Chapter 15 : Pengunduran Diri Masal

127 13 1
                                    

Setelah mendatangani kontrak jual beli, aku segera pergi dari tempat toko perhiasan itu untuk mendatangi bank. Dengan cek bernilai miliar aku berjalan dengan sangat berhati-hati dan waspada dengan sekitar. Maklum saja baru pertama kali ini aku membawa barang berharga seperti ini, akan sangat fatal jika perampok atau preman muncul dan mengambilnya dariku.

Setelah sampai di bank, aku menunjukan cek yang diberikan oleh pria bernama Handoko, alias si bos toko perhiasan itu. Sebenarnya aku agak gugup, takut-takut cek itu palsu atau ada kesalahan pada sistemnya, soalnya aku sendiri baru pertama kali ini menggunakan yang namanya cek beginian. Namun, untunglah setelah beberapa saat aku menunggu pegawai bank itu kembali dan mengatakan bahwa semua uang itu telah pergi ke kartu rekeningku.

"Terimakasih."

Buru-buru aku bergegas ke tempat anjungan tunai mandiri terdekat. Syukurlah saat itu dalam keadaan sepi, aku masuk dan mulai mengecek saldo rekeningku. Mataku langsung berbinar begitu melihat angka yang tertera pada mesin begitu sangat fantastis! Dari yang sebelumnya hanya ratusan ribu kini berubah milyaran! Gila, ini sih aku benar-benar kaya mendadak! Kotak emas itu, mungkinkah aku bisa mendapatkannya lagi dari toko sistem itu? Sambil memikirkan hal tersebut, aku menarik sejumlah uang untuk memenuhi kebutuhan hidupku beberapa hari kedepannya dan untuk membayarkan tagihan air dan listrik apartemenku yang belum terbayarkan.

Dompetku tidak pernah setebal seperti sekarang ini. Meski sudah beberapa lembar pergi untuk membebaskanku dari segala tunggakan tiga bulan ini, akan tetapi itu masihlah tersisa banyak. Setelah meninggalkan tempat gerai pembayaran listrik, aku berjalan di pinggiran pertokoan. Dengan riang aku menikmati suasana kota tanpa peduli statusku yang saat ini adalah seorang pengangguran.

Setelah beberapa saat berjalan, aku pergi untuk membeli satu minuman es soda dan menyeruputnya di halte bus terdekat. Sambil menunggu datangnya bus, aku melamun ketika memikirkan apa yang akan kulakukan kedepannya. Dengan uang sebanyak itu, haruskah aku tetap pergi mencari pekerjaan? Mengingat aku hanyalah seorang lulusan sekolah menengah atas, paling tidak aku hanya akan mendapatkan posisi pesuruh perusahaan seperti sebelum-sebelumnya. Memang, aku memiliki pemikiran lain yaitu membuka usaha makanan, terlebih diriku sendiri memiliki sedikit kemampuan dalam hal memasak.

Oh ya, aku baru mengingatnya! Bukankah aku juga mendapatkan resep makan dari toko sistem itu? Sup yang pernah kubuat saat di kamar hotel itu juga sangatlah nikmat, jika saja aku membuka sebuah kedai pasti banyak orang yang menyukainya. Hanya saja saat ini aku masih belum tau harus memulainya dari mana, aku tidak memiliki pemahaman dalam membuka sebuah bisnis, aku benar-benar buta di bidang itu.

"... Lan? Kamu sedang apa melamun sendirian di tempat ini?"

Seseorang datang mendekat dan melambaikan tangannya tepat di depan wajahku. Refleks aku membuyarkan pikiranku dan melihat siapa orang yang menyapaku itu. Setelah melihat penampakan wanita di hadapanku ini, ternyata dia adalah Sri yang saat ini masih mengenakan pakaian karyawan. Dia tersenyum dan kemudian mengambil posisi duduk di sampingku.

"Bukannya ini masih jam tiga sore? Kok kamu sudah pulang, Sri?"

"Aku keluar, Lan." Dia berkata dengan santai, kemudian tersenyum dan tertawa kecil. "Setelah aku pikir-pikir ada benarnya perkataanmu pagi tadi, jadi aku memutuskan untuk meninggalkan tempat itu. Beberapa karyawan yang merasa tidak puas pun ikut mengundurkan diri, termasuk Pak Gunawan."

Syok memenuhi pikiranku, "Kamu bilang Pak Gunawan dan karyawan lainnya ikut mengundurkan diri? Apa itu gara-gara pengunduran diriku?" Jika benar itu yang terjadi, aku akan merasa sangat bersalah karena membuat mereka semua kehilangan pekerjaan.

Terutama para karyawan yang kerjaannya bersih-bersih sepertiku dulu, kebanyakan dari mereka memikul tanggung jawab mencari nafkah untuk keluarganya. Dan sekarang mereka berhenti, sudah dapat dipastikan mereka akan menghadapi masa-masa tersulit sebelum mendapatkan pekerjaan baru.

"Kamu tidak perlu merasa terbebani, mereka mengundurkan diri karena murni keinginan masing-masing," kata Sri seraya meraih tanganku, tapi tak lama dia buru-buru menyingkirkan tangannya dan menjadi terlihat salah tingkah. Sesaat dia memalingkan muka, setelahnya kembali menatapku dan melanjutkan perkataannya, "Kamu sudah memikirkan selanjutnya akan melakukan apa?"

"Kebetulan sekali! Sri, apa kamu tau alamat tempat tinggal Pak Gunawan? Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan dengannya."

"Pak Gunawan? Em, yah aku tau di mana alamat rumahnya."

"Kalau begitu, besok apa kamu bisa temani aku untuk mengunjungi rumahnya?"

"Baiklah aku akan menemanimu pergi, lagipula sekarang aku seorang pengangguran."

SISTEM KEHENDAK LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang