52

5.7K 292 6
                                    

Kayra masih saja terdiam sembari memeluk kedua lututnya, ia masih ingat kondisi terakhir ia melihat Langit yang terbujur kaku di pasir pantai. Meskipun Rama sudah berkali kali membujuknya keadaan Kayra masih sama. Ia tak mau berbicara walau hanya ucapan ya atau tidak.

"Apa kau menginginkan sesuatu? Jika kau ingin melihat keadaan Langit aku akan mengantarmu ke rumah sakit. Kebetulan dia di rawat di rumah sakit daerah sini!" Ungkap Rama, ia ingin sekali menyerah, namun jika ia menyerah berarti ia harus merelakan Kayra pada jurang kesakitan seperti  bertahun tahun lalu.

"Kau serius?"

Rama tersenyum, akhirnya Kayra mau membuka suaranya lagi.

"Iya, bersiap siaplah. Aku akan menunggumu di depan!" Rama mengecup puncak kepala Kayra sebelum pergi meninggalkan kamar tersebut.

Rama berjalan gontai menghampiri Kriss yang asik dengan kopi dan surat kabar terbarunya.

"Bagaimana keadaan Kayra?"

"Kami akan kerumah sakit, Paman!" Ungkap Rama.

Kriss terhenyak, melipat surat kabarnya asal lantas melemparkannya ke atas meja dengan kesal.

"Kenapa kau harus membawa Kayra untuk menemuinya?" Sungut Kriss.

"Aku tidak punya pilihan lain, Paman! Semua cara sudah aku lakukan untuk membujuk Kayra supaya mau berbicara, ini bahkan sudah hari ketiga setelah kejadian di pantai itu. Kayra selalu mengurung diri di kamar tidak mau makan bahkan tidak mau berbicara. Aku takut sesuatu akan terjadi padanya. Makanya aku akan mengantarnya ke rumah sakit untuk melihat keadaan Langit. Dan dia merespon dengan baik, dia mau menjawab ucapanku, sekarang tengah bersiap siap untuk berangkat kesana!" Ungkap Rama.

"Kau menyampingkan perasaanmu demi keadaan Kayra. Kau memang pria sejati, pertahankan. Paman yakin, Kayra akan berbahagia jika ada kau disisnya!" Kriss tersenyum seraya menepuk bahu Rama, pelan.

"Aku bukanlah anak kecil yang akan merelakan permenku di ambil oranglain. Aku adalah Rama yang akan mempertahankan apa yang seharusnya menjadi milikku. Aku memang akan mengantarkan Kayra untuk menemui Langit dan aku yakin jika keluarganya juga berada disana. Dan pada saat itu aku akan mengumumkan hari pernikahanku dengan Kayra!" Ujar Rama mantab.

"Yaa.. Paman akan selalu mendukungmu, Paman tak mau lagi Kayra berhubungan dengan pria brengsek seperti Langit itu!" Geram Kriss.

Rama mengangguk dan pada saat yang bersamaan Kayra sudah berada di sampingnya. Ada yang aneh dengan gadis ini, ia memakai dress selutut berwarna hitam, sepatu serta slingbag yang berwarna hitam juga. Seperti orang yang akan menghadiri sebuah pemakaman saja. Mata Rama meneliti penampilan Kayra dari atas sampai bawah.

"Kau sudah siap?" Tanya Rama.

Kayra hanya tersenyum lantas mengangguk, ia kaitkan tangannya ke lengan Rama menuju mobil yang sudah terparkir di halaman rumah. Kriss sangat berharap atas hubungan mereka, Rama adalah pria yang baik dan tidak neko neko. Ia tahu Rama sejak kecil, maka dengan senang hati ia menyetujui keinginan pria itu untuk mempersunting putrinya. Rama bukanlah bajingan yang dengan mudah memainkan perasaan seorang gadis, selama ini hanya ada satu gadis dalam hidupnya yaitu Puri. Mereka berpisah sebab ketentuan adat Jawa yang membuat mereka tidak bisa bersama.

Setelah itu Rama memilih untuk sendiri. Ia tidak ingin kembali menjalin hubungan dengan seorang gadis yang di rasa tidaklah pas dengan angan angan nya. Ia takut jika harus kandas lagi, namun ketika bertemu dengan Kayra, rasa takut itu seakan lenyap dari pikiran Rama. Ia berusaha keras untuk menarik simpati gadis itu. Meskipun terkesan menyebalkan terkadang, tapi ia sudah berhasil masuk dalam kehidupan Kayra.
Dan ia tak akan semudah itu melepaskan Kayra untuk kembali ke mantan pacarnya yang brengsek itu.

Kayra dan Rama kini sudah tiba di rumah sakit, setelah menanyakan ruangan pada resepsionis keduanya lantas menuju lift untuk mencapai lantai ke 5 dimana Langit dirawat.
Kayra masih mengamit lengan kokoh milik Rama yang berdiri di sampingnya. Rama tak lagi melihat guratan kesedihan di wajah gadis itu, baguslah..
Namun berbagai pertanyaan mengelilingi kepala Rama saat ini.

Tinggg...

Mereka pun sampai di mana Langit dirawat. Ketika pintu terbuka, keduanya melihat Sara dan Adit serta Mellysa yang senantiasa menggenggam tangan Langit di sampingnya, ada Nazhifa dan Zayn juga. Entah sejak kapan mereka tiba di Jogja, Kayra tidak mau tahu. Sebab merekalah yang memutuskan kontak komunikasi dengannya.

"Kay!" Seru Sara, ia pun menghampiri Kayra kemudian memeluknya.
Kayra hanya diam tak bergerak juga tak membalas pelukan Sara sama sekali.

"Apa boleh Kayra masuk, Tante?" Tanya Kayra datar.

Sara melepaskan pelukannya, matanya menatap gadis yang berada di hadapannya lekat. Sejak kapan gadis ini memanggilnya Tante? Bukankah selama ini ia manggilnya Ibu sama seperti Langit memanggilnya.

"Masuk Kay!" Titah Sara.

Kayra berjalan beriringan dengan Rama yang masih setia berdiri di sampingnya. Ia menatap tubuh Langit yang tergolek tak berdaya di atas ranjang. Lantas menatap kedua orangtuanya yang sama sekali tidak menyapanya. Entah apa salahnya, Kayra sendiri juga tidak tahu.

"Bagaimana keadaannya?"

"Langit masih belum sadar setelah menjalani serangkaian operasi untuk mengeluarkan air yang masuk ke paru parunya." Tutur Adit.

"Semoga keadaannya segera membaik, ku harap ini bukanlah Karma yang harus ia terima sebab perbuatannya. Dan satu lagi, aku akan menikah dengan Rama dua minggu lagi. Aku kesini bukan untuk mengundang kalian, hanya berbagi kabar gembira saja. Kurasa kalian sudah tidak ingin mengenalku lagi, kan? Jadi percuma juga mengundang kalian. Pasti kalian juga tidak akan datang!" Ujar Kayra pelan namun menusuk perasaan semua orang yang berada di dalam ruangan tersebut.

"Mengapa kau berkata seperti itu, Kay?" Sara menangis mendengar ucapan Kayra yang sangat menyakitkan buatnya.

"Lantas Kayra harus bagaimana, Tante? Apa Kayra harus menangis atau meronta ronta melihat keadaannya di ambang hidup dan mati? Lalu dimana kalian ketika Kayra berada diposisi itu? Dimana? Apa kalian memikirkan ku? Apa kalian mencemaskanku? Kurasa tidak. Seharusnya kalian senang aku masih berbaik hati mau menjenguk seorang yang sudah dengan teganya berkali kali menyakitiku. Tapi ya sudahlah. Aku hanya akan membuang waktuku jika aku berlama lama berada di tempat orang asing seperti ini."

"Kay!" Zayn geram dengan semua ucapan putrinya. Sedangkan Nazhifa sebisa mungkin menahan airmatanya supaya tidak terjatuh.

"Jangan marah padaku, Daddy! Kau seharusnya bersenang hati sebab diriku kau bisa memiliki istri yang cantik, penurut, dan sangat mencintaimu. Jadi, jangan katakan apapun lagi tentangku. Kalian sudah memutus semua, dan dengan senang hati aku menerimanya. Aku sama sekali tak keberatan, usaha yang ku bangun sudah lebih dari cukup untuk membungkam mulut mulut orang yang selalu mengataiku gadis manja."

"Sebaiknya kita pergi sekarang, Kay!" Ajak Rama, sebelum situasi bertambah buruk.

"Yaa.. tentu saja, berada disini membuatku sedikit sulit mengontrol emosi dan membuatku lapar." Ujar Kayra sinis.

Dengan angkuhnya ia pergi bersama Rama meninggalkan tempat yang menurutnya sangatlah keramat itu.

~TBC...

Until The End (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang