Kepingan 09 - Alarm

45 7 15
                                    

(Perhatikan tahunnya yah!)

Perubahan seseorang tergantung pada keadaan yang mendorongnya. Entah itu karna orang lain ataupun ia sendiri.

 Entah itu karna orang lain ataupun ia sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kastil Bran, Rumania.
PINTU besi itu terbuka, menampilkan sosok Hyeri disana. Dengan kilatan marah menghampiri Hyungwon, Hyeri menampar pipi pria itu.

"Apa yang kau lakukan? Seenaknya saja membawa manusia ke markas vampir. Gila! Benar-benar gila!" kecam Hyeri, matanya menatap tajam pada tubuh Minah.

"Calm down." ujar Hyungwon, menghalangi tubuh Minah dari penglihatan Hyeri. Tapi Hyeri tidak bodoh, ia mendorong Hyungwon hingga membuatnya tersungkur.

Hyeri menghampiri ranjang, menyibakkan selimut yang di kenakan Minah. Melihat luka yang tercetak jelas di lutut gadis itu. Mengarahkan tangannya kearah lutut, mengambil pisau kecil di saku celana dan mengiris lengannya sendiri. Hingga tetesan darahnya langsung menetes pada luka dilutut Minah. Luka itu langsung sembuh, tidak berbekas.

"Sepertinya kau sangat berbeda dengan adikmu," tukas Hyungwon, merangkul bahu Hyeri. Hyeri menatap ke arah Hyungwon tersenyum kecil.

"Tidak, aku sama dengannya." ujar Hyeri keluar dari ruangan, menutup pintu. Hyungwon terkekeh akan sikap dingin Hyeri yang menurutnya sangat mengemaskan.

Diluar ruangan, Hyeri bersitatap dengan Sanha. Ia hendak pergi mengacuhkannya. Tapi suara menggelegar itu memenuhi ruangan.

"Tumben kakak kemari." sindir Sanha. Ia menatap punggung Hyeri, matanya menyorotkan kesedihan.

"Aku bukan menemui mu," tukas Hyeri. Melengos pergi dari sana menuju satu ruangan yang berada diujung lorong. Sanha tersenyum sinis, menyadari Hyeri yang sangat berbeda dengan dulu. Dingin dan tak berperasaan, kontras sekali dengan sikapnya dulu.

Ia membuka pintu yang tadi Hyeri keluar, terkejut saat menyadari sosok gadis yang terbaring di ranjang dengan Hyungwon yang berada di sisi ranjang menatap gadis itu.

"Wah, benar - benar lancang." tuding Sanha sarkartis.

"Kapan kau datang? Apa tidak bisa mengetuk terlebih dahulu kedalam ruanganku?" sindir Hyungwon, berusaha menutupi wajah Minah dengan selimut.

"Apa yang kau sembunyikan? Pasanganmu? Ataukah seorang..." Sanha menjeda ucapannya. "Manusia?" tanya Sanha tepat sasaran.

"Luar biasa, bahkan aku bisa mencium darah manis nya dari sini." ujar Sanha mulai melangkahkan kakinya kearah ranjang. Menyentuh pundak Hyungwon, memberi tekanan di bahu yang membuat Hyungwon meringis.

"Aku harus mendapatkannya,"tukas Sanha menatap Hyungwon dengan mata tajam "Kau pasti akan memberikannya padaku kan?" tanya Sanha tanpa sadar menatap penuh harap pada Hyungwon.

"Apapun yang putra mahkota inginkan, maka aku akan memberikannya." ujar Hyungwon, mengalihkan pandangannya kearah Minah, menatap tidak rela.

Sanha segera mengangkat tubuh Minah, membawa nya keluar. Hyungwon yang melihat perlakuan Sanha menyiratkan kemarahan.

Dream [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang