Chapter 6 : Layanan Kartu Premium

222 20 0
                                    

Berada di dalam sebuah ruangan, aku dan sang ibu duduk berhadapan dengan pria yang sepertinya kepala rumah sakit ini. Setelah berbincang mengenai panjang lebar akhirnya permasalahan ini berakhir. Kedua staf resepsionis itu mendapatkan pemecatan di tempat karena telah melakukan tindakan yang membuat rumah sakit mengalami kerugian.

Kemudian pria itu meluruskan mengenai kesalahpahaman ini, kedua staf resepsionis itu memang bersalah karena telah berbohong kepada sang ibu. Tentu, rumah sakit ini sama seperti rumah sakit lainnya yang menerima bantuan uluran kartu kesehatan yang dikeluarkan oleh pemerintah.

Sang ibu pun menangis bahagia setelah mengetahui anaknya dapat melakukan operasi, lalu dia pun tiba-tiba berdiri membungkuk ke arahku. Ibu itu beberapa kali mengucapkan terimakasih karena telah membantunya, padahal kita tidak saling mengenal. Segera aku berdiri dan membawanya untuk duduk kembali, aku hanya merasa tidak baik membuat seorang yang lebih tua membungkuk kepadaku, lagipula aku tidak membantu banyak sampai perlu mendapatkan banyak rasa terimakasih.

"Sebagai ungkapan permintaan maaf dari pihak rumah sakit atas kejadian tak menyenangkan ini, kami memberikan dua kartu kepada bapak dan ibu," kata pria itu, kemudian dia menyuruh orang yang berdiri di belakangnya untuk memberikan kartu tersebut kepada aku dan si ibu ini. Tak lama setelah pria botak dan tinggi berjalan dan memberiku kartu yang dimaksud, pria itu pun tersenyum dan melanjutkan. "Ini kartu premium pasien yang disediakan rumah sakit ini, akan berlaku selama sebulan. Bapak dan ibu ini bisa menggunakannya untuk segala fasilitas di rumah sakit ini secara gratis selama masa aktif kartu tersebut."

"Terimakasih, Terimakasih...." Sang ibu membungkuk sambil gemetar memegang kartu tersebut, seakan kartu tersebut adalah nyawanya dan takut seseorang tiba-tiba mengambilnya.

Yah, aku sebenarnya sedikit kesal karena mendengar pria itu selalu saja memanggilku dengan sebutan bapak. Memangnya dia ini tidak bisa lihat kalau aku ini masih sangat muda? Ayolah, aku masih berumur dua puluh tahun! Namun, setelah menyaksikan sang ibu yang berada di sampingku sangat bahagia, aku memutuskan untuk melepaskan pria itu dan membiarkannya memanggilku dengan sebutan apa saja.

Permasalahan itu pun berakhir dan sang ibu mengajakku untuk pergi melihat anaknya yang tengah dirawat di kamarnya. Namun, aku dengan lembut menolak, karena ada sesuatu yang harus aku lakukan. Bagaimanapun aku masih harus mencari tahu sebenarnya apa yang terjadi pada tubuh ini dan aku harus bertemu dengan dokter yang sebelumnya merawatku.

Berkat bantuan kartu yang diberikan kepala rumah sakit itu, akhirnya aku mendapatkan bantuan layanan yang lebih baik, salah satunya kamar yang lebih luas bak kamar hotel berbintang lima. Memang layak jika rumah sakit ini dikatakan masuk ke dalam jajaran top lima rumah sakit terbesar di provinsi jawa tengah.

Sungguh sangat nyaman tidur di kasur yang sangat lembut ini. Mungkinkah hal semacam ini selalu dinikmati orang-orang yang memiliki kekayaan melimpah? Kamar ini sangat menakjubkan, seperti dunia fantasi kecil yang mana segala sesuatunya ada di dalamnya.

Setelah kupikir-pikir lagi jika kamar semegah ini hanya untuk pasien yang memiliki kartu premium, seberapa mahalnya untuk mendapatkan aktifasi dari kartu ini? Sejenak aku berbaring di kasur dan mengangkat kartu berwarna hitam dengan bertulisan Yuji Hospital yang mana nama rumah sakit itu.

"Akan sangat bagus jika aku memiliki banyak uang dan menikmati semua kesenangan ini. Namun, sepertinya itu tidak akan terjadi dengan mengandalkan pekerjaanku yang sekarang. Lagipula, tidak ada yang bisa dilakukan orang sepertiku yang hanya lulusan sekolah menengah atas saja."

Sejenak aku menutup mata dan mencoba merilekskan pikiranku. Namun, ketika ingatanku kembali pada masa sebelum semua kejadian-kejadian ini menimpaku, aku segera membelalakkan mata karena baru tersadar akan sesuatu hal yang penting dan bangkit dari kasur. Kemudian aku mengedarkan pandanganku ke sekeliling ruangan untuk mencari keberadaan sebuah telpon di kamar ini. Setelah menemukannya aku langsung menekan tombol dan mencoba menghubungi nomor adikku.

"Halo, Naomi tanggal berapa sekarang?" Dengan gugup aku segera bertanya kencang kepada adikku begitu telpon itu tersambung.

"Duh, jangan keras-keras ngomongnya, telingaku ga tuli! Lagian Kak Alan ini dari mana saja? Mengapa tidak pernah mengangkat teleponku?"

"Iya itu karena ponselku hilang, ceritanya panjang pokoknya. Sekarang jawab saja pertanyaanku, sekarang ini hari apa dan tanggal berapa?"

"Tanggal empat belas agustus, memangnya kenapa, Kak?"

Mendengar jawaban Naomi barusan seketika membuatku seperti kehilangan semangat hidup. Tanpa memperdulikan sambungan telpon yang masih terhubung dengan Naomi, aku berjalan kembali ke kasur kesayanganku dan menghempaskan tubuhku ke arah belakang begitu saja. Tamatlah sudah riwayatku. Perusahaan pun pasti sudah memecat karyawan gila sepertiku ini.

Hari pertama kali aku mendapatkan hari libur saja tanggal empat juli, sementara hari libur yang diberikan hanya dua minggu dan aku telah mengambil waktu lebih lama daripada yang telah diberikan perusahaan. Sudah pasti mereka akan mengambil tindakan untuk memberhentikan karyawan tidak tau malu sepertiku. Lagipula mudah bagi perusahan menemukan pekerja baru yang rela menjadi seorang office boy.

SISTEM KEHENDAK LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang