Keinginan, cinta, dan balas dendam menjelma menjadi satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan takdir.
Banyak media sosial membahas tentang vampir, mereka beranggapan bahwa vampir adalah makhluk yang haus darah dan membunuh banyak korban.
Ban...
Di balik tindakan pasti ada alasan yang sengaja disembunyikan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Brown Caffe. NUANSA KAFE yang di desain dengan warna coklat muda, lampu warna – warni bergantungan di atas langit – langit ruang. Hujan sudah reda beberapa menit lalu, kepulan asap yang berasal dari coklat hangat menemani dua orang yang saling bersitatap canggung. Minah mengalihkan perhatiannya ke luar jendela seraya meminum pesanannya.
“Jadi...” ujar pelan Minhyuk mengusir keheningan diantara keduanya. Minah menengokkan kepalanya. “Apa yang terjadi padamu?” Tanya Minhyuk dengan nada yang sedikit merasa bersalah.
“Hm… aku bingung harus mulai dari mana. Tentang istana, vampir dan kehidupan setelah reformasi.” Menghela napas netranya memandang ke arah Minhyuk, “Bang Minah, nama itu sudah tidak digunakan lagi disana. Diperlakukan dengan baik sehingga aku tidak menduga kehidupanku yang sebenarnya bukanlah disana. Serta Sanha, pria yang selalu memberikan perhatian dan kasih sayangnya padaku. Setelah aku mengetahui semuanya, entah kenapa amarahku langsung tersulut.”
“Jadi intinya… kau vampir?” Tanya Minhyuk, tangannya mengepal erat.
“Lebih tepatnya slave, manusia yang menjalani reformasi. Dan kau tau apa yang paling membuatku menderita? Sinar matahari membuat kulitku melepuh,” tutur Minah, ia menelungkupkan kepalanya di atas meja. Memilih meredam air mata yang tiba – tiba turun. Minhyuk mengulurkan tangannya, menepuk pucuk kepala Minah memberi kekuatan.
“Ingin bertemu teman – teman?” ajak Minhyuk berdiri dari duduknya menatap Minah yang masih membenamkan kepalanya diantara lengan. Menghampiri Minah meraih lengannya, menuntunnya untuk berdiri. Sosok Minah yang terlihat rapuh dengan mata sembab juga air mata di pelupuk.
Skyline Lab. Saling melirik seolah mengisyaratkan untuk memulai obrolan, Eunha menatap Minah yang tengah menundukkan kepalanya. Minhyuk duduk di samping Minah, ia mengenggam tangannya menguatkan. Hyunbin datang dari ruang penelitiaan lalu duduk seraya meminum segelas air putih.
“Jadi kalian akan terus diam seperti ini?” Tanya Hyunbin yang berusaha mengusir keheningan. Menatap bergiliran orang – orang yang berada di sana. “Kapan kau datang?” Tanya Hyunbin pada Minah, sontak ia mengangkat kepala.
“Dua hari yang lalu Sanha mengantarku ke sini, kami melakukan teleportasi. Sekarang ia berada di apartemen menolak keluar karna merasa asing.” Jawab Minah pelan. Memutuskan mengangkat kepalanya, hingga pandangannya terpaku pada wajah Hyunbin yang terlihat tidak asing. “Apakah paman pernah ke kastil bran?”
Meraih minuman menegaknya perlahan, “Untuk apa aku kesana? Bukankah menyeramkan jika seorang manusia seperti ku pergi ke kawanan vampir.” Kekeh Hyunbin yang segera berlalu dari sana. Tapi Minah sontak berdiri dan mencekal lengan Hyunbin.