Detik berubah menjadi menit, menit berubah menjadi jam. Hana menikmati bagaimana semua perubahan itu. Tepat seminggu Min Yoongi pergi.
Satu cangkir kopi masih mengepul di atas meja. Bukan americano, pagi ini Hana ingin sesuatu yang berbeda dari biasanya. Gadis itu memesan caramel macchiato.
Bell yang dipasang di atas pintu coffee shop kembali berdenting, menandakan satu pelanggan lagi berhasil lolos masuk ke dalam coffee shop. Akhir pekan membuat cafe menjadi lumayan padat.
Jari lentik milik Hana di selipkan di gagang cangkir. Perlahan Hana meneguk caramel macchiatonya. Kemudian kembali duduk tenang disana, sambil sesekali mengecek ponselnya, berharap seseorang mengabarinya.
Kehidupan Hana selama tujuh hari berjalan dengan tenang. Hana menikmati semuanya. Hampir tak ada hambatan, kecuali untuk tugas perusahaan.
Dan tentang Dae Hyeon, sama seperti Min Yoongi, Dae Hyeon hampir tak terlihat. Pria itu juga sibuk menyiapkan penerbitan buku terbarunya dan juga menyiapkan ide untuk kerjasama dengan Min Yoongi. Jika dibandingkan dengan beratnya tanggung jawab Hyeon, tanggung jawab Hana jauh lebih kecil dari itu.
Hana menghirup udara sebanyak-banyaknya kemudian menghembuskannya perlahan. Bukan karena bosan, namun karena Hana kembali merasakan kejanggalan. Perasaan itu kembali lagi. Perasaan yang Hana kurang mengerti dari mana muncul.
Gadis itu mendadak rindu. Merindukan kehangatan pria itu, merindukan Min Yoongi-nya.
♡♡♡♡♡
Aroma parfum familiar memenuhi studio. Membuat gadis yang tengah berkutik dengan laptop di ruangan itu merasa nyaman untuk menetap di dalam studio.
Hana meminjam studio Yoongi lagi. Gadis itu hanya merasa lebih nyaman menyunting naskah di dalam studio Yoongi. Walau kenyataannya gadis itu harus membendung rindu.
Yoongi memang selalu mengkunci kamarnya, namun tidak dengan studionya. Seolah Hana merasa Min Yoongi menyetujui jika gadis itu memakai ruangan pribadi Yoongi. Hana sedikit lega.
Perlu dua belas hari lagi untuk Hana bisa melihat Min Yoongi. Apakah Min Yoongi akan tetap sehangat malam terakhir pria itu meninggalkan Hana? Atau mungkin kembali menjadi pria yang selalu dingin?
BRAKKK!
Suara yang lumayan keras itu berhasil membuat lamuan Hana buyar. Hana terdiam beberapa saat. Hana tau benar suara itu bukan berasal dari dalam rumah.
Perasaan Hana berubah tak enak tepat beberapa detik sebelum bell rumah dibunyikan. Selanjutnya Hana sudah memercepat langkah untuk keluar dari studio Yoongi, menyusuri tangga, dan berakhir di depan pintu kediamannya.
Manik Hana membulat setelah melihat seseorang di layar interkom. Gadis itu tak memiliki alasan lagi untuk tidak membukakan pintu.
"Choi Insu!"
Hana otomatis berteriak ketika pria yang ternyata adiknya itu tiba-tiba terjatuh ke lantai tepat saat Hana membukakan pintu.
"Apa yang terjadi?!" serang Hana khawatir sambil berjongkok untuk mengangkat kepala Insu dan meletakkan di pahanya.
Bau alkhol menusuk indra penciuman Hana. Hana semakin khawatir ketika mendapati wajah Insu yang babak belur. Pandangan Hana dialihkan ke arah garasi. Mobil Insu tak terparkir dengan baik. Adiknya sedang mabuk berat.
"Ahkk! Brengsek kau!"
Insu merancau sambil menepis tangan Hana di wajahnya. Insu benar-benar mabuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Ex-Idol
FanfictionChoi Hana dipertemukan lagi dengan Min Yoongi. Bukan lagi dalam ikatan teman masa kecil, melainkan dalam ikatan sebuah pasangan suami istri. Di luar sana orang bilang cinta pada masa kecil hanyalah sebuah cinta monyet. Hana sempat menaruh perasaan...