Chapter 19 : Hadiah Dan Bencana

120 14 0
                                    

Sri terus memandangiku dengan tatapan skeptis selepas meninggalkan rumah Pak Gunawan. "Lan, kamu ga dapat uang itu dari cara kotor kan? Maksudku, kamu ga ngelakuin tindakan kriminal atau sejenisnya kan?"

Sesaat kami berdua pun berhenti, aku menarik kedua pundak Sri, menatapnya dengan serius. "Percayalah, Sri. Ga mungkin aku ngelakuin hal buruk, apalagi sampai merugikan orang lain seperti yang ada dipikiranmu itu. Lagian nih ya, memangnya wajah gantengku ini ada tampang kriminalnya?"

"Coba liat nih."

Sri spontan tertawa kecil seraya menutup mulutnya dengan tangan. Mungkinkah ada yang lucu dari perkataanku sebelumnya?

"Iya, iya, aku percaya."

Setelahnya kami pun kembali melanjutkan perjalanan, hendak menuju halte bus terdekat yang berada di dekat Perusahaan Killin milik ayahnya Roy. Selama di perjalanan aku dan Sri pun mengobrol tentang banyak hal. Tidak pernah terpikirkan wanita yang dulu sempat ingin kujauhi ini ternyata sangat lucu dan juga manis orangnya. Dia sempat bercerita di tengah perbincangan kami, tentang cita-citanya membuka sebuah salon kecantikan di ibu kota.

Satu dari sekian banyak hal yang membuat itu lucu ketika dia menyebutkan bagian cerita saat dia pertama kali mengikuti tes di sebuah salon ternama di desanya. Pada saat itu katanya dia baru saja lulus dari sekolah kejuruan khusus merias. Aku sendiri tidak tau sekolah kejuruan macam apa itu, yang jelas Sri mengatakan di sana dia belajar banyak hak tentang merias. Kembali lagi pada saat dia mengikuti praktik tes untuk mengisi lowongan pekerja salon itu, pada awalnya semua baik-baik saja. Namun begitu menjelang di pertengahan Sri membuat kesalahan fatal yaitu tidur saat memangkas rambut pelanggannya. Sangat lucu, dia bahkan bisa tertidur dalam keadaan berdiri. Menurut apa yang dikatakannya, semua terjadi karena semalaman dia tidak bisa tidur karena mempersiapkan praktik pertamanya itu, alhasil dia pun tanpa sengaja membuat rambu sang pelanggar hancur.

"Semenjak hari itu setiap kali aku mendaftar, baik itu salon kecil maupun besar akan langsung menendangku keluar begitu melihat riwayat lembaran buruk yang kudapat dari salon pertama. Mereka bahkan tidak ingin mendengarkan penjelasanku terlebih dahulu." Sri berkata dengan wajah riang, seolah semua itu sudah lapang dan dia mengikhlaskan mimpinya itu pergi. "Begitu ceritanya, konyol kan? Udah Lan, kalau kamu mau ketawa ga usah ditahan!"

Sri menyikutku.

"Kupikir selama ini hanya beban hidupku yang terasa sangat berat. Dilahirkan di keluarga yang serba kekurangan, hubungan kedua orangtuaku pun tidak harmonis seperti yang lain, pendidikanku terputus, dan terakhir dikhianati oleh kekasih yang sangat aku percayai. Namun setelah mendengarkan ceritamu barusan, entah mengapa aku menjadi merasa sangat lega. Mengetahui bahwa kamu juga merasakan kesulitan yang sama sepertiku, aku merasa tidak sendirian. Bukankah aku ini sangat jahat, Sri?"

"Ya, kamu jahat." Sri pun tersenyum dan tertawa kecil.

"Baiklah, sebagai permohonan maaf sekaligus rasa terima kasihku karena kamu sudah membantu menghilangkan beban dari pundakku ini, aku akan memberikan hadiah untukmu." Begitu aku melihat sebuah toko pakaian wanita yang cukup besar di sebrang jalan, aku pun menarik tangan Sri dan membawanya ke dalam toko pakaian tersebut.

Sesampainya di dalam, kami berdua pun sesaat terdiam dan memandangi seluruh penjuru sudut toko itu. Hanya setelahnya aku mendapati bahwa toko ini sepertinya toko kelas atas yang menyajikan pakaian terbaik dan juga mahal. Tak lama setelah kami datang, seorang wanita muda yang mengenakan pakaian khusus karyawan itu datang menghampiri kami berdua. Sangat yakin, wanita itu menatap kami berdua dengan tatapan remeh. Dalam hati aku pun merasa kesal dan muak dengan sikap karyawan seperti mereka ini. Tatapan merendahkan pelanggan seperti itu bukan pertama kali ini aku melihatnya.

"Kalian berdua mau beli apa? Di sini semua pakaian sangat berkualitas dan bermerk. Harga untuk satu pakaiannya pun sangat mahal, kalian berdua lebih lihat-lihat saja dulu sebelum memutuskan untuk membelinya," kata karyawan itu dengan wajah datar. Dia ini bahkan tidak repot untuk tersenyum dan mencoba menyenangkan hati kami berdua.

"Sri, lebih baik kita cari toko lain saja." Sambil menatap balik karyawan wanita itu dengan sengit, aku pun hendak pergi meninggalkan lantai dasar toko tersebut. Hanya saja tak lama setelah aku berbalik, aku tiba-tiba mendengar suara benda jatuh, kemudian karyawan itu berteriak dan memaki kami berdua.

"Kalian berdua berhenti!"

Segera aku membalik badan kembali untuk melihat apa yang terjadi. Kutatap Sri yang terlihat begitu gugup seraya menggelengkan kepalanya, mengisyaratkan kalau bukan dia yang menyebabkan menekin itu terjatuh. Sangat jelas karyawan ini berniat buruk pada kami, sengaja menjebak kami agar mengganti rugi kerusakannya.

"Dia menjatuhkan menekin ini! Kamu harus mengganti ruginya!" kata karyawan itu seraya menunjukan senyuman miring pada kami berdua.

Dengan tenang aku pun mengeluarkan kartu dari dompetku dan menjulurkan itu kepada karyawan wanita ini. Namun dengan segera kartu itu ditepis oleh karyawan ini dan jatuh membentur lantai. Dengan emosi yang memuncak aku pun mencoba menahannya dengan menggertakan gigi.

"Panggil atasanmu, sebelum kamu menyesalinya."

"Kamu sepertinya terlalu percaya diri hanya dengan kartu rongsokmu ini, apa kamu tau harga sebenarnya dari pakaian yang telah kalian jatuhkan? Lihatlah harga yang tertera pada pakaian itu. Pemilik kami sengaja memasang gaun itu di lantai dasar untuk memperlihatkan kepada para pengunjung kualitas tinggi toko kami ini. Barang itu merupakan barang termahal yang dimiliki toko kami! Harganya sepuluh juta, kamu tidak akan sanggup untuk menggantinya!"

"Dia berbohong!" kata Sri dengan wajah panik ketika membantah tuduhan karyawan wanita itu. Terlihat keringat membasahi keningnya dan tangannya terasa bergetar ketika meraih ujung kemejaku. "Dia jelas melihatnya, bukan aku yang menjatuhkan menekin ini. Sungguh bukan aku yang menjatuhkannya, Lan."

SISTEM KEHENDAK LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang