Chapter 46 : Ucapan Selamat Ulang Tahun

47 7 0
                                    

"Bukankah tidak sopan bertanya tentang nama keluarga ketika baru pertama berkenalan?"

"Ah ya, kamu benar. Maaf, aku memang salah karena bertanya tanpa memperkenalkan diri terlebih dahulu, namaku Sifferdi Oley," kata pria itu seraya mengulurkan tangan.

"Alan Saka." Sengaja aku tidak menerima tangan dari pria itu karena ku ingin lihat bagaimana reaksinya.

Dia pun menarik kembali tangannya dengan wajah menahan kesal, tapi itu hanya terjadi sesaat sebelum dia kembali menjaga ketenangannya.

"Keluarga Saka ya? Mm, aku tidak pernah mengingat ada keluarga seperti itu di kota ini, mungkinkah Tuan berasal dari ibu kota ataupun kota lain?"

"Lagi-lagi kamu mengungkit tentang nama keluarga, mengapa? Sebenarnya apa yang kamu inginkan dariku? Langsung katakan saja, tidak perlu basa-basi," kataku.

"Kau benar-benar orang udik! Bersikaplah sopan di hadapan Tuan Sifferdi!"

"Weiwei, kamu yang seharusnya diam. Meskipun Tuan Alan ini memiliki tempramen yang buruk, kamu masih harus menghormatinya. Kau tau bukan, tamu-tamu yang hadir di ruangan ini bukanlah orang sembarangan, mereka adalah tamu yang diundang langsung oleh keluarga Sagala. Dengan adanya Tuan Alan di sini, itu jelas membuktikan bahwa dia memiliki kualifikasi untuk bertindak demikian. Kamu sendiri hanyalah orang yang kubawa, sebaiknya jaga sikapmu dan jangan berlebihan."

"Jika tidak ada yang ingin dikatakan, tolong kembalilah. Moodku sedang tidak bagus untuk menghadapi omong kosong dari kalian," kataku seraya hendak berbalik dan membelakangi pandangan mereka.

"Tunggu, sebentar. Maaf atas kekasaran orangku ini. Harap Tuan tidak memasukannya ke dalam hati. Weiwei memang memiliki mulut yang tajam dan mudah menyinggung perasaan orang lain, tapi sebenarnya dia orang yang baik kok. Masalahnya ada hanya karena dia terlalu jujur ketika berbicara."

Pria bernama Sifferdi ini rupanya masih bisa menyembunyikan sifat aslinya dari balik topeng wajah. Di sini aku jadi penasaran, kira-kira sudah berapa lama ya dia berlatih? Sungguh aku tidak menyangka dia bisa sampai sehandal ini.

"Baiklah, cepat katakan."

"Sebelumnya aku telah meminta bantuan Weiwei untuk menyampaikan pesan kepadamu. Aku dengar Tuan Alan tidak bersedia bertukar keuntungan denganku, apa benar begitu?"

"Benar, apa sekarang kamu datang untuk membuat masalah denganku?"

"Tuan terlalu berlebihan, aku tidak mungkin melakukan hal tercela seperti itu. Di sini aku ingin membuat penawaran yang lebih menguntungkan agar Tuan bersedia memberi tempat ini untukku."

"Kamu ingin membelinya dengan uang? Berapapun itu aku tidak akan melepasnya untukmu," kataku.

Lihat bagaimana caraku bermain. Ini akan menjadi kerugian telak baginya karena sudah berani bermain api denganku.

"Bagaimana jika aku menawarnya dengan satu juta?" katanya seraya menjulurkan satu tumpuk uang berwarna merah.

"Kau meremehkan aku?"

"Sepuluh juta?"

"Tidak."

"Lima belas?"

"Tidak untuk dijual." Aku melipat tanganku dengan ekspresi kesal. Namun, apa yang orang lain tidak ketahui sebenarnya dalam hati aku menertawakannya.

"Baiklah, aku tidak bisa menawar lebih banyak lagi. Tuan Alan, aku akan memberimu dua puluh juta, jika Tuan masih menolaknya aku tidak bisa berbuat ap—"

"Setuju!"

Segera aku langsung merebut koper yang baru saja dia sodorkan, kemudian melangkah pergi menuju antrian belakang. Tak lupa aku mengucapkan banyak terimakasih kepada dermawanku itu. Puas rasanya ketika melihat wajahnya yang jelek akibat menahan amarah yang meluap dari dalam dirinya.

"Dia mencoba terlihat pintar di depan banyak orang, tapi pada akhirnya malah membuat malu diri sendiri. Dasar bodoh, hanya untuk mengambil antrian, apa perlu mengeluarkan uang sebanyak puluhan juta? Meski uang itu sudah seperti uang sakunya, tapi tetap saja itu bukanlah jumlah yang sedikit." Aku tersenyum geli sembari mengambil posisi baruku di barisan paling belakang.

Hampir satu jam dan giliranku pun tiba. Berjalan mendekat ke arah nona muda keluarga ini membuatku mendapat sorotan tajam dari para tamu. Sempat aku mendengar sindiran dan hinaan tentangku seakan-akan aku ini badut yang datang karena disewa oleh keluarga Sagala ini.

"Berhenti! Mengapa kamu mengantri jika tidak ada yang ingin kamu berikan?" Seorang wanita memblokir jalanku dan menatapku dengan cara tidak suka.

"Aku lupa membeli hadiah kepada Nona Yura, oleh karena itu aku hanya bisa memberikan selamat dan juga doa secara langsung kepadanya."

"Katakan saja padaku, aku akan menyampaikannya."

"Marry, jangan berlebihan. Biarkan dia datang dan mengatakannya langsung."

"Baiklah." Pada akhirnya wanita bernama Marry ini menyingkir dan memberikan aku jalan untuk mendekat.

"Selamat ulang tahun, Nona Yura. Semoga panjang umur dan sehat selalu. Tuhan akan senantiasa memberkati hidupmu dengan kebaikan, dikelilingi orang baik, dan kesuksesan menghampirimu," kataku dengan nada sedikit gugup.

"Kamu cukup unik, di saat yang lain berlomba-lomba memberiku hadiah ulang tahun yang terbaik, tapi kamu datang hanya dengan ucapan selamat." Nona ini berkata seraya tersenyum geli dan menutup mulutnya dengan salah satu tangannya.

"Haruskah sekarang aku pergi dan membeli sesuatu dan kembali nanti?"

"Tidak, apa yang kamu berikan sudah lebih dari cukup. Terimakasih karena sudah memberiku banyak berkah doa, aku lebih menyukai itu dibandingkan tumpukan hadiah pemberian dari tamu lainnya."

Di saat aku sedang asik berbicara dengan Yura, seseorang datang dari luar barisan dan berjalan mendekat ke arahku. Kemudian setibanya dia langsung menyodorkan buket bunga dan sebuah kotak hitam.

"Yura, pacarmu ini datang untuk memberikanmu hadiah. Bukalah kotak hitam ini, di dalamnya ada kalung berlian yang cocok buatmu. Kamu pasti akan sangat menyukainya, karena kalung ini limited edition, aku membelinya sewaktu berlibur di luar negeri bersama pamanku."

"Alfred, mengapa kau asal datang dan tidak mengantri? Dan berhenti mengatakan omong kosong seolah-olah kamu dan aku memiliki hubungan yang dekat!"

"Apa yang salah dengan perkataanku? Lagipula kamu adalah tunanganku, meski kamu tidak suka, pada akhirnya kamu akan menjadi kekasihku ketika sudah menikah denganku nantinya."

"Sampai kapanpun aku tidak akan setuju untuk menikah denganmu. Lebih baik aku mati jika harus hidup dengan pria brengsek sepertimu!" kata Yura dengan raut wajah yang sangat kesal.

"Kamu masih berani muncul di hadapan Yura? Apa kamu ga punya malu? Kamu sudah jelas-jelas tertangkap basah meniduri banyak wanita lain, tapi masih berharap mendapatkan Yura?"

Di tengah keributan ini aku hanya bisa terdiam selagi menonton.

"Marry, orang luar sepertimu tidak berhak untuk ikut campur! Lebih baik kamu diam sebelum kamu menyesal," kata Alfred.

"Kamu yang seharusnya diam! Pergilah, aku sudah selesai denganmu." Yura menghela napas setelah berhenti berbicara.

"Mengapa kamu mempermasalahkan hal yang tidak perlu? Apa salahnya seorang pria memiliki banyak wanita? Ayolah, sangat normal bagi pria di jaman sekarang ini memiliki banyak kekasih."

"Kau ...."

Kulihat Yura semakin marah dan sepertinya hendak melakukan sesuatu kepada pria bernama Alfred itu. Namun, berhubung aku ikut kesal karena mendengar perkataannya yang sudah melewati batas, aku pun mengambil langkah maju dan menonjok wajah pria itu.

"Dasar pria gila!"

SISTEM KEHENDAK LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang