32. Mengukir Pelangi

143 3 1
                                    

Setelah menempuh perjalanan hampir empat jam, mereka pun tiba di Highland Park Resort. Tempat wisata satu ini menyuguhkan glamping, konsep berkemah ala hotel berbintang yang saat sedang marak di Indonesia. Berlokasi di Curug Nangka, Kp. Sinarwangi, Taman Sari. Highland Park Resort menawarkan kenyamanan menginap dengan pemandangan Gunung Salak.

Mereka juga menyediakan tenda-tenda ala Mongolia dengan fasilitas lengkap dan berbagai wahana permainan. Antara lain kolam renang, perosotan, karaoke, refleksi kaki, futsal, dan flying fox.

"Ini keren banget!" seru Dira dengan bibir sedikit terbuka.

Alza tersenyum bahagia, tak sia-sia dia memilih tempat itu. Jika saja tadi istrinya tak suka mereka akan ganti lokasi. Alza berbalik ke mobil. Dilihat sepasang manusia masih tidur nyenyak di sana. Diambil kemoceng dari bagasi, dipukulkan pada kepala Jovan yang tidur sembari melipat kedua tangan di dada.

"Bangun! Ini udah sampai!" pekik Alza. Seketika mereka tersentak, dan saling memandang.

"Udah sampai?" Fitri merapikan hijab hitam yang dikenakan. Tak lupa pula mengambil tas tangan, lalu turun dengan kepala masih agak pusing.

"Duh, Za. Kamu ganggu aja." Jovan menggeliat dengan mulut menguap lebar.

"Astagfirullah. Ini udah dapat waktu Zuhur. Hayo!" Alza menarik tangan sahabatnya dengan kasar-memaksanya turun.

"Iya. Kek ibu-ibu!" cibir Jovan sebelum turun. "Eh, Bi Ining mana?"

"Udah duluanlah." Alza menyahut tanpa menoleh.

Alza memang sudah meminta Bi Ining lebih dulu mencari tempat yang nyaman untuk mereka makan siang. Perut mereka pasti sudah keroncong. Namun, sebelum itu ada baiknya mereka Salat Zuhur berjamaah. Dia berjalan menghampiri yang lain. Melempar senyum manis pada sang istri, lalu ke kamar mandi untuk mengambil wudu.

***

"Heh, Van. Kamu punya utang padaku, kan?" Pertanyaan Alza saat duduk santai membuat mereka sontak menatap Jovan.

"Utang apaan? Gak pernah ya, sejarahnya aku ngutang. Apalagi sama curut." Jovan membalas dengan tatapan tajam.

"Kamu punya utang, penjelasan kenapa bisa kalian berdua punya hubungan. Kenal dari mana coba?" tanya Alza sembari menatap sepasang manusia di depannya.

Bi Ining yang duduk di samping Dira menutup mulut, menahan agar senyumnya tak terlihat. Fitri yang merasa ikut jadi tersangka hanya menunduk, menahan malu.

"Ya ampun, Sayang. Itu privasi mereka. Kenapa kamu jadi serba ingin tau?" Dira berdecak kesal mendengar suaminya bertanya hal yang menurutnya edan jika dibahas di tempat umum.

Alza tak menggubris perkataan Dira. Tatapannya masih fokus pada Jovan.

Jovan memutar bola mata dengan malas. Meletakkan ponsel yang dari tadi di genggaman. "Pengen tau banget? Ok, bakal aku ceritakan." Dia menghela napas panjang, kemudian menatap sang kekasih sekilas. "Fitri ... cinta monyetku saat masih SMP."

"Apa!?" Alza berucap lantang, hampir memekik.

"Iss." Dira menatap tajam ke arahnya. "Ini ramai, loh. Gak bisa banget kontrol suasana."

Pada akhirnya, Jovan menceritakan kisah masa lalu mereka. Cinta monyet saat SMP, ya Jovan SMP dan Fitri masih duduk di bangku kelas lima. Tidak banyak orang yang tahu, karena mereka memang sengaja menyembunyikan hal itu. Termasuk dari Dira, padahal dulu dia satu sekolah dengan Fitri. Hanya cinta monyet, wajar saja cepat berakhir. Itu yang diketahui Jovan saat mereka berpisah.

Setelah saat itu mereka saling melupakan. Hingga suatu hari mereka berjumpa kembali, tepat di depan rumah sakit saat akan menjenguk Dira. Kebetulan mereka sama-sama sendiri, mencoba menciptakan asmara seperti dulu lagi. Pada dasarnya cinta pertama memang sulit dilupakan.

"Jadi gitu," jelas Jovan, "ya, mungkin inilah yang dinamakan cinta abadi." Dia terkekeh kecil-melirik Fitri yang jiga tersenyum.

"Sayang, kita ke sana, yuk!" Alza bangkit, menarik tangan Dira lembut. Seolah bukan dia yang tadi penasaran tentang hubungan Jovan.

"Keterlaluan! Aku udah capek cerita, malah ditinggalkan," gerutu Jovan.

"Setidaknya nggak ada yang nyempil di hati kamu, kan?" tanya Fitri dengan kelopak mata terangkat.

"Ayo, ke sana!" ajak Jovan menunjuk kolam renang yang tak banyak orang. Sebelah tangannya terulur. Wanita itu mengangguk, dan bangkit-menerima uluran tangan sang kekasih.

Kedua pasangan itu bermain, tertawa bahagia. Mengukir hari yang indah bersama orang tercinta. Waktu terus berjalan hingga sore pun tiba. Tak ada tanda-tanda lelah, hanya terdengar tawa dan percikan air.

"Aku tahu aku jatuh cinta padamu karena kenyataanya ini lebih indah dari mimpiku." Alza berucap sembari tersenyum manis. Dia menatap ke langit yang mulai mendung, sepertinya akan segera turun hujan. Benar, tak lama kemudian gerimis menyapa. Tak terlalu deras,  lalu matahari kembali terlihat. Satu hal yang membuat mereka serentak menatap ke atas saat melihat pelangi muncul.

Setiap melihat pelangi, orang bertanya-tanya, pelangi itu apa? Lalu, kenapa bisa ada pelangi? Orang zaman dulu berkhayal, pelangi adalah jembatan ke negeri kurcaci.

Kisah ini terus diceritakan secara turun temurun oleh mereka, hingga sampai ke telinga kita. Padahal, pelangi bukan jembatan ke negeri kurcaci. Pelangi hanya cahaya Matahari yang dibiaskan oleh butiran air di langit. O iya, pelangi biasanya terbentuk setelah hujan.

Orang yang berhasil menjelaskan asal-usul pelangi dengan tepat adalah Pak Rene Descartes. Menurut beliau, pelangi terbentuk karena adanya sinar Matahari dan butiran air di langit. Pendapat beliau digunakan sampai saat ini. O iya, berkat kecerdasan dan pendapatnya itu, beliau pun dijuluki bapak pelangi.

Butiran air hujan ada berbentuk bola kecil, ada juga yang berbentuk bola besar. Butiran hujan yang kecil berukuran 0,01 milimeter, sedangkan yang besar berukuran 2 milimeter. Warna-warni pelangi akan muncul lengkap dan bagus jika sinar matahari mengenai butiran air hujan yang besar.

Kalau sinar Matahari mengenai butiran air hujan yang kecil, pelanginya akan tumpang tindih dan berwarna pudar. Pelangi hanya muncul di hujan pagi atau sore yang cerah. Busur pelangi yang panjang juga muncul jika hujan terjadi di pagi dan sore hari.

Pelangi tidak akan muncul meskipun hujan dan matahari bersinar cerah di jam dua belas siang. Kenapa? Karena di jam itu matahari ada di atas kepala kita.

Pelangi hanya akan muncul jika matahari berada di belakang kepala kita. Matahari ada di belakang kepala kita saat pagi dan sore hari.

Di bawah busur pelangi, langit selalu tampak terang. Kenapa? Karena sinar warna warni pelangi akan bergabung lagi jadi satu warna, yakni warna putih.

Pelangi dapat muncul di malam hari saat bulan purnama dan hujan. Sinar bulan juga bisa menembus butir-butir air dan menghasilkan pelangi. Namun, pelangi bulan purnama biasanya pucat dan tipis.

Pelangi tidak hanya terjadi di planet Bumi. Ilmuwan NASA menduga pelangi juga terjadi di Titan. Titan adalah bulan yang mengelilingi planet Saturnus. Letak Titan sangat jauh dengan matahari, karena itu pelangi di sini tampak pucat.

"Indah, ya," kata Dira dengan tatapan masih ke atas.

"Kamu suka?" Alza melirik istrinya. "Pelangi memang indah, tetapi hanya sesaat. Jika kamu mau pelangi yang indah dan ada untuk selamanya ...." Dia menggantungkan kalimat hingga membuat wanita di sampingnya menoleh dengan tatapan serius.

"Ya, kita ukir pelangi kita sendiri." Alza mengembangkan senyum, mengusap wajah istrinya. "Kita ukir pelangi kita bersama buah hati kita nantinya."

Pipi Dira memerah, dia mengalihkan pandangannya ke arah lain. Jantungnya berdegup tak menentu, dalam hati merutuk. Kenapa masih saja deg-degan seperti itu? Lagi-lagi dia jatuh hati pada pria itu.

"Kita udahan, yuk! Nanti dingin," ajak Jovan yang sudah menuntun Fitri keluar dari kolam. Mereka mengangguk, dan ikut meninggalkan kolam renang.

***

Tamat. 🤭🤭🤭

Terima kasih untuk semua yang sudah mau baca ceritaku🍀🍀🍀




Kekasih (Tak) Halal ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang