Brumm
Suara mobil terdengar dari jauh, hingga sekelompok orang keluar dari dalam mobil. Terutama seorang pria berjas harmoni yang terlihat sangat tampan namun tidak setampan hatinya.
Mereka semua masuk memasuki sebuah hotel yang langsung disambut lirikan oleh sang pemiliknya.
Ketua dari mereka semua, maju perlahan kearah sang pemilik hotel yang terlihat gugup namun berusaha untuk menutupinya.
"Apa disini ada seorang perempuan memakai masker, rambutnya panjang berwarna hitam serta tatapan tajam bersama anak kecil perempuan kemari? " sang ketua menatap pemilik hotel menantangnya untuk tidak berbohong.
"Se.. Seorang perempuan bermasker... Dan se.. Seorang anak kecil? " tanya sang pemilik hotel gugup.
Pemilik hotel tersebut terlihat enggan untuk memberitahunya. Dirinya teringat saat seorang perempuan yang berciri-cirikan seperti yang dicari oleh orang di depannya ini mengatakan sesuatu padanya.
Saat itu dirinya sedang membersihkan mejanya, seorang perempuan turun ke bawah dengan memasukan tangannya ke dalam saku.
Dia yang melihat hal itu pun langsung mengambil permen di dalam saku jaketnya dan memanggil sang perempuan.
"Rena, dimana keponakanmu? Ini aku ada sedikit permen untuknya," Ray memperlihatkan tangannya yang dipenuhi oleh permen.
Rena yang sedang berjalan pun terhenti, bukan karena dirinya ingin memberitahukan dimana Cila, tetapi karena ada sesuatu yang sangat penting yang harus dikatakan olehnya.
"Hah, aku minta tolong padamu. "
Rena mendekat kearahnya dan berhenti tepat didepan wajahnya sambil menatapnya tajam.
" A...apa itu?" ucap Ray sedikit takut dengan tatapan tajam Rena.
" Jika nanti ada seseorang yang memakai jas Armani dia adalah penjahat. Rambutnya berwarna hitam dengan kacamata yang bulat. Jika nanti dia bertanya tentang aku, maka katakan padanya nya, aku akan kembali saat malam hari."
Itu yang diingatnya dari percakapan singkatnya dengan Rena sebelum Rena pergi menghilang.
" O...o dia. Dia sudah pergi tadi. Dia bilang bilang, dia akan kembali saat malam hari."
Ray menatap wajah Delard yang menganggukkan kepalanya dengan pelan dan kaku.
Sedangkan ditempat Rena, Dia sedang menelepon Reihan di pinggir jalan tempat dimana dia menelepon kakaknya terakhir kali.
"Apa itu? " Rena melihat kearah tiang listrik yang sepertinya merasa sangat familiar dengan dirinya. Dia tidak merasa asing dengan tiang itu.
Hingga sambungan telefon pun tersambung. Rena dengan cepat mengangkatnya dengan semangat yang full.
" Kakak Zheyenkk!! Kirimkan uang padaku, uangku sudah habis! " Rena berbicara dengan Reihan sambil menatap tiang listrik dengan dahi yang berkerut.
"Ck kau ini! Datang datang langsung meminta uang padaku. Bukannya menanyakan kabar kakaknya, dia malah meminta uang dengan tidak sopan," ucap Reihan Dengan kesal dari seberang telepon.
"Hehehe, " Rena hanya terkekeh tanpa merasa bersalah kepada sang kakak.
"Gimana? Sudah ketemu Bimanya?" tanya Reihan dari sana. Okay sekarang suasana sudah mulai serius.
Rena berdehem sebelum memulai kalimat pertamanya.
"Belum, aku belum menemukannya, tapi aku akan segera menemukannya! " ucap Rena dengan penuh tekad sambil menatap lurus ke depan.
"Bagus! Cepatlah pulang! Tugas kantor mu menumpuk! Kau tidak tau kalau aku..."
"Sudahlah kirimkan saja uangnya padaku. Aku akan tunggu!"
Tut..tut..
Panggilan telepon diakhiri oleh Rena. Dan tidak perlu dijelaskan lagi bukan bagaimana ekspresi Reihan saat ini? Ya kalian pasti tau jawabannya.
------------$$$$---------
Malam hari telah tiba, Rena berjalan santai menuju hotel dengan memutar kunci ditangannya. Serta sesekali melihat ke belakang. Dia tau kalau dia sedang di perhatikan. Ya, di balik semak-semak dihalaman hotel, disana terdapat beribu manusia berjubah suruhan Delard.
Rena juga sudah merasa bahwa Delard mendatangi hotelnya. Maka dari itu, tak heran darimana dia tau kalau dia sedang diperhatikan oleh sekumpulan manusia yang...
Rena tetap berjalan masuk ke hotel. Disana, tidak ada seorang pun. Cila telah dia bawa bersama Ray ke sebuah toko buku. Toko sekaligus tempat tinggalnya adik Ray yang lumayan jauh dari sini.
Semua manusia yang berada didalam lautan rumput pun muncul ketika Rena telah masuk ke dalam. Ada yang di samping bahkan di depan hotel. Ada di balik pohon. Dan ada dua orang di dalam mobil yang melihat dari jauh.
Darimana Rena tau kalau malam ini ada penyerangan? Ingat saat Rena bertemu Delard, dia mengambil semua berkas-berkas Delard yang sepertinya sangat penting dan membawanya.
Di dalam dokumen itu berisi tentang, penyerangan malam ini yaitu tanggal 24 Juli 2020 pukul 20.00 malam. Tentang permainan mereka pada tanggal 26 yang masih tidak bisa dia mengerti. Serta mereka yang memesan senjata api Rheinmetall MG 3 sebanyak 26 buah, FN FAL sebanyak 15 buah, M4 Carbine sebanyak 30 buah. Yang akan di test malam ini, tepat saat dirinya diserang mereka akan mengetest semua senjata api tersebut.
FN FAL senapan mesin ini mampu melesakkan 700 butir peluru. Sedangkan
Rheinmetall MG 3 dilengkapi dengan Kartrid NATO 7.62 x 51 mm. yang dapat menembakkan peluru Mauser 7.92 x 57 mm. Dan yang terakhir senjata api M4 Carbine, M4 memiliki 80% bagian yang sama dengan M16A2. M4 memiki pilihan tembakan semi-otomatis dan burst tiga butir (sama dengan M16A2), sedangkan M4A1 memiliki pilihan semi-otomatis dan otomatis. M4A1 juga kadang-kadang dilengkapi laras yang lebih berat, untuk menahan panas yang dihasilkan dari menembak otomatis untuk waktu yang lama.Jadi semua detail apa yang dilakukan dan direncanakan oleh Delard semua ada di tangan Rena. Meskipun terkadang Delard mengganti rencananya yang pasti Rena yakini adalah, sesusah apapun rencananya diganti pastinya tidak beda jauh dari rencana yang mereka rencanakan sekarang ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Die Gefährliche Mafia [END]
Mystery / ThrillerKamu tidak perlu tau siapa aku, tapi aku tau siapa kamu. Hati-hati denganku, karena aku berbahaya. Jangan mencari masalah denganku, jika kamu masih ingin melihat dunia ini. Menceritakan tentang seorang mafia yang berjuang menyelamatkan keluarganya...