Chapter 17 : Karyawan Dan Atasan Sama Saja

118 13 0
                                    

Keesokan paginya begitu aku membuka mata, segera aku melesat ke depan untuk melihat pertumbuhan tanaman kesayanganku. Semalam sehabis aku pergi keluyuran menyelesaikan misi sistem itu, ketika aku sampai di dalam apartemen aku terkejut dengan pertumbuhan tamanan yang berasal dari biji emas. Semalam sudah mulai tumbuh banyak dedaunan dan bunga berwarna kuning pada tangkainya, dan benar aja pagi ini aku telah melihat bakal buahnya. Itu berbentuk seperti bola mungil berwarna hijau muda, tampak tidak asing bagiku. Bukankah ini buah tomat? Jadi bibit emas itu sebenarnya hanya menghasilkan buah tomat ini nantinya?

Oh, aku hampir saja melupakan sesuatu hal. Menurut keterangan tentang bibit pohon emas yang didapat dari layar sistem, kalau tidak salah tomat itu dapat memulihkan kembali stamina penggunanya. Baiklah, itu tidak terlalu mengecewakan. Aku akan menunggu buah tomat itu masak dan aku akan mencobanya nanti ketika kondisiku sedang kelelahan. Kuharap selepas aku kembali nanti, itu akan menjadi momen yang pas untuk melihat tomat-tomat ini berubah menjadi warna merah.

Setelah cukup puas menonton perkembangan tumbuhan itu layaknya anak sendiri, segera aku melesat menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Semua persiapan telah selesai ketika kulihat anak panah pada jam tanganku ini menunjukan pukul tujuh. Buru-buru aku meraih tas dan mematikan semua lampu di dalam apartemenku, kemudian keluar dan tak lupa mengunci pintu.

"Sri, kamu jadi nemenin aku pergi ke tempatnya Pak Gunawan, kan? Aku udah berangkat dari apartemenku." Setelah panggilan ponselku terhubung aku bertanya kepada Sri yang berada di seberang sambungan.

"Oh, jadi kok Lan. Ini aku malah udah sampai di kafenya," kata Sri.

"Duh, maaf ya aku baru berangkat nih. Pesan saja dulu Sri sambil nunggu aku. Tenang aja aku yang bayarin."

"Oke, Lan. Santai aja masih pagi ini. Di jalan kamu hati-hati ya, ga usah buru-buru."

Sambungan telepon itu pun terputus dan aku sampai di halte bus terdekat. Tidak pernah terpikirkan olehku akan bertemu dengan pria bernama Joshua ini. Dia duduk di dalam, menatapku dengan pandangan skeptis ketika aku datang dan mengambil posisi duduk bersebelahan dengannya. Sebenarnya aku malas harus bertemu lagi dengan Joshua mengingat sifatnya yang sangat menyebalkan, tapi aku dengan terpaksa menyapanya dan tersenyum, hanya untuk basa basi keramahan saja.

Singkat saja bus yang kami tunggu telah tiba, Joshua bangkit dari duduknya langsung berjalan masuk tanpa mengatakan apa-apa. Kami berdua mengambil tempat duduk di sisi yang berbeda, aku di belakang sementara dia di depan. Dengan demikian sampai di pemberhentian terakhir kami berdua tidak sama sekali berbicara. Sampai pada saat kami berdua turun dari bus, ketika aku hendak memberikan salam perpisahan padanya, dia malahan membuat senyuman remeh padaku.

"Tidak perlu repot-repot bersikap sok baik di hadapanku. Lagipula hubunganku denganmu bukanlah senior dan junior dalam satu pekerjaan lagi. Mulai dari sekarang anggap saja kita tidak saling mengenal, pergi dan urusi saja dirimu sendiri yang pengangguran itu," kata Joshua sebelum pada akhirnya pergi menuju perusahaan ayahnya Roy.

Sementara itu, masih berdiri di halte bus aku hanya bisa menghela napa pasrah sembari menggelengkan kepala pelan. Benar-benar tak habis pikir, mengapa karyawan satu itu dan atasannya memiliki sifat yang sama persis? Keduanya sangat ahli dalam hal menghancurkan suasana hati orang lain.

SISTEM KEHENDAK LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang