38

4K 276 15
                                    

Pukul 11 malam, tapi semua tim pencarian masih enggan untuk pulang. Begitu juga dengan Kayra dan Langit, kedua orang itu masih enggan pulang sebelum kedua orang itu di temukan.

"Kay!" Kriss baru saja tiba langsung memeluk putri nya.

"Ayah!" Gadis itu membalas pelukan sang Ayah erat.

"Apa sudah ada perkembangan?"

Kayra menggeleng pelan, seharus nya ini semua tidak terjadi jika ia tidak menyuruh Matteo untuk pergi berlibur. Kayra menyesali itu semua.

"Jurang itu sangat dalam Om, tim berusaha semampu nya untuk segera mengevakuasi korban." Sahut Langit.

"Kau baik baim saja, hm?" Kriss menangkup wajah putri nya yang nampak gelisah sejak tadi.

"Aku mengkhawatirkan Sean, di dalam sana sangat gelap Yahh. Bagaimana bisa Sean melewati ini semua?" Kayra menghembuskan nafas nya kasar. Luna memang sudah kehilangan akal nya, sehingga membawa Sean dalam bahaya.

"Nona, Kami menemukan anak kecil!" Teriak salah seorang tim penyelamat yang berpakaian orange. Kayra bernafas lega, namun di detik yang bersamaan ia sangatlah hancur melihat tubuh mungil itu tak bergerak di dalam sebuah kantong.

"Katakan jika dia baik baik saja!" Bentak Kayra.

"Kami sangat menyesal Nona, maafkan kami!" Ujar ketua tim.

Kayra lantas roboh ke tanah, menyaksikan sosok tubuh mungil itu terbujur kaku di tak bernafas dan tak bergerak sama sekali.

"Aku pasti bermimpi kan?" Ujar Kayra masih tak percaya.

"Ikhlas kan sayang!" Langit merengkuh tubuh Kayra yang lemas tersungkur di tanah.

"Sean buka mata mu sayang! Mok disini!" Tangis Kayra akhirnya pecah, gadis itu merengkuh tubuh mungil itu kedalam pelukan nya.

"Sean jangan tidur terus, ayo kita main! Ayo kita beli es krim, buka mata mu Sayang. Kau jagoan Mommy, kenapa pergi. Buka mata mu nak!" Kayra menggoyang goyangkan tubuh Sean berharap pria kecil itu akan membuka mata nya.

"Sayang, sudahlah!" Langit sendiri memeluk Kayra dengan airmata berderai pula.

"Sean sedang tertidur kan Kak? Sean tidak pergi kan?" Kayra meraung raung saat kantong pembawa tubuh Sean itu di bawa ke ambulance.

"Kami menemukan satu lagi!" Teriak tim penyelamat yang lain. Namun bukan nya memasukkan ke dalam kantong, tubuh Luna di angkat ke atas sebuah tandu.
"Dia masih hidup, Nona!"

"Apa?" Kayra mengeryit tak percaya.

"Seharusnya dia yang mati, bukan Sean!" Kayra berteriak sejadi jadi nya. "Pembunuh kau Alluna, pembunuh!" Seketika tubuh Kayra limbung lantas tidak sadarkan diri di dalam pelukan Langit.

☆☆☆

Rodrigo di dorong dengan kursi roda nya menuju ruang jenazah. Pria itu nampak tegar atas kepergian sang putra. Di hembuskan nafas nya pelan, lantas membelai wajah putra nya yang berwarna putih pucat. Tidak ada senyum nya lagi, tidak ada rengekan nya lagi. Rodrigo tersenyum lantas mengecup singkat kening putra nya yang kini sudah pergi dalam damai.

"Kau baik baik saja?" Allena menepuk bahu Rodrigo pelan, lantas pria itu tersenyum sembari mengusap tangan Allena.

Disana nampak Zayn, Nazhifa, Rossie, dan Mark. Sedangkan Kayra di bawa ke UGD sebab belum sadar dari pingsan nya. Nazhifa menangis begitu pula dengan Sara yang baru saja tiba. Wanita itu juga menangis lantas memeluk Nazhifa.

"Aku turut menyesal, Zhi!" Bisik Sara.

"Terimakasih Sara!" Jawab Nazhifa di sela sela isak tangis nya.

"Dimana Kayra dan juga Langit?" Timpal Adit, sebab pria itu tidak mendapati putra dan calin menantu nya berada disana.

"Kay pingsan, belum juga sadar sejak tadi!" Ujar Zayn.

"Astaga.. pasti Kay sangat terpukul atas kejadian ini!" Adit nampak gusar dan mengusap wajah nya beberapa kali.

"Alluna baik baik saja, ia hanya luka ringan!" Ujar Kriss yang baru saja memasuki ruangan jenazah.

"Apa?" Seru Allena tak percaya.
"Kenapa bukan pembuat onar itu saja yang mati. Kenapa?" Geram Allena.

"Jangan bicara seperi itu Lena!" Tutur Rodrigo menenangkan.

"Aku menyesal memiliki saudara kembar seperti dia!" Desis Allena, sampai sampai dia tidak bisa berpikir lagi saat ini.

"Sudah sudah, jangan ribut. Sean akan sedih jika melihat kita semua ribut disini!" Lerai Zayn.

"Aku ingin menengok Kak Ara dulu sebentar!" Pamit Allena, gadis itu keluar menuju tempat Kayra di rawat. Ia melihat Langit tengah menggenggam tangan Kayra erat, mata Kakak nya masih terpejam. Namun mulut nya meracau memanggil manggil nama Sean. Allena sangat teriris melihat keadaan Kakak nya, amarah nya meledak saat ia melihat Alluna tengah duduk dengan luka luka ringan di tubuh nya.

Plaaaakkkkkkk....

Tiba tiba saja Allena menampar pipi Alluna dengan sangat keras.

"Allena!" Pekik Langit.

"Seharusnya dia yang mati, Kak! Bukan Sean!" Teriak Allena histeris, Langit memegangi tubuh Allena yang memberontak ingin menyakiti Alluna.

"Hentikan Allena, ini bukan solusi terbaik. Biarkan Alluna mendapat ganjaran nya sendiri. Kau jangan gegabah!" Langit merangkul Allena dan membawa nya duduk di samping nya.

"Sean.. Sean... jangan tinggalin Mommy sayang! Mommy ikut Sean saja ya!" Racau Kayra dalam pingsan nya.

"Kak Ara, sadar kak!" Allena menggenggam tangan Kayra sembari mengelus pipi kakak nya singkat.

"Sean.. Sean...

Allena semakin terisak melihat kasih sayang Kayra terhadap Sean yang bahkan bukan anak kandung nya sendiri.

~TBC...

Until The End (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang