganku bila kau tidak ingin kepalamu terdapat peluru kekasihku" 📛

Happy Reading....

                       
                  --------$$$$-------
       
Malam ini terasa sangat sunyi, tidak ada rembulan yang menyinari di sela-sela kegelapan malam. Namun, hal itu tidak membuat misi seorang Renata tertunda.

Saat ini, Rena sedang mempersiapkan senjata yang ingin dibawanya ke club malam. Melalui informasi yang dicarinya, Vivian selalu berada di club malam saat malam hari. Bima tidak diajaknya, takut kenapa-napa. Saat ini Bima sudah tertidur lelap di kamarnya.


"Selesai."

Rena berjalan keluar apartemennya dengan memakai dress hitam sederhana tanpa lengan, rambut di tata ke atas, dan sepatu nike nya diganti dengan heels hitam yang senada dengan dress nya.

Setelah mengunci apartemennya, Rena berjalan menuju garasi mobil dan membawa mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata ke club malam.

Sesampainya disana, Rena langsung memasuki id cardnya dan meneliti seluruh ruangan yang ada di club dengan lirikan matanya. Hingga tatapannya terhenti dengan seorang pria yang sedang duduk di bar. Yang sepertinya sudah mabuk.

Rena berjalan menuju bar, dan duduk tepat disamping pria itu. Rena memesan minuman air putih kepada bartender sambil terus memperhatikan pria itu yang sepertinya tidak menyadari keberadaannya.

"Halo, " Rena memulai percakapan dengan pria itu yang ternyata di respon dengan baik.

"Halo, apa aku mengenalmu? " ucap Vivian sambil meneliti Rena.

"Tidak, kita baru bertemu sekarang," Rena tersenyum palsu ke arah Vivian.

"Ada yang bisa saya bantu nona cantik?" ucap Vivian dengan kedipan mata genit. Rena hanya tersenyum namun tidak di hatinya yang mengutuk perbuatan Vivian tersebut.

Rena meminum minumannya hingga habis sebelum menjawab pertanyaan Vivian.

"Ada yang ketinggalan disana, apa kamu mau membantuku?" ucap Rena yang memulai akting dengan menampilkan raut wajah yang sedih.

"Jangan sedih, aku akan membantumu. "

Vivian menghabiskan minumannya dan berjalan mengikuti Rena yang berjalan menuju sebuah gang kosong dan kecil yang tidak jauh dari club.

"Apa yang kita cari disini.... " ucapan Vivian terputus. Selanjutnya Vivian terjatuh pingsan setelah ada pukulan keras di belakangnya.

Sebelumnya, Rena telah memanggil anak buahnya untuk menunggu di gang tersebut apabila dirinya dan Vivian telah tiba, mereka harus membuat Vivian pingsan.

"Bawa dia ke markas, " ucap Rena sambil tersenyum sinis ke arah Vivian.

"Baik bos."

Rena berjalan keluar gang dengan angkuh. Berjalan menuju mobilnya dan mengendarainya menuju markasnya.
                ---------$$$$----------
"Hngg"

Vivian terbangun dengan pusing yang mendera kepalanya. Saat ingin menggerakan tangannya, Vivian merasa tidak bisa berherak. Hingga saat melihat ke bawah, Vivian membelalakan matanya.

Ceklek

Pintu terbuka menampilkan Rena yang sudah mengganti bajunya dengan baju yang lebih casual.

"Apa-apaan ini!! " teriak Vivian tidak terima.
"Syutt," Rena meletakan jari telunjuknya di Bibir Vivian agar berhenti berbicara.

"Jadi kamu yang sudah menantang kakakku? " Rena menjauhkan jari telunjuknya dan bersedekap  di depan Vivian. Vivian yang merasa terintimidasi mencoba untuk bersikap tenang dan berpura-pura tidak takut walau aslinya Vivian sangat ketakutan.

"Kakak? Aku tidak mengenalmu apalagi kakakmu itu!"

Rena tertawa sinis mendengar jawaban Vivian. Kemudian menatapnya tajam dengan senyum miring di wajahnya.

"Jangan pura-pura tidak tahu. Kakak ku itu adalah bos dari perusahaan ReRe Corp," ucap Rena tersenyum miring melihat raut wajah Vivian yang terkejut.

"Maksudmu Rei!! "

Rena hanya tersenyum miring tanpa menjawab keterkejutan Vivian.

"Mengapa kamu menantangnya? Apa kamu tidak tahu siapa kami? " ucap Rena sambil berbalik berjalan menuju meja dimana pistolnya berada.

"Ck, dia itu sombong! Bagaimana bisa dia mudah sekali mengambil patner orang lain! Sangat bodoh dan memalukan! " Hina Vivian.

"Heh, kau lebih bodoh lagiu dengan menantangnya. "

Rena berbalik dengan memegang pistol di tangannya. Senjata favoritnya yang selalu bersamanya.

"K...kau ma..mau apa? " ucap Vivian gemetar.

"Tenang saja, kau tidak perlu tau. Yang perlu kau lakukan hanya jawab pertanyaanku," ucap Rena sambil memainkan pistolnya di hadapan Vivian yang membuatnya menelan ludahnya sendiri.

"Apa... Apa yang kau inginkan dariku?! "

"Aku hanya ingin tau alasanmu menantang ReRe Corp," ujar Rena sambil duduk di kursi tepat di depan Vivian dengan menyilangkan kakinya.

"Aku...aku tidak suka padanya," jawab Vivian gugup namun, Rena tau dirinya berbohong.

"Hmm kau berbohong? Baiklah," selesai Rena berkata, tiba-tiba sebuah pisau melayang tepat ke perutnya. Membuat darah mengalir turun. Vivian membelalakan matanya sambil berteriak kesakitan.

"Jangan pernah berbohong padaku! Jawab! Kenapa kau berani sekali menantang kami! " Rena meninggikan suaranya sambil memperhatikan Vivian yang kesakitan dengan tajam.

"Akkhh, aku.. Aku iri padanya. Aku sudah mencoba berkali-kali untuk menjatuhkan Rei, namun dia masih bisa berdiri tegak!" ucap Vivian. Rena melihat ke dalam bola mata Vivian dan terdapat amarah dan kebencian yang penuh untuk kakaknya.

"Hmm, sayangnya kami jauh lebih kuat darimu. Well, aku rasa hidupmu penuh kesedihan sehingga membuatmu iri kepada orang lain," ucap Rena tersenyum remeh, membuat Vivian menatapnya marah.

"Owh, jangan menatapku seperti itu. Aku takut sekali, hahahaha," Rena berkata dengan suara orang yang ketakutan dan tertawa kencang karena merasa geli.

"Dasar tidak tahu malu! Tidak abang, tidak adik sama-sama gila! Sepertinya keluarga kalian gila semuanya!"

Tepat saat Vivian berhenti berbicara sebuah pisau terlempar lagi ke arahnya. Dan kali ini bagian matanya yang menjadi sasaran.

"Akkhhh! "

"Jaga bicaramu! Jangan pernah berbicara yang tidak-tidak tentang keluargaku! " emosi Rena terpancing akibat perkataan Vivian yang menghina keluarganya. Tanpa aba-aba Rena menarik pelatuk pistolnya tepat ke arah kepala Vivian.

Dor!

Saat itu juga, Vivian telah pergi dengan kepalanya yang mengeluarkan darah yang deras, matanya yang terdapat pisau, dan perutnya yang masih mengeluarkan darah.

"Urus mayat itu!" perintah Rena kepada anak buahnya. Sedangkan anak buahnya hanya bisa menurut meskipun ngeri melihat hasil karya Rena.

Rena keluar dari markasnya dengan amarah. Melajukan mobilnya seperti orang kesetanan, untung saja jalanan sudah sepi karena sudah larut malam. Hah, sepertinya Rena harus menenangkan dirinya dulu sebelum pulang ke apartemen, dimana Bima sedang tidur nyenyak saat ini.

-------$$-----

Hai, i'am comeback! Hihi sadis banget Rena nya yak :v. Tapi asli nya kgk kok. Dia itu ramah kalau orang juga ramah padanya. Bye bye sampai ketemu besok dengan Rena, Reihan dan Bima 😆

Die Gefährliche Mafia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang