"Ada apa ini ribut-ribut?"
Kudengar suara itu datang dari arah luar kerumunan. Tak lama sosok itu pun muncul di tengah lingkaran, mengambil bentuk seorang pria tambun dan paruh baya. Ternyata dia adalah Pak Gunawan, sang kepala yang mengatur urusan kepegawaian.
"Alan, kamu saya cariin dari kemarin akhirnya nongol juga ya kamu?" Pak Gunawan berbicara santai seperti biasanya ketika mengobrol denganku. "Loh, ada Nak Roy? Apa ingin bertemu dengan Pak Gustav? Kebetulan sekali Pak Gustav sedang keluar untuk pertemuan rapat dengan-"
"Cukup, kau ini siapa? Kenapa banyak omong sekali?" kata Roy dengan wajah yang kesal, dia kemudian berdecih dengan terang-terangan di hadapan Pak Gunawan, seakan mempermalukannya di hadapan karyawan yang lain.
"Bukankah Nak Roy ini pernah bertemu dengan saya? Masih ingatkah bulan lalu saya ikut dalam perjalanan bisnis dengan Pak Gustav ke pulau-"
"Ya, ya, sepertinya itu kau."
Lagi-lagi Roy memotong perkataan Pak Gunawan, membuat pria satu itu tersenyum dengan pahit. Kurasa pasti dia sangat kesal dengan tingkah angkuh si anak manja ini, hanya saja dia tidak bisa memperlihatkannya karena statusnya sebagai anak sang bos.
"Kalau begitu saya pamit untuk kembali bekerja, ayo Alan ikut saya ke ruangan. Kamu masih harus menjelaskan kenapa beberapa hari ini kamu tidak masuk," kata Pak Gunawan seraya memberi salam perpisahan kepada anak bosnya itu.
"Hei, hei, Siapa yang mengizinkanmu untuk membawanya? Apa kamu ga lihat aku masih ada di sini? Aku masih memiliki urusan dengan anak itu!" kata Roy dengan nada meninggi, dia terlihat kesal, kulihat urat-urat dan keriput pun muncul pada keningnya. "Kamu sudah lelah bekerja di tempat ini? Apa perlu aku memberitahu ayahku untuk memberimu hari libur?"
"Ini...." Pak Gunawan pun berbalik seraya membisikan sesuatu kepada Alan. "Sebenarnya apa yang terjadi di sini, Alan? Apa kamu secara tidak sengaja telah menyinggung anak ini? Jika iya, segeralah meminta maaf."
"Maaf Pak Gunawan, kedatanganku ke tempat ini bukan untuk merendahkan diriku, apalagi melakukan hal memalukan seperti menjilat sepatu anak manja ini." Kusunggingkan senyuman terbaik ketika maju mendekati Roy, kutatap dengan tajam matanya, sebagai tanda keseriusan atas perkataanku barusan. Setelah puas memberi tekanan kepada anak itu dan membuatnya gemetar, aku membalik badan dan berjalan mendekat ke arah Pak Gunawan. Selanjutnya aku melanjutkan perkataanku.
"Kedatanganku kembali ke perusahaan ini hanya untuk mengucapkan salam perpisahan kepada staf lainnya dan mengemasi barang-barang yang sempat tertinggal di loker."
"Sombong sekali anak ini! Sekarang kau dipecat!" Roy dengan suara gugup membentakku dengan kata-kata yang membuatku muak.
"Namamu Roy kan? Apa kamu budek? Bukankah aku sudah mengatakan akan pergi dari tempat ini? Tanpa kamu suruh pun aku juga tidak ingin tinggal berlama-lama di tempat ini, terlebih setelah mengetahui ada anak mama dan papi sepertimu yang sok berkuasa atas nama orangtuanya." Setelah mengatakan itu aku tertawa kecil, lalu berjalan pergi hendak meninggalkan kerumunan itu, akan tetapi sebelum pergi aku meninggalkan pesan kepada Sri. Dan yah, anggap saja ini sebagai hadiah karena selama ini dia telah banyak membantuku saat masih bekerja.
"Sri, apa kamu masih ingin bertahan di tempat ini atau tidak, itu pilihanmu. Sebagai teman aku hanya ingin mengingatkan bahwa masih ada tempat lain yang bisa memberikan pekerjaan untukmu, dan tentunya memiliki tuan yang lebih manusiawi dibandingkan tempat ini. Dah, jaga dirimu baik-baik, sampai bertemu di lain waktu." Setelahnya aku melambaikan tangan seraya membelah kerumunan, berjalan pergi menuju ruangan staf untuk mengemasi barang-barangku. Masa bodoh dengan apa yang orang-orang pikirkan, terserahlah mereka mau berpikir aku bagaimana, peduli amat.
![](https://img.wattpad.com/cover/221891026-288-k639838.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SISTEM KEHENDAK LANGIT
Fantasía(Kontrak Noveltoon) Part 1-90 : Bisa dibaca di aplikasi Noveltoon. Tiba-tiba saja aku menjadi kaya! Lihatlah, bagaimana caraku untuk membalas semua perbuatan kalian! Dengan semua uang dan kekuasaan yang kini kumiliki, tidak ada satupun orang yang be...