Kepingan 28 - Apa?

16 5 13
                                    

Apa yang harus kita lakukan?

MINAH lagi-lagi menitikkan air matanya malam ini, tidak peduli akan rasa haus ataupun perut yang berbunyi minta diisi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


MINAH lagi-lagi menitikkan air matanya malam ini, tidak peduli akan rasa haus ataupun perut yang berbunyi minta diisi. Wanita itu hanya termenung di dalam kamarnya seraya menatap jendela yang selalu berganti suasana, cerah dan gelap. Beberapa kali Minhyuk membujuk Minah untuk menghabiskan waktunya di luar sekedar untuk menghirup udara segar di taman tapi dia bersikeras mengurung dirinya. Mengunci pintu rapat-rapat tidak sedikitpun membiarkan Minhyuk untuk masuk ke dalam kamar.  Hati Minah sungguh bimbang dan itu mempengaruhi suasana hatinya yang buruk.

Padahal pria itu selalu menekankan alasan apapun agar Minah dapat menerima keadaannya. Menyemangati wanita itu agar tetap menjalani aktivitasnya seperti biasa, atau Minhyuk bahkan menawarkan Minah untuk mendaftar unversitas agar dia mendapatkan teman untuk mengobrol. Bujukannya hanya dianggap angin berlalu, penolakan keras yang ia dapatkan dari Minah membuat Minhyuk yang memang sudah kesal dan lelah memilih keluar apartemen, bisa-bisa ia tidak dapat menahan emosinya dan berakhir dengan mendobrak pintu kamar dan memarahi Minah. Ah terdengar buruk dan bukan solusi yang baik.

Suara pintu apartemen yang ditutup membuat Minah memberanikan diri untuk keluar kamar. Ia menyibak selimut dan dengan hati-hati memakai sandal rumah. Perutnya tidak bisa diajak bekerja sama lagi, ia butuh makanan yang sekiranya dapat mengganjal isi perutnya.

“Ah, apa yang harus aku lakukan? Menghindar dari Minhyuk bukanlah jalan keluar yang baik, aku takut menyakiti perasaannya. Sial! Fisik vampir ini membuatku tersiksa, ah… aku tidak tau apa yang harus aku lakukan? Jalan apa yang harus dipilih, huft,” kesal Minah sembari melahap makanan dengan rakus, hanya buah-buahan yang ia lumuri dengan yogurt dan mayoinase.

“Aku tidak bisa menyalahkan Sanha begitu juga penghuni kastil bran lainnya yang jelas-jelas mereka merawatku dengan baik,” gumam Minah yang masih melamun. Acara televisi di layar sana tidak menarik lagi untuk ditonton.

Skyline.
Minhyuk dengan frustrasi mengusak rambutnya beberapa kali, helaan napas terdengar dari mulutnya tak lupa gerutuan kesal yang ia lontarkan entah pada siapa. Ia mendudukkan dirinya di sofa ruang utama dan celingukan ke sana kemari. Matanya tidak melihat siapapun di ruangan, kemana anggota Helssing yang biasanya berkumpul heboh? Huh, padahal niatnya hanya ingin melepas penat di kepalanya dengan lelucon yang selalu mereka bicarakan. Sungjae muncul dari arah ruang penelitiaan, jas putih masih melekat di tubuhnya.

“Yo bro! Sudah lama tidak melihatmu! Lancar tidak pacarannya?” goda Sungjae, matanya memicing jahil. “Bagaimana keadaan Minah? Apa kalian baik-baik saja? Dilihat dari wajahmu em… sepertinya kau seperti memendam sesuatu.”

“Kupikir keputusan Minah untuk kembali ke Seoul dan memulai kehidupan barunya itu adalah pilihan terbaik yang bisa ia lakukan. Tapi semuanya seolah hilang sejak bulan purnama, dia sangat sedih dan memutuskanku,” tutur Minhyuk dengan tampang sedih, ia bangkit dari duduknya dan menuju mesin minuman.

Dream [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang