"Suster, sampaikan kepada bagian informasi untuk menghubungi keluarga korban atas nama Alan Ghani."
"Baik, Dok."
Sementara itu, aku terbangun di dalam ruangan ini yang terlihat seperti kamar rumah sakit. Begitu mendengar suara samar dari arah luar pintu, aku merasa sesuatu ada yang salah di sini. Bukankah sebelumnya aku tertabrak truk besar itu? Segera aku meraba seluruh tubuhku dan menoleh ke arah ranjang. Syukurlah, ternyata aku masih hidup. Akan sangat lucu jika aku menjadi arwah gentayangan seperti di film-film.
Ini memang sangat aneh, mengapa aku bisa baik-baik saja setelah tertabrak truk itu? Lagi, aku tidak merasakan sakit sama sekali ketika menggerakkan seluruh tubuhku. Hanya untuk memastikan, aku pun bangkit dari ranjang itu dan mulai meregangkan sendi-sendi yang ada, sampai terdengar beberapa kali bunyi krek, yang berarti itu baik-baik saja.
Oh ya, pembicaraan yang kudengar sebelumnya. Mengapa juga dokter itu mengatakan bahwa aku telah meninggal? Jelas-jelas tubuhku baik-baik saja, ini sebenarnya apa yang terjadi sih? Aku mengerutkan kening seraya mengacak-acak rambutku.
Kubuka pintu kamar itu dan menoleh ke kanan dan ke kiri. Terlihat lorong rumah sakit seperti yang ada di gambaran pikiranku, beberapa pasien menggunakan baju rumah sakit berwarna biru seperti yang kupakai ini tengah terduduk. Dan aku juga menangkap salah seorang pasien wanita berwajah pucat tengah duduk di kursi roda, kemudian pria paruh baya itu mendorongnya dari belakang.
"Ke mana perginya dokter dan suster yang berbicara di luar tadi?"
Aku pun berjalan menelusuri lorong, kemudian menemukan lift dan aku beranjak untuk turun ke lantai dasar rumah sakit ini. Dokter atau suster itu, mereka harus memberitahuku apa yang sebenarnya terjadi pada tubuhku ini.
Sesampainya di bawah, aku segera menoleh ke kanan dan ke kiri, sampai akhirnya aku mendapati lokasi dua orang wanita yang bertugas di balik meja informasi rumah sakit itu. Yah, sudah kuputuskan untuk bertanya kepada mereka, aku pun berjalan dengan pandangan lurus ke arah dua wanita itu. Namun, di tengah perjalanan aku melihat dari kejauhan seorang wanita paruh baya datang menghampiri keduanya dan menangis seperti sedang memohon bantuan. Begitu mengejutkan bahwa kedua wanita itu bukannya membantu tapi malahan bersikap dingin dan mengusir ibu tersebut.
[Pemberitahuan Sistem]
Misi Tersembunyi : Membantu seorang wanita paruh baya membayar tagihan rumah sakit untuk operasi sang anak.
Hadiah : lima poin pengalaman dan sepuluh poin kontribusi.
Keterangan : Misi Tersembunyi ini akan berakhir dalam tiga puluh menit, pemilik harap menyelesaikannya sebelum waktu yang ditentukan atau mendapatkan hukuman. Kegagalan akan memicu pemilik mengalami keracunan dan bisa mengakibatkan kematian.
Sebuah layar tatap muka tiba-tiba muncul ketika aku telah mengambil berjarak cukup dekat dengan kedua wanita itu dan sang ibu. Kulihat dengan mata terbelalak, pada dasarnya layar itu tak bisa aku sentuh walau sekeras apa aku mencobanya. Sebuah tulisan pun terpampang pada layar itu, mungkinkah ini semacam tanda-tanda bahwa alam kejiwaanku sudah mulai terganggu? Omong kosong apa ini?
Setelah aku berhenti melangkah dan melihat sejenak tulisan itu, sebuah pemahaman baru muncul dalam pikiranku. Bukankah layar ini secara tidak langsung memaksaku untuk membantu ibu itu? Dan lagi mengapa di sini tertulis bahwa jika aku tidak membantunya aku akan keracunan? Menunggu beberapa saat layar itu tiba-tiba menghilang, aku pum mengerjapkan mataku beberapa kali untuk melihat apakah aku melihat layar itu muncul lagi, akan tetapi itu benar-benar menghilang seperti aku sedang berhalusinasi.
"Permisi, kalau boleh tau sebenarnya apa yang terjadi?" kataku ketika sampai di samping si ibu yang sedang memohon bantuan kepada kedua karyawan wanita rumah sakit itu.
Si ibu hanya bisa merintih dan tersedu-sedu, sementara staf resepsionis itu dengan malas melirikku dan berkata dingin setelahnya.
"Ibu ini terus memaksa agar anaknya segera dioperasi, akan tapi dia tidak memiliki biaya administrasinya, menyebalkan sekali," kata salah seorang staf itu yang berwajah tebal karena bedak dan juga makeup.
"Ini akan segera diselesaikan, aku sudah menghubungi satpam yang berada di luar untuk datang mengusir ibu ini pergi," kata staf lainnya yang tersenyum kepada kawannya di samping.
"Memangnya ibu tidak memiliki kartu kesehatan gratis dari pemerintah?"
Sang ibu pun menjawab meski dengan sedikit terisak, "Rumah sakit ini mengatakan bahwa kartu kesehatan dari pemerintah tidak berlaku lagi di tempat ini, Nak."
"Omong kosong!" Segera aku menoleh ke arah kedua staf resepsionis itu dan mengirimkan tatapan sinis. "Bukankah pemerintah yang memberikan kartu kesehatan ini kepada rakyat yang membutuhkan bantuan? Pemerintah pun telah mengirimkan dana kepada seluruh rumah sakit sebagai bantuan administrasi pasien yang menggunakan kartu tersebut. Seluruh rumah sakit seharusnya menerima kebijakan kartu kesehatan ini. Lantas, mengapa rumah sakit ini menolak kartu kesehatan yang dikeluarkan pemerintah? Apa rumah sakit ini mencoba untuk korupsi dana dari pemerintah? Di sini aku ingin bertemu dengan pimpinan rumah sakit ini, aku ingin melihat bisakah dia memberikan alasan yang tepat padaku."
Kedua staf itu pun gemetar dan saling melirik satu sama lain.
"Pak, jaga nada bicaramu! Ingin bertemu dengan pimpinan rumah sakit ini? Memangnya kamu pasien kelas VVIP sampai memenuhi syarat untuk bertemu dengan beliau? Aku sarankan untuk kamu tidak mencampuri urusan rumah sakit, jika tidak ingin mendapatkan masalah," kata staf wanita itu dengan wajah gelisah, kulihat juga keringat mulai terkumpul di sekitar keningnya.
"Oh, sekarang kamu menuntutku untuk bersikap lebih sopan? Lalu apa yang kamu lakukan kepada ibu ini sebelumnya bisa dikatakan pantas? Ketahuilah posisimu ini hanya sebagai resepsionis, apa itu perlu bersikap kasar kepada seseorang yang lebih tua darimu?"
"Kau...."
Staf itu mencoba menggertaku lagi, hanya itu dia urungkan begitu seorang pria yang menggunakan stelan doktor berwarna putih menghampiri ke tempat kami. Berada di belakang pria itu, sekitar empat orang datang menggunakan pakaian yang serupa, sepertinya sih mereka para dokter di rumah sakit ini.
"Mengapa ada keributan di tempat ini, bisa kalian jelaskan padaku apa yang sebenarnya terjadi?" Pria itu segera mengirimkan tatapan tajam ke arah dua karyawan itu.
"Pak, ini hanya terjadi sedikit kesalahpahaman, kami akan menyelesaikannya."
"Sedikit kesalahpahaman katamu?" Sungguh, rasanya ingin aku meratakan wajah menjijikan kedua staf resepsionis itu. "Katakan dengan benar, jika tidak bisa maka aku yang akan berbicara."
"Pak, mari kita bicarakan ini baik-baik, bisakah Bapak dan Ibu ini ikut kami ke dalam? Tidak baik berbicara di tempat umum seperti ini," kata pria itu dengan tersenyum ramah kepadaku.
Sejenak aku mengedarkan pandanganku ke sekeliling, memang banyak orang yang mulai memperhatikan keributan ini. Pada akhirnya aku pun menghela napas berat dan mengangguk setuju.
"Kalian berdua, ikut kami juga masuk ke dalam." Pria itu seperti sebelumnya berubah masam ketika berbicara kepada kedua staf resepsionis itu. Kulihat, sepertinya dia tidaklah buruk, yah sepertinya ini memang ada kesalahpahaman yang muncul karena dua staf sialan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
SISTEM KEHENDAK LANGIT
Fantasía(Kontrak Noveltoon) Part 1-90 : Bisa dibaca di aplikasi Noveltoon. Tiba-tiba saja aku menjadi kaya! Lihatlah, bagaimana caraku untuk membalas semua perbuatan kalian! Dengan semua uang dan kekuasaan yang kini kumiliki, tidak ada satupun orang yang be...