Langit malam dihiasi dengan kembang api yang sengaja dihidupkan sebagai tanda pergantian tahun, suara dentuman yang tak lagi mengejutkan juga meriahkan suasana. Hana yang mengambil duduk di atas bangku yang terletak di halaman rumah menikmati pemandangan indah itu.
Hana merapatkan mantelnya, kedua tangannya diselipkan ke saku mantel untuk menjaga tubuhnya tetap hangat. Hana bahkan tak sadar kapan tepatnya hari berganti yang otomatis berarti tahun sudah berlalu dan tergantikan dengan tahun yang baru.
Sedikit keributan terdengar tak jauh dari posisi Hana duduk saat ini. Tak jauh beberapa meter di depan Hana ada Ibunya, Ibu Yoongi, Ayah Hana, dan Insu sedang menyiapkan perayaan kecil untuk tahun baru. Mereka sedang sibuk membuat pesta berbaque kecil-kecilan di halaman rumah. Namun, kemana Min Yoongi?
Tentu saja semua orang tau bagaimana sibuknya seorang idol di malam pergantian tahun. Mereka harus mengisi acara untuk merayakan pergantian tahun yang dipersembahkan untuk para penggemar yang setia menemani. Begitulah idol. Rasa-rasanya seperti keluarga di nomor duakan, syukurnya Hana bahkan keluarganya bisa mengerti posisi Yoongi. Keputusan menjadi seorang idol adalah keputusan yang harus dipikirkan secara matang dan menerima segala konsekuensi yang terjadi setelahnya adalah suatu keharusan.
Ketika Hana akan beranjak untuk mendekat ke arah keluarganya, tiba-tiba ponsel dalam sakunya bergetar dan Hana mengurungkan niatnya untuk beranjak dan kembali duduk di bangku setelah melihat seseorang menelponnya.
"Selamat tahun baru, Hana."
Itu adalah kalimat pertama yang terucap dari seberang sana. Suaranya bisa Hana rasakan, begitu hangat. Membuat Hana semakin rindu.
"Selamat tahun baru, Yoon," balas Hana sambil mengulas senyum.
Hana memainkan salju yang jatuh ke tanah dengan kakinya yang berbalut flatshoes, ponselnya masih ditempelkan di telinga.
"Sampaikan salamku pada ibu dan ayah," ucap Yoongi lagi.
"Kenapa tak langsung menelpon mereka untuk menyampaikan?" tanya Hana.
"Aku percaya padamu. Kau akan menyampaikannya," balas Yoongi di seberang dan itu berhasil membuat Hana terkekeh kecil.
"Kau sedang bersiap?" Hana mengubah topik.
"Belum. Masih di hotel. Kita beda tiga belas jam, Hana," Yoongi mengingatkan.
"Ah, kau benar. Aku lupa," ucap Hana.
Hana sedang di Daegu dan Yoongi di New York. Tidak hanya jarak yang berbeda, namun waktunya juga. Harapnya perasaan mereka tetap sama. Hana hanya harus menunggu.
"Berarti saat ini masih jam 11 siang disana?" Hana mengira.
Yoongi berdeham sebagai jawaban.
"Dan kau baru bangun?" lagi Hana mengira.
Terdengar kekehan dari seberang.
"Kau sangat mengerti diriku," balas Yoongi.
Suara dentuman kembang api yang tak sepadat beberapa menit lalu terabaikan.
Kemudian lenggang. Senyuman Hana perlahan memudar. Ada sesuatu yang Hana pikirkan, namun Hana takut menyinggung Yoongi. Hana ingin bertanya kapan tepatnya Yoongi akan kembali.
"Aku akan segera pulang. Secepatnya."
Hana sedikit terkejut jika Yoongi seperti berhasil menjawab pertanyaan yang bahkan tak sempat Hana ungkapkan. Bagaimana bisa? Apakah pikiran mereka satu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Ex-Idol
Fiksi PenggemarChoi Hana dipertemukan lagi dengan Min Yoongi. Bukan lagi dalam ikatan teman masa kecil, melainkan dalam ikatan sebuah pasangan suami istri. Di luar sana orang bilang cinta pada masa kecil hanyalah sebuah cinta monyet. Hana sempat menaruh perasaan...