47

4.3K 291 26
                                    

Marlon, Zayn dan Metteo tak henti henti tersenyum dan berucap syukur ketika Kayra sudah terbangun dari tidur panjang nya. Kayra menatap ketiga pria itu secara bergantian, kening nya berkerut seperti ada pertanyaan yang mengganggu pikiran nya.

"Marlon!" Ucap Kayra untuk pertama kali.

"Aku disini, Kay! Kau menginginkan sesuatu? Kau haus? Atau kau lapar?" Cecar Marlon di sambut kekehan pelan dari mulut Kayra.

"Aku ingin makan spagheti, ayam bakar, sup kepiting, macaron sama banana smothies!"

Marlon melotot mendengar keinginan Kayra, sedangkan Zayn dan Matteo hanya tertawa. Mereka berdua terlalu bahagia sebab Kayra sudah kembali pulih seperti biasa.

"Kau yakin akan memakan itu semua, Kay?" Tanya Marlon ragu ragu.

"Ternyata kau tidak tahu jika aku ini suka makan banyak. Ohh ya jangan lupa bawakan aku bomboloni isi coklat juga ya!" Pinta Kayra lagi.

"Ya ya tentu saja, asal kau senang dan tidak membuat kami semua panik!" Dengus Marlon sebelum akhirnya ia berangkat untuk membelikan semua keinginan Kayra.

Kayra menatap Zayn dan Matteo penuh tanya, kenapa mereka terlihat sesenang ini melihat nya bangun. Memang apa terjadi, Kayra mengeryit. Namun ia sama sekali tak berani bertanya apapun pada Zayn ataupun Matteo. Biar nanti Marlon yang menceritakan semua nya, ia pasti tahu sesuatu.

"Apa yang kau rasakan?" Tanya Zayn sembari mengusap puncak kepala putri nya.

"Kay, baik baik saja kok Dad." Kayra tersenyum samar.
"Ohh iya Matt bagaimana soal pembukaan gedung baru? Apa semua nya sudah seratus persen?"

"Jangan memikirkan pekerjaan dulu, Kay! Semua nya sudah ku urus. Kau akan menerima beres saja!" Ungkap Matteo.

Kayra mengangguk paham.
"Lalu, dimana Mom? Kenzie, lalu Kak Langit..

"Jangan mencari pria itu lagi, Kay!" Geram Zayn.

"Maksud Daddy, Kak Langit?" Tanya Kayra tak mengerti.

"Sudah jangan di bahas, sebaiknya kau istirahat supaya cepat pulih. Daddy akan pulang untuk memberitahu Mommy!" Zayn mengecup singkat kening Kayra lantas beranjak dari ruang perawatan Kayra.

Sekarang tinggal Marlon yang masih berada disana. Ia tak mengucapkan apapun pada Kayra, hanya memandangi wajah gadis manis itu yang masih terlihat sedikit pucat.

"Apa?" Tukas Kayra dengan tatapan tajam.

"Kau harus banyak banyak istirahat seperti apa yang Daddy katakan. Jangan terlalu memikirkan perusahaan atau bisnis apap pun itu, aku sudah menghandlenya. Bahkan perusahaan yang berada di luar negeri juga sudah ku urus semua!" Ucap Matteo.

Kayra hanya terdiam, sebenarnya bukan ini yang ingin ia tanyakan. Kayra ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi. Ia memang ingat waktu itu ia tiba tiba pingsan, tapi mengapa mereka begitu senang dan tak biasa ketika melihatnya membuka mata.

"Kau baik baik saja?" Tanya Matteo.

"Aku hanya ingin tidur, aku lelah!" Ungkap Kayra.

"Tidurlah, aku juga harus pergi. Sebentar lagi Marlon juga akan tiba, jadi kau tidak akan sendirian!" Matteo mengecup kening Kayra singkat lantas berjalan keluar meninggalkan Kayra sendirian.

Kayra kembali membuka mata nya, ruangan yang di dominasi warna putih ini membuatnya muak lantas mengingatkan nya dengan pengalaman pedih beberapa puluh tahun silam. Ia melihat disekeliling nya namun tak menemukan apapun, tas nya bahkan ponsel nya juga tak ada disana. Apa mungkin di bawa pulang keluarga nya? Astaga...

"Kapan Marlon sampai?" Gumam Kayra, ia membenarkan posisi nya sehingga kini gadis itu tengah duduk bersandar di barankarnya.

"Kayra!" Seru seorang laki laki yang baru saja tiba.

"Ayah!" Sorak Kayra dengan mata berbinar.

Kriss yang datang, pria tua itu kini berjalan mendekati putri nya lantas mengecup puncak kepala gadis itu singkat.

"Ayah sangat merindukan mu!" Kriss memeluk Kayra dengan sangat erat.

"Apa yang sebenarnya terjadi, Yah?" Tanya Kayra. Ia berharap jawaban yang ia inginkan saat ini.

"Kau tak ingat?" Kriss menatap Kayra yang menggeleng pelan.
"Kau koma hampir lebih dari 20 hari, Kay!" Ucap Kriss, sontak membuat Kayra terkejut, ia menutup mulut dengan kedua tangannya.

"Kayra hanya merasa kalau Kayra sedang tertidur dan bermimpi, Yah! Jadi, selama itu Kayra tidak sadar?" Tanya Kayra tak percaya.

"Dan beberapa kali kau juga tidak bernafas, kau sukses membuat kami semua panik, Kay!" Timpal seseorang yang baru saja tiba dengan berkantong kantong kresek ditangan nya.

"Mustahil!" Kayra terkekeh mendengar ucapan Marlon bahwa dirinya sempat tidak bernafas juga.

"Dasar keras kepala!" Marlon mengacak rambut Kayra pelan, lantas membukakan semua makanan yang ia beli untuk Kayra.

"Kau bawa makanan sebanyak itu buat apa, Lon?" Tanya Kriss.

"Om seperti nya orang yang baru saja sadar dari koma nya itu tengah kelaparan. Dia memintaku membeli makanan sebanyak ini!" Dengus Marlon, ia membuka kotak berisi spagheti untuk di suapkan pada Kayra.

"Apa kau selapar itu, Sayang?" Kriss mengusap pelan kepala putri nya.

"Mungkin kalau aku tidak merasa lapar, aku belum bangun sampai sekarang. Yang aku rasakan saat itu aku sedabg tertidur lalu bermimpi, saat aku merasa lapar aku terbangun. Sudah begitu, tidak tahu nya aku nggak bangun sudah berhari hari!" Kayra tertawa sebelum Marlon menyuapi nya Spagheti bologneise ke mulut nya.

"Wooww.. ini enak sekali!" Gumam Kayra di sela sela kunyahan nya.

"Setelah ini kita pulang ke rumah Ayah saja ya Kay!" Ajak Kriss.

"Ayah serius?" Tanya Kayra antusias.

"Tentu saja Sayang!"

"Kayra mau! Kenapa tidak dari dulu Ayah mengajak Kayra untuk tinggal bersama Ayah?" Rajuk Kayra sembari mengerucutkan bibirnya.

"Ayah tidak mau di anggap merebut mu dari Mommy, Sayang! Kau tahu kan bagaimana Mommy mu pada Ayah? Tapi sekarang Ayah tidak peduli lagi. Ayah ingin tinggal bersama mu menghabiskan masa tua Ayah bersama putri kesayangan Ayah!" Kriss berucap penuh kesungguhan sampai mata nya terlihat berkaca kaca. Sedangkan Kayra ia sudah meneteskan airmatanya.

Bukan nya Kriss tidak pernah menyayangi Kayra, tapi sebab masalalu yang ia alami bersama Nazhifa membuat Kriss sedikit menjauhkan diri dari putri satu satu nya itu. Ia tidak ingin di cap sebagai manusia tak tahu diri atau apalah.. Meskipun sebenarnya Kayra sangat ingin tinggal bersama Ayah nya, namun Kriss berulang kali menolak sebab ia tak mau di anggap merebut Kayra dari tangan Nazhifa. Kriss bukanlah penjahat yang harus di waspadai, ia hanyalah seorang Ayah pada umumnya. Ia tak ingin lagi melihat putrinya sengsara karena ulah orang orang yang di anggap menyayanginya.

~TBC..

Until The End (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang