Chapter 31

17 3 0
                                    

"A.. Aku mohon maafkan aku... "

Rena terus memohon sembari terus berhati-hati saat melihat Delard semakin dekat kearahnya.

"Sayang sekali... Pertemuan kita cukup sampai disini saja." Delard memandang sedih dan meremehkan kearah Rena.

Kemudian, Delard mengarahkan senjatanya kearah Rena dan bersiap untuk menembaknya.

Ckit

"Argh.. " Rena melindungi dirinya dengan tangannya yang tidak terbogol.

Delard menembakan pistol nya kearah Rena, namun tidak berbunyi seperti pistol. Apakah senjata ini rusak? Apakah tidak ada pelurunya? Tapi tidak mungkin, sebelum memulai penyerangan ini, dirinya sudah memastikan semuanya aman.

Delard mencoba sekali lagi dan hasilnya tetap sama. Tidak ada peluru yang keluar.
Delard memberikan senjata itu kepada anak buahnya yang tadi dan mengambil senjata yang lainnya.

Ckit

"Arghh..." Rena menutup sebelah wajahnya dengan tangan karena takut akan ketembak.

Ckit

"Argh..."

Delard mencobanya berkali-kali namun hasilnya tetap sama. Tidak ada peluru yang keluar dan Rena masih terlihat baik-baik saja.

'Ada apa ini?' batin Delard bingung.

Sedangkan Rena, dirinya mengusap wajahnya sebelum menutup sebelah wajahnya dengan tangan yang tidak terbogol dan menyeringai dengan mata tertutup.

"Kenapa? Senjatanya rusak kah?" Ucap Rena sambil membuka mata dan menyeringai kearah mereka.

Delard dan yang lainnya melihat kearahnya dan terkesiap akibat goncangan di gubuk ini dan mereka semua terkejut karena sesuatu yang berada di belakang Rena.

Disana, dibelakang Rena, pintu tergoyang seakan dipaksa buka. Dan benar saja, beberapa detik kemudian pintu tersebut roboh dan debu pun menyelimuti mereka semua.

Delard maju dan melihat semuanya dengan terkejut. Ada sekitar 3 truk yang menarik kuat pintu gubuk ini hingga runtuh. Dan di belakang Rena, pasukan berbaju coklat hampir sama seperti anak buahnya datang dalam jumlah yang sangat banyak.

Rena berdiri dan menatap mereka dingin. Beberapa dari pasukan tersebut maju untuk melindungi Rena, dan salah seorang dari mereka membuka borgol yang mengunci tangan Rena.

Saat tangannya telah lepas, beberapa pasukan lainnya masuk sambil membawa 3 orang yang sangat dikenali oleh Delard. Mereka disuruh berdiri di dekat dinding dengan dua penjaga membawa senjata berbahaya untuk menjaga agar mereka tidak kabur.

Meja yang berada di depan Rena pun, telah dipindahkan sehingga memudahkan Rena berjalan ke depan.

"Kepala kementrian, jaksa penuntut, dan walikota. Bukankah kau mengenal mereka? Mereka yang membantu mereka selama ini bukan? "

Delard menatap Rena tidak percaya. Rena menyeringai melihat Delard yang tidak percaya dan bingung apa yang sedang terjadi saat ini. Bagaimana bisa, Rena mengetahui tentang 3 orang itu.

Delard menatap Rena datar yang dibalas tatapan angkuh dan dingin olehnya. Para tersangka yang tersudut pun hanya bisa menundukan kepalanya, tidak berani melihat bahkan berbicara.

"Nah, apa yang sedang terjadi sebenarnya? " Rena menyeringai menatap Delard.

"Sebelumnya, saat kau akan menyerang desa ini tepat pada tanggal 3 Agustus, aku berdiskusi kepada kakakku untuk membantu warga disini karena mereka tidak bersalah. Dan bukankah sebelumnya kau mengetes senjata serta pelurunya? Lalu kenapa hari ini rusak? Sebenarnya senjatamu itu tidaklah rusak, kami lebih dahulu membayar lebih kepada sang pemilik peluru tersebut untuk menukarkan peluru tersebut. Saat kau sedang mencoba peluru itu, kami langsung menukarkannya dengan diam-diam setelah kau merasa puas dengan peluru tersebut dan pergi entah ke mana. Dan untuk mengenai tembakan yang tadi tepat pada jam 8.30, Apa yang kau pikirkan?"

Rena menyeringai melihat Delard yang sepertinya menyadari sesuatu, suatu hal yang sangat penting dan sayangnya tidak terpikirkan olehnya.

"Ya, aku yakin kau tahu apa yang terjadi tadi. Suara tembakan tersebut yang berada di mobil sebenarnya adalah salah satu anak buah kami telah menyuruh penjaga atau anak buahmu itu untuk keluar dari mobil dan untuk diisolasi atau kami bunuh dalam mobil yang lainnya. Dan untuk Bima yang berada di mobil, dia baik-baik saja kami memutarkan lagu dengan suara keras dan menutup mobil agar dia tidak terdengar dan tidak melihat adegan yang langsung terjadi saat itu dan yang mengkonfirmasi kepadamu bahwa semuanya berjalan lancar adalah anak buah kami juga."

" sebenarnya sebelum penyerangan ini berlangsung, seluruh penduduk desa ini telah kami mengungsikan mereka ke tempat bioskop yang dulu kalian pakai untuk mendengar suara tembakan agar mereka tidak mendengar suara tembakan langsung dari sini. Dan untuk yang berada di lapangan kau masih ingat? Ya itu adalah penyamaran kami juga untuk menjebak kalian. kalian mengerti bukan saat ini?!"

Rena menyeringai melihat mereka semua yang sepertinya terkejut dan tidak bisa berkata-kata.

"Yah, walaupun tujuanku dengan Kakaknya Cila tidak berakhir seperti yang aku bayangkan, setidaknya rencana ini harus berakhir bagus dan seperti yang aku bayangkan. "

Salah satu anak buah mengambil telepon genggam yang ada disebelahnya dan menghubungi nomor luar.

"Apa tidak ada bantuan?! Tolong angkat teleponnya !!!" teriaknya keras.

"Yah, apa kau tidak tahu sopan santun hah? Ini sudah aku jawab. Ah sayang sekali tidak ada bantuan, dan hari ini... Kalian semua akan melihat neraka yang sesungguhnya... "

Suara serak dan berat milik seseorang terdengar ke telinganya. Dirinya menjatuhkan telefon tersebut dan melihat kearah bosnya yang memandang Rena lurus tanpa ekspresi.

Tepat saat itu juga beberapa pasukan lainnya masuk dan sebagian berjaga di luar bila ada bantuan dan butuh cadangan.

Rena menatap kearah depan dengan menyeringai sebelum ekspresinya berubah menjadi dingin dan datar.

"Nah sudah cukup main-mainnya. Mari kita selesaikan ini semua. Inilah akibatnya bila kau menantang ku dan bermain denganku, Renata Andian. "

Die Gefährliche Mafia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang