Chapter 32

18 2 0
                                    

Tepat saat Rena duduk di kursi, pertempuran itu pun terjadi. Semuanya saling menembak satu sama lain untuk mempertahankan diri.

Di posisi Delard, mereka ternyata membawa pistol cadangan bila mereka tersudutkan. Rena yang menatapnya pun hanya menyeringai.

'Hmm, menarik...' batin Rena.

Dor Dor Dor Dor

Suara tembakan terus saja berbunyi, pasukan musuh tersudut kan. Bahkan banyak yang sudah tumbang.

Dor

Satu tembakan dari lawan mengenai salah satu pasukan yang berdiri di samping kanan Rena. Ketika pasukan tersebut jatuh, pasukan yang di belakang maju menggantikan dirinya dan menembak ke arah lawan.

Tak ayal dengan yang berada di lapangan, mereka juga sedang seru-serunya bermain tembak-tembakan. Mereka yang berpura-pura atau menyamar menjadi masyarakat pun sudah membuka penyamarannya dan langsung bermain.

Pasukan Delard yang berada di atas tebing, melarikan diri ke dalam hutan setelah pasukan Rena menembak mereka dari bawah atau dari lapangan. Namun sayangnya mereka tidak begitu pintar, masuk arena juga berada di dalam hutan dan Mengunci pintu keluar dari dalam hutan sehingga pasukan. Delard terkepung.
Salah satu anak buah Rena pun mengambil alat komunikasi yang terhubung ke Rena punya pasukan Delard yang sudah mati dan merecord suara tembakan yang berada di lapangan, sehingga Rena dapat mendengarnya dan merasa puas meski secara tidak langsung.

Dor

Salah satu petugas di sebelah Rena menembakan pelurunya kearah Delard dan tepat mengenai dada kiri Delard. Namun, ternyata Delard masih dapat bertahan. Bahkan dirinya masih terus menembak kearah Rena, dan berusaha untuk mengenai Rena langsung meski rasanya sangat mustahil.

Dor Dor Dor

Hingga tiga tembakan terakhir dari penjaga Rena mengakhiri semuanya. Semuanya telah mati baik di lapangan, di luar maupun di dalam dimana Rena berada.

Delard terjatuh dengan darah yang mengalir di dada kirinya serta di kening menurun menuju pipi.

Brum

Bersamaan dengan itu, suara mobil terdengar mendekati gubuk ini. Dan jenjang kaki keluar dari dalam mobil tersebut dan masuk ke dalam gubuk.

Ternyata orang tersebut adalah Reihan yang datang untuk menjemput Rena serta Bima. Jika kalian bertanya dimana Cila, dia berada di dalam mobil yang tadi dipakai oleh Reihan. Ya, selepas ini mereka memutuskan untuk mengantarkan Cila ke rumah paman dan bibinya sesuai amanah dari sang kakak dahulu.

Reihan berjalan menuju tiga orang yang ikut serta dalam tragedi ini. Dan pakaian Reihan saat ini mirip seperti mafia sungguhan. Mungkin karena ini medan pertempuran jadi dirinya memakai baju mafianya.

"Jangan sampai aku mendengar ini sekali lagi. Jika kalian melakukan hal ini lagi, kita akan bertemu kembali. Namun, bukan lagi dengan memakai senjata api. Kalian mengerti?" tanya Reihan menatap mereka satu persatu yang dibalas anggukan takut oleh ketiganya.

Reihan berbalik dan melihat kearah Rena yang memandang lurus ke depan. Dimana, disana Delard terduduk bersimbah darah dan terbatuk serta sesak. Rena bangkit dari tempat duduknya dan  berjalan pelan menuju Delard yang masih meringis kesakitan.

Kedua anak buah Rena atau Reihan memegang tangannya, bermaksud menyuruhnya berdiri. Delard menatap Rena sendu dibalas dengan tatapan dingin oleh Rena.

"Jangan senang dulu, ini masih belum berakhir. Ayahku akan mencarimu. "

Bahkan disaat sekaratpun, Delard masih bisa mengancam Rena tanpa rasa takut sama sekali. Rena menatapnya sendu. Tangannya diulurkan ke samping. Anak buah Reihan menyerahkan sebuah tang kecil kepadanya.

"Ini semua sudah berakhir. Kalian telah kalah," bisik Rena pelan.

Rena maju dua langkah mendekati Delard yang masih tetap pada tempatnya, dan kedua tangannya yang di pegang.

"Kak, aku bahkan tidak tahu siapa aku, aku juga tidak mempunyai identitas diri. Bagaimana bisa kalian akan mencariku bila aku adalah orang yang tidak pernah ada di dunia ini... "

Rena menyerahkan tang itu kembali ke anak buahnya dan berbalik meninggalkan Delard yang menatap punggungnya sendu oh ralat menatapnya antara sendu maupun datar.

Tepat saat Rena berbalik, kedua penjaga tersebut melepaskan tangan Delard dan langsung mengarahkan pistolnya ke dirinya.

Dan...

Dor Dor Dor

Ya, kalian tau jawabannya. Delard di tembak oleh mereka supaya tidak membuat kejahatan lagi.

Tak terasa pertemuan mereka berakhir sampai disini. Dari pertempuran di malam hari dan berakhir di saat fajar terbit, Rena dapat menyelesaikan tugasnya walaupun dia juga membutuhkan bantuan kakaknya.

----------------$$$$$$$$$$----------------

Rena berjalan menuju mobil yang ada Bima disana dan menarik kain yang membungkus mobil hingga mobilnya tidak terlihat.

Sret...

Kleck

Rena membuka pintu mobil, dan disana Bima tertidur pulas tanpa merasa terganggu sama sekali.

"Bima.. Hei Bim... Bangun sudah pagi. Bima.. " Rena memanggil Bima berulang kali agar Bima terbangun. Dan benar saja, Bima membuka matanya.

"Hmm... Kak Rena.. " suara serak khas anak kecil pun terdengar. Rena tersenyum manis kearah Bima.

"Ayo.. Kita pulang.. "

Bima bangun dan keluar dari mobil. Rena menggandeng tangan Bima untuk berjalan menuju mobil, dimana Reihan serta Cila sudah menunggu mereka berdua.

Bima melihat ke sekelilingnya dan bingung kenapa tempat ini sepi. Padahal tadi malam sangat rame bahkan dirinya tidak boleh keluar dari mobil.

"Kak Rena... Kenapa disini terlihat sepi? Bukankah tadi malam banyak orang-orang berjaket hitam yang memegang senjata? Lalu kemana orang-orang itu? " Bima melihat keatas untuk meminta jawaban dari Rena.

"Mereka sudah pergi, dan mereka tidak akan bisa menyakitimu lagi... "

Die Gefährliche Mafia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang