Chapter 17

27 5 2
                                    

Seorang laki-laki menatap tiga orang yang berada di depannya dengan tajam. Mereka adalah bawahannya yang telah melanggar perintah darinya. Laki-laki itu berdiri dan mendekati mereka dengan langkah pelan namun mampu membuat ketiganya gemetar.

"Bagaimana bisa itu terjadi hah?! Ingat baik-baik! Jika sampai dia tau maka awas saja kalian semua! " Laki-laki itu menatap mereka dingin yang diangguki cepat oleh mereka semua.

"Sudahlah sayang, beri mereka satu kesempatan lagi. Nanti juga kamu udah tidak perlu buang-buang waktu," Sang perempuan berdiri dan memegang tangan kekasihnya untuk menenangkan dirinya.

Laki-laki itu menghela nafasnya, akhirnya dia menyuruh anak buahnya keluar dari sini dan dirinya menatap keluar jendela.

"Kalau dia tau habislah sudah. " laki-laki itu mengusap wajahnya kasar. Perempuan itu mengelus dada sang kekasih, mengisyaratkan untuk tetap tenang dan sabar.

"Dia tidak akan tahu. Kita sudah menyusun ini dari lama dan aman. Jadi, tidak bakal mudah ketahuan. " Perempuan itu tersenyum sinis sambil membayangkan sesuatu. Laki-laki itu yang mendengarnya pun ikut tersenyum sinis, dia tidak sabar untuk mengakhiri permainan yang telah dibuatnya.

             -------------$$$$----------

Rena pergi ke tempat telefon genggam yang berada dipinggir jalanan. Dirinya berhenti untuk menelfon seseorang.

"Halo... " suara berat seseorang menyambut telinganya.

"Halo kak!" Rena menjawabnya dengan semangat yang luar biasa.

"Okay, kau minta untuk mencari tau tentang mobil ber plat Gangnam Adult 05 bukan? Ini dia informasinya. Mobil itu dimiliki oleh seseorang yang bernama Adelard Pratama. Dia... "

Ucapan laki-laki itu terpotong oleh suara Rena yang ingin sekali dia melempar pisau kearahnya, namun tidak bisa.

"Aku sudah tahu itu. " ucap Rena santai. Reihan membanting dokumen yang dipegangnya, dia menghela nafasnya kasar.

'Kebiasaan!' batin Reihan menggerutu.

"Lalu apa yang ingin kau katakan?" ucap Reihan yang masih sebal dengan Rena.

Rena yang mendengar nada ketus dari kakaknya hanya terkekeh tanpa merasa bersalah.

"Kak tolong kirimkan aku uang, uangku tinggal 1.000.000,00 lagi! " ucap Rena sambil memelas.

Reihan yang mendengar nada memelas sang adik hanya bisa memutar bola matanya.  Kebiasaan dirinya jika meminta sesuatu.

"Hah baiklah, tapi aku mau bertanya satu hal padamu. Anak kecil itu, adik dari pengkhianat yang ditinggalkan mengapa kau membawanya bersamamu?! Apakah kau tidak tau jika dia bisa saja berbahaya dan akan melupakanmu jika sudah bertemu kakaknya?! Apa yang... "

Rena mematikan panggilan mereka. Rena melihat kearah Cila yang sedang berada di depan mobil sambil menulis sesuatu. Dia, anak yang tidak bersalah. Anak yang ditinggalkan oleh kakaknya. Rena menghela nafasnya dan mengambil permen di dalam kantungnya.

Saat membuka tutup permennya, tidak sengaja permennya tumpah. Rena menghela nafasnya sekali lagi dan ingin berjongkok untuk mengambil permennya. Namun, saat itu juga Cila sudah memunguti permennya dan membersihkannya dengan tangannya.

Cila mengulurkan tangannya yang terdapat permen kearah Rena. Rena hanya menatapnya dalam sebelum mengambil permen tersebut.

"Kak, bagaimana kalau kita pergi ke suatu tempat yang kosong?! Biasanya kakak dibawa kesana," ucap Cila sambil menatap Rena dengan mata berbinar lucu.

"Tidak perlu. Aku tahu dia ada dimana, " Rena menjawab dengan tenang sambil menatap kearah lain. Cila menatap Rena dengan semangat serta harapan ketemu dengan kakaknya semakin cepat.

"Benarkah? Sudah ketemu? "

"Hmm, sebelum itu kita harus ke suatu tempat terlebih dahulu. Dan kau harus membantuku kali ini. "

Rena berjalan menuju mobil yang diekori oleh Cila dibelakangnya.

"Woah, kakak hebat sekali! Apa yang harus aku lakukan kali ini?" ucap Cila bersemangat.

"Kau hanya perlu diam. Tidak berbicara apapun yang tidak ada gunanya."

"Eh?! Aku berbicara tidak ada gunanya? Bukankah itu kakak sendiri?"

"Ck, sudah nurut saja!"

-----------------$$$$$--------------

Saat ini Rena sudah berada di sebuah kelas bersama seorang guru. Guru tersebut memakai kacamata serta baju casual yang terlihat nyaman. Guru tersebut menjelaskan suatu lokasi yang diminta oleh Rena.

"Maaf tapi sebelumnya saya masih tidak mengenal anda. Bisakah anda mengulang perkenalannya dari awal lagi? " guru tersebut membenarkan letak kacamatanya dan melihat kearah Rena yang tersenyum.

Disaat Rena akan menjawab, Cila datang dengan mengenalkan diri Rena secara tidak langsung.

"Dia adalah, seorang jaksa hukum yang bertugas untuk melindungi anak-anak. Dia membantuku untuk menemukan kakakku yang diculik oleh penjahat. "

"Sudah mengerti?"

Rena tersenyum melihat sang guru yang sepertinya masih lola. Hingga akhirnya, guru tersebut hanya bisa menganggukan kepalanya mencoba mengerti walaupun sebenarnya dia masih bingung.

Guru tersebut memberikan sebotol minuman kepada Cila, dan mengusap kepalanya.

"Hah ini, yang aku tau tidak jauh dari sini sebuah gudang kosong yang kau cari ada disini. Aku tidak tahu apakah yang kau cari ada disitu, tapi hanya gudang itu yang sudah lama kosong dan berada tidak jauh dari sini. " Ucap sang guru sambil menunjuk satu titik pada peta. Rena memperhatikan dengan teliti dan cermat untuk mengetahui jaraknya.

'Jarak dari kelas ini sekitar 30 meter dari gudang, sedangkan dari bengkel hanya membutuhkan waktu sekitar 20 menit untuk sampai di gudang itu. Dengan kata lain, bengkellah tempat paling dekat dengan gudang tersebut.' batin Rena.

"Baiklah terimakasih atas informasinya. Kami pergi dulu. Selamat siang... Ayo Cila. "

"Dadah paman..." Cila melambaikan tangannya pada sang guru sebelum mengikuti Rena kembali ke mobil untuk pergi ke gudang kosong tersebut.

Cila berharap bahwa dia dapat segera bertemu sang kakak yang bahkan tidak dia ketahui bahwa sang kakak berkhianat kepadanya...

Die Gefährliche Mafia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang