Keinginan, cinta, dan balas dendam menjelma menjadi satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan takdir.
Banyak media sosial membahas tentang vampir, mereka beranggapan bahwa vampir adalah makhluk yang haus darah dan membunuh banyak korban.
Ban...
Wahh Rtulip comeback nih, ada yang kangen tidak? Sudah sekian waktu tidak update huhu maafkan...
. . .
Semua penilaianmu terlihat salah dimataku...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kastil Bran. SINAR MATAHARI yang menelusup lewat sela tirai mengusik tidur Minah. Ia berusaha bangun dan meringis merasakan ngilu di sekitar perutnya. Memutuskan untuk keluar kamar, ia mengedarkan mata melihat sekitar istana yang terkesan sepi. Tidak ada pelayan yang mondar mandir menyiapkan berbagai hal di pagi hari. Memegang kepala mengusir pening, Minah terduduk di meja makan. Decitan kursi ditarik terdengar, Minah melihat Sanha di depan sana.
Kejadian tiga hari lalu menelusuk ke dalam pikiran Minah, dimana ia bertemu dengan orang - orang yang hadir dalam mimpinya dan juga ingatan tentang Eunha, teman dekatnya di organisasi. Minah melemparkan sendok hingga menimbulkan suara nyaring. Sanha bangkit dari duduknya lalu menghampiri Minah. Mencengkram wajah Minah yang dibalas dengan tatapan jijik.
"Apa kau tidak tau sopan santun? Apakah pantas slave sepertimu berlaku seperti itu di hadapan tuannya?" sinis Sanha mencengkram dagu Minah hingga wanita itu mengeluarkan desisan.
"Apakah pantas makhluk menjijikan seperti mu mengurungku dan membiarkan hidupku tersiksa?" pertanyaan yang membuat Sanha menghempaskan wajah Minah kasar, pria itu terkekeh keras.
"Wah gila! Kau sudah aku biarkan hidup enak di dalam istana, dilayani layaknya ratu disini dan kau sebut itu MENYIKSA!?" suara keras yang membuat Minah langsung berdiri, menatap nyalang pada pria di hadapannya lalu menampar keras pipi Sanha. Menyentuh pipi kanannya yang terasa panas, Sanha balik menatap Minah dengan dingin.
"Padahal aku menyayangimu dengan tulus noona. Kau bahkan belum memahamiku dengan baik." ujar Sanha berlalu dari sana.
🔥🔥🔥
Sanha masuk ke ruangan paling pojok untuk bertemu papa nya disana. Duduk di sofa dan meneguk segelas darah yang di sediakan di meja. Dohwan melirik Sanha yang menampilkan wajah marah dengan rahang yang mengeras. Hingga gebrakan meja dan retakan kaca membuat Dohwan menghentikan aktivitasnya yang sedang memandang pemandangan luar istana. Memutuskan untuk menghampiri Sanha, duduk di sofa menunggu penjelasan anaknya yang membuat meja di hadapannya sudah tidak terbentuk.
"Seharusnya hancurkan barang yang ada di ruanganmu, bukannya malah melampiaskan amarah tidak bergunamu di sini. Ada yang menganggumu?" Tanya Dohwan penuh perhatian, atensinya menatap lurus ke arah Sanha yang tengah mengacak surai hitamnya dengan brutal.
"Apa ini tentang wanita itu lagi? Marius Clarissa?" mendengar nama itu Sanha langsung mengacak rambutnya sekali dan membaringkan tubuhnya di sofa.