Perjalanan menyusuri koridor rumah sakit menurut Kayra sangatlah lama seakan jalanan itu bertambah panjang. Ia diam di sepanjang jalan, entah memikirkan apa, namun cengkeraman tangannya pada lengan Rama sangatlah kuat. Seperti sedang menahan suatu amarah yang besar.
Rama juga sama sama tidak mengeluarkan sepatah katapun, ia cukup terkejut dengan semua kata yang terlontar dari mulut gadis yang dicintainya kini. Ia sama sekali tak menduga jika gadisnya menjadi seorang angkuh seperti tadi, yang berada di pikirannya saat ia akan mengajak Kayra kerumah sakit, gadis itu akan menangis, bersedih bahkan melupakan apa yang akan menjadi komitmen mereka berdua. Tapi Rama salah..
Kayra nya bukan lagi seorang gadis seperti itu, mungkin karena Daddy dan Mommy-nya yang sudah tidak mau menerima komunikasi dari Kayra."Apa aku salah?"
Rama menghentikan langkahnya, lantas memutar tubuh kekarnya menghadap Kayra yang sudah menatapnya sejak tadi. Rama pun membawa Kayra ke sebuah bangku taman terdekat, mengajaknya duduk bersama disana dengan lengan kokoh yang selalu merangkulnya.
"Tumpahkan semuanya, Kay!" Titah Rama.
Kayra tiba tiba menangis, dan dengan sigapnya Rama langsung mendekap tubuh kurus gadis itu kedalam pelukannya. Ia terisak, ia menyembunyikan wajahnya di dada bidang Rama. Tak perduli jika airmatanya akan membasahi kemeja mahal yang Rama pakai, yang jelas ia ingin menumpahkan semua kepenatan rasa hatinya.
"Dengarkan aku, Kay!" Tutur Rama perlahan, sembari mengusap rambut panjangnya.
"Awalnya aku masih terkejut dengan apa yang kau ucapkan di dalam beberapa menit yang lalu. Ku pikir saat kita tibs disini kau akan bersedih dan menangisi Langit, ternyata aku salah. Apa yang membuatmu seperti ini? Katakan!" Imbuh Rama.Kayra melepaskan pelukannya lalu menatap Rama lekat lekat. "Karena ada Mom dan Dad disana." Jawab Kayra singkat.
"Kau membenci mereka?" Rama menangkup kedua pipi Kayra dengan dua tangan besarnya.
Kayra menggeleng pelan. "Aku hanya marah, aku tidak tahu menahu tentang apa kesalahanku pada mereka. Mereka menjauhiku Ram, mereka mengabaikanku! Sesibuk sibuknya Mom di butiknya ia tak akan pernah mengabaikan panggilan teleponku atau pesan pesanku. Begitu juga dengan Dad, seakan akan mereka tak mau lagi mengenalku!" Ungkap Kayra, airmatanya masih mengalir meskipun Rama sudah berkali kali mengusapnya.
"Aku mengerti perasaanmu, sekarang kau harus tenang. Masih ada aku dan juga Paman yang selalu berada disisimu. Percayalah!" Rama mengecup kening Kayra lantas membawanya kembali kedalam pelukannya.
"Kita akan tetap menikah dua minggu ke depan!" Timpal Kayra.
"Jangan memaksakan diri, jika itu hanya akan menyakitimu dan membuat dirimu merasa tak nyaman. Aku akan bersabar, menunggumu sampai kau benar benar mencintaiku dan menginginkanku!" Ungkap Rama.
"Aku membutuhkanmu Ram, tanpamu aku tidak akan sekuat ini."
"Kau yakin?"
Kayra mengangguk mantab akan keinginannya. Buka menjadikan Rama sebagai pelariannya, melainkan ia benar benar membutuhkan Rama sebagai sandaran dan juga rumah untuk pulang ketika ia merasa lelah. Ia tak perduli lagi dengan Langit. Pria yang berkali kali sudah membuat hatinya terkoyak itu, kini sudah mendapatkan ganjaran yang setimpal. Entah kapan ia akan terbangun dari komanya atau masa kritisnya. Yang jelas tidak semudah itu, kecuali terjadi keajaiban dari Tuhan.
Kayra tahu, Rama bukanlah orang buruk baginya. Rama cukup mapan dari segi apapun, meskipun terkadang sikapnya yang kekanakan membuatnya kesal. Tapi Rama adalah satu satunya pria yang mampu membuatnya tertawa lepas dengan tingkah konyolnya. Meskipun ia tergolong baru, tapi kegigihannya berhasil untuk merasuki kehipuan Kayra dengan sangat cepat dan mudah.
Rama bukanlah tipe Don Juan yang pandai berkata kata puitis romantis untuk untuk menjerat lawan jenisnya. Sedangkan Kayra adalah gadis yang butuh kepastian, kepastian akan sebuah tujuan hubungan dan kepastian bahwa ia akan selamanya berbahagia dan tidak merasakan sakit lagi.
Dua minggu berjalan sangat cepat, dan pernikahan itu benar benar terjadi sesuai keinginan Kayra. Meskipun Rama berkali kali meminta Kayra untuk meyakinkan hatinya terlebih dahulu. Namun gadis itu tetap bersikukuh dengan pendiriannya. Ia tetap ingin menikah dengan Rama hari ini.
Wajah cantiknya sudah dihias sedemikian rupa, tak lupa sanggul adat jawa yang berhiaskan melati serta mawar merah. Membuatnya cantik dan sangat elegan. Kebaya putih dengan ekor menjulang menambah kesan mewah pada diri Kayra. Dia sangat cantik, paras indahnya mirip sekali dengan Ayahnya. Sekuat apapun Nazhifa menyembunyikan kebenarannya, itu hanya akan menjadi sebuah sia sia sebab Kayra sama sekali tidak mewarisi wajah sang Ibu.
Kayra tidak menangis, meskipun tidak ada Mommy serta Daddy nya yang datang untuk menemani. Ia sudah cukup bahagia dengan adanya sang Ayah yang selalu berada disisinya. Kayra sudah siap, kini ia di tuntun oleh Alena dan Matteo berjalan menuju lokasi Akad nikah. Dimana Rama sudah duduk dengan tegang menanti kedatangannya, ia terlihat sangat tampan. Bahkan lebih tampan dari Langit, ia mengenakan jas berwarna putih senada dengan kebaya yang Kayra pakai. Potongan rambut undercut-nya terlihat rapi dan mengkilap dengan pomade. Jambang dan kumis tipisnya sedikit ia rapikan, entah mengapa ia selalu menolak jika Kayra menyuruhnya untuk mencukur habis rambut rambut halus yang tumbuh di sekitar wajahnya. Katanya sihh kalau di cukur dia tidak terlihat maskulin lagi, begitu!
Mata Rama tertuju dan terus menatap gadis yang sebentar lagi akan menyandang gelar sebagai nyonya Ramajaya. Ia terlihat sangat cantik dari biasanya, Rama sedikit lega sebab ia tak melihat airmata yang jatuh di wajah cantiknya.
Bahkan ia sudah ancang ancang jika Kayra menangis maka pernikahan ini akan ia batalkan. Tapi semuanya sirna ketika Kayra sudah duduk di sampingnya dengan senyuman paling manis yang belum pernah Rama lihat sebelumnya."Saya terima nikah dan kawinnya Kayra Ziffana Soedrajat binti Kristopher Horison dengan mas kawin tersebut di bayar tunai!" Ucap Rama dengan satu kali tarikan nafas. Begitu mantab dan tak ada keraguan sama sekali disana.
"Sah!" Ujar semua saksi begitu kompak.
Rama tersenyum lega, begitu juga dengan Kayra. Matanya berkaca kaca terharu atas semua yang sudah Rama lakukan padanya. Ia berjanji akan belajar mencintai pria itu dan menjadi istri yang terbaik buatnya.
2 jam sebelumnya...
Nampak seluruh dokter berpakaian warna hijau tengah berlari keluar masuk dengan langkah tergesa gesa. Salah satu dokter senior nampak begitu gugup dengan keringat yang membanjiri dahinya.
Sedangkan di luar sebuah ruangan lima orang dewasa tak kalah panik dengan apa yang terjadi. Tiba tiba saja tubuh lemah itu mengejang, lantas semua orang di dalam di suruh keluar di gantikan para dokter dan perawat yang masuk ke dalam untuk memantau kondisinya.
Ia adalah Langit.
Ada komplikasi pasca operasi yang ia jalani. Ia belum sadar sama sekali, kondisinya semakin menurun dan ia sama sekali tidak sadarkan diri sejak insiden itu terjadi.Dokter berkali kali menempelkan alat alat dengan kabel pada tubuhnya. Tidak ada reaksi, tubuh Langit masih kejang, matanya terbelalak dan airmata menetes di sudut matanya.
Sudah hampir satu jam dokter menanganinya, namun sama sekali tak ada perubahan.
"Kayra!"
Ucap Langit lirih, sebelum akhirnya tubuh itu melemas beriringan dengan lepasnya nyawa dari raganya.
~END~
KAMU SEDANG MEMBACA
Until The End (Selesai)
RomanceSequel dari Father for My Daughter.. #1 pengecut 15/06/2020